Vanka berdiri di depan kafe dengan wajah sumringah. Sebelum ia masuk, terlebih dahulu ia membenahi penampilannya. Sesampainya di dalam kafe, tak sulit bagi Vanka untuk menemukan Lexi, karena cowok itu sudah duduk tampan di tempat mereka biasa belajar."Hai!" sapa Vanka, sembari menarik kursi di hadapan Lexi untuk duduk. Lexi hanya tersenyum tipis.
Setelah memesan segelas macchiato panas untuknya, Vanka mulai bertanya "Jadi, lo nyuruh gue kesini buat apa?". Lexi mengambil jeda sebentar sebelum berbicara, "Gue mau minta maaf sama lo" ucapnya menatap Vanka.
"Hah? Soal apa?"
"Soal jauhin Chyra. Mungkin-"
"Ah! Soal itu, santai aja kali. Gue gakpapa kok" sela Vanka terkekeh, sambil mengibaskan tangannya.
Gakpapa, gundulmu! Kemarin gue kesal setengah hidup karena omongannya! Dasar aku, pinter banget actingnya!
"Hmm... lo cuman mau ngomongin itu doang?" Tanya Vanka lagi, masa iya dia jauh-jauh datang hanya membicarakan Chyra, dan Vanka tidak terima itu.
"Oh! Gue juga mau bilang kalo gue udah bisa ngajarin lo lagi, jadi besok kita bisa belajar bareng di perpus" katanya yang membuat Vanka seperti mendapat angin segar.
Vanka memperbaiki letak kacamatanya sambil tersenyum padanya. "Okay, bsok kita belajar bareng. Hmm.. Lo udah makan siang belum?" tanyak Vanka kemudian, siapa tau bisa lunch bareng, pikirnya
"Belum sih-"
"Oh kalo gitu, biar gue yang traktir kali ini!" ucapnya memotong ucapan Lexi karena terlalu bersemangat.
***
"Ehm... Lex, lo mau gak nemenin gue beli gagang kacamata? Soalnya kalo sendiri ntar kurang cocok lagi, kan kalo ada temen bisa bandingin mana yang lebih cocok" Vanka menatap Lexi disampingnya yang sedang mengemudi. Ya, Lexi menawarkan untuk mengantarkan Vanka pulang.
"Oke" ucapnya, kemudian Vanka memberi petunjuk dimana tempat dia ingin membeli kacamata. Jujur saja, sebenarnya Vanka tak ingin membeli kacamata baru saat ini. Namun, melihat Lexi ada di dekatnya, ia tak ingin berpisah terlalu cepat dan muncullah ide brilliant itu. Dasar modus!
***
Sesampainya disalah satu optik yang terdapat di dalam pusat perbelanjaan, Vanka mulai mencoba berbagai jenis kacamata. Vanka mencoba salah satu yang berwarna silver dengan bentuk lensa yang bulat. "Gimana Lex? Cocok gak?" tanya Vanka.
Bukannya menilai kacamata yang dipakai Vanka, Lexi malah menatap manik mata Vanka. Dari jarak sedekat ini membuat jantung Vanka tak karuan, apalagi Lexi menatapnya tepat di manik matanya. "Eh, Lex kok bengong!" Vanka melambaikan tangannya di depan wajah Lexi.
"Hah, sorry, sorry gue-"
"Gimana? Cocok gak? Atau jelek ya? Gue coba yang lain deh!" kemudian Vanka melepaskan kacamata itu.
"Eh, Jangan! Can-eh cocok kok sama lo. Pilih itu aja!" tanpa sadar Lexi menahan tangan kiri Vanka yang ingin melepaskan kacamata itu. Lexi pun tersadar kemudian menarik kembali tangannya, "Eh sorry". "Gakpapa" ucap Vanka tersenyum tipis, padahal hatinya ingin berteriak girang.
"Mbak, bungkusin yang ini dong satu".
***
Sebelum keluar dari mall, Vanka menyuruh Lexi untuk menunggunya. "Lex, boleh tunggu bentar gak? Gue mau beli sesuatu, bentar doang kok" ucap Vanka, ia langsung menitipkan paper bag berisi kacamatanya tadi kepada Lexi. Dan pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban dari cowok itu.
Lima menit kemudia Vanka datang dengan membawa 2 cup minuman boba ditangannya. "Nih! Sebagai ucapan terima kasih gue karena lo udah nemenin gue tadi" ucapnya sambil menyodorkan salah satu minuman itu kepada Lexi. Lexi menatap minuman itu tanpa menerimanya.
"Kenapa? Lo gak suka ya? Sorry harusnya gue tanyain lo dulu sebelum beli, duh gue bego banget!" Vanka merutuki kebodohannya, ia menatap Lexi tak enak hati. "Oh, kalo gitu lo mau apa dong? Biar gue beliin" tanya Vanka
"Siapa bilang gue gak suka" Lexi mengambil minuman itu, menyeruputnya dan langsung pergi ke arah parkiran.
'Aneh! Kalo suka minumannya kenapa gak langsung diterima aja? Apa dia curiga kalo gue buat sesuatu di dalamnya? Duh gak mungkin banget! Masa ia gue ngeracunin orang yang gue sayang' batin Vanka sambil mencebikkan bibirnya.
TIN!!!
TINN!!!Suara klakson mobil menyadarkan Vanka dari lamunannya. "Lo mau pulang atau enggak?!". Ternyata mobil Lexi sudah berada di depannya, Ia duduk dibelakang kemudi sembari menyeruput boba-pemberian Vanka.
'Padahal cuman megang boba sambil nyetir, kok dia keren banget, sih?!' batin Vanka tak terima dengan kekerenan cowok satu itu. "Ah! Iya, tunggu".
Mereka pun tiba di depan apartemen Vanka. "Makasih ya Lex udah nemenin gue" ucap Vanka sembari melepas seatbeltnya. Lexi hanya bergumam pelan. Ia pun keluar, namun belum sempat Vanka menutup kembali pintu mobil Lexi, ia dipanggil oleh sang empunya mobil.
"Tunggu!". "Hah? Apa?". "Kacamata lo ketinggalan nih" sambil menyodorkan paper bag itu kepada Vanka. "Ups! Gue lupa hehehe" ucapnya terkekeh pelan sembari mengambilnya.
"Makasih juga buat boba-nya" kata Lexi tersenyum tipis sembari mengangkat cup minuman itu. 'Duh manis banget' batin Vanka.
"Gue balik dulu" ucapnya lagi, Vanka hanya mengangguk sambil tersenyum manis.
Sepeninggal Lexi tadi, Vanka memasuki apartemennya sambil melompat-lompat kecil dan bernyanyi tak jelas.
Jatuh cinta itu mengasyikkan! siulnya di dalam hati.
28 Januari 2020
Jessymarpa
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanka
Teen FictionSulit dipercaya! Seorang Vanka rela menjadi cupu atau fake nerd hanya untuk mengejar Lexi--cowok yang telah merebut seluruh perhatian Vanka. Apakah Vanka tahan untuk terus berpura-pura (?) mengingat sifatnya yang biasanya bar-bar. Yang dulunya...