23

1K 55 18
                                    

Namun, baru tiga langkah Lexi berjalan, ia berbalik dan berjalan mendekati Vanka.

Vanka yang melihatnya pun mengernyit bingung, sekaligus senang. Apa ini sudah waktunya? Apakah Lexi akan menyatakan cintanya pada Vanka? Di depan semua orang? Wajah Vanka memanas membayangkan itu.

🎬🎥

Lexi menarik tangan Vanka keluar kelas. Sekarang ia berdiri dengan jarak dekat di depan Vanka. Detak jantung Vanka rasanya tak terkendali, terlalu cepat berdetak untuk situasi seperti ini.

Vanka sudah gugup sebelum Lexi memulai pembicaraan mereka. Aliran darahnya bahkan terasa mengalir cepat. Kini Lexi beralih memegang kedua bahu Vanka, dan menatap matanya.

"Vanka... Gue mohon sama lo jauhin Chyra. Gue gak mau penyakit jantungnya kambuh gara-gara lo".

DEG!!

A-Apa maksudnya ini? Lexi tidak jadi menyatakan perasaannya pada Vanka? Harusnya Vanka tau bahwa itu tak mungkin terjadi.

Rasanya ini lebih menyakitkan dibanding melihat Lexi berduaan dengan Chyra.

Hah! Bagaimana mungkin Lexi memohon padanya hanya untuk Chyra?! Bukankah kata-kata itu sama saja dengan 'menjauhlah dari kami berdua, karena lo adalah orang ketiga di hubungan kami', terdengar seperti itu bukan?

Vanka menyingkirkan tangan Lexi dari bahunya dan mundur selangkah, berusaha mencerna kata-kata Lexi. Eit, tunggu dulu! Chyra punya penyakit jantung? Sejak kapan?

"Lo bilang Chyra punya penyakit jantung?" tanya Vanka tak percaya, Lexi mengangguk. Kebohongan apa lagi ini? Tak cukupkah Chyra membohongi perasaanya pada Lexi?

Vanka tertawa hambar, Lexi memandangnya bingung. "Dan lo percaya kalo Chyra punya penyakit jantung?". "Iya, gue percaya" ucap Lexi mantap.

Vanka kembali tertawa hambar, sungguh lelucon yang buruk menurut Vanka. "Gue bakal buktiin kalo Chyra gak punya penyakit jantung Lex, lo ditipu sama dia" ucap Vanka lalu berlalu ke kelas.

🎬🎥

"Yo, menurut lo apa yang Lexi bilang sama Vanka tadi?" tanya Dirga membuka penutup kaleng sodanya. "Mungkin gak, kalo Lexi nembak Vanka?" tanya Dirga lalu meminum sodanya.

"Kalo ditembak gak mungkin dia murung gitu, pasti ada yang salah" Gio memandang jauh Vanka yang sedang duduk menyendiri di pinggir lapangan basket. Mereka sedang duduk di tempat penonton di lapangan basket, ya, mereka mengawasi Vanka.

Dari kejauhan tampak seorang cowok berjalan mendekati Vanka. "Itu Sam, bukan sih?" tanya Dirga memfokuskan matanya pada sosok itu. Gio langsung berdiri dan hendak menghampiri Vanka untuk segera menjauh dari Sam. Namun, tangannya ditahan oleh Dirga.

"Selagi dia gak berbuat yang aneh-aneh, lo gak perlu gangguin mereka". "Apa maksud lo?" tanya Gio bingung.

"Biarin aja Vanka temenan sama Sam, kita cukup ngawasin dia. Tapi kalo dia udah bertindak yang diluar batas, baru kita beraksi" ucap Dirga membuat Gio kembali duduk seperti semula.

🎬🎥

"Lo lagi mikirin gue ya?" Vanka menoleh ke samping kanan, baru sadar bahwa cowok itu duduk di sampingnya.

"Lo...udah lama duduk disini? Perasaan tadi gak ada orang deh" ucap Vanka, tanpa menjawab pertanyaan Sam.

"Baru aja" jawab Sam singkat. Ada jeda diantara mereka. "Van, kalo lo dikasih waktu kembali ke masa lalu lo mau ngapain aja?" tanya Sam menatap Vanka sambil menaikkan sebelah alisnya. Vanka bingung dengan pertanyaan absurd Sam yang tiba-tiba.

VankaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang