Rasanya Vanka ingin memberitahukan kebahagiaannya kepada semua orang. Sedari tadi ia memberi senyuman kepada siapa pun orang yang ia temui mulai dari sopir bus yang ia naiki, penumpang bus, satpam sekolah, bahkan siswa satu sekolahnya.
"Jangan senyum mulu, lo mirip orang gila tau gak?" Sam muncul disampingnya, Vanka mengernyit bingung. Sejak kapan?
"Biarin, biar semua orang tau kalo gue lagi bahagia hari ini" ucap Vanka tersenyum manis.
Sam tak berbicara lagi, mereka berjalan dalam diam. "Gue duluan" ucap Vanka begitu sampai di depan kelasnya, Sam masih tak menjawab. Namun, Vanka tak peduli, ia meninggalkan Sam dan memasuki kelasnya.
"Ayam!!!" Vanka memeluk Gio tiba-tiba membuat Gio terdiam seketika. "Gue seneng banget yam!" ucap Vanka semangat masih memeluk Gio yang sepertinya shock dengan pelukan Vanka.
"Cuman Gio doang? Gue enggak dipeluk nih? Ah, gak asik!" celetuk Dirga memanyunkan bibirnya berpura-pura ngambek. Mendengar itu Vanka pun beralih memeluk Dirga, kali ini Dirga membalas pelukannya.
"Gue mau cerita!!" Vanka melepas pelukannya dan duduk di samping Dirga. "Semalam gue ke rumah Lexi! Aaaaa senangnya" teriak Vanka tertahan, tak ingin menjadi pusat perhatian satu kelas.
"Bohong. Impossible banget, gak juga sih siapa tau lo sendiri yang datang ke rumahnya" ucap Gio tak percaya. "Bisa jadi" sahut Dirga. "Rumahnya aja gue gak tau di mana, aneh lo. Pokoknya ceritanya panjang deh! Sangkin senengnya gue sampe gak bisa tidur tau gak, luka-luka gue juga jadi gak terasa sakitnya" ucap Vanka bahagia.
"Alah lebay lo" Dirga menekan pipi kiri Vanka yang masih sedikit biru. "Aduh!! Gila! Lo mau gue bunuh?! Sakit tau" Vanka mengelus pelan pipi kirinya.
"Katanya tadi sakitnya gak terasa lagi, tapi dipegang dikit aja udah teriak gak jelas" cibir Dirga. "Itu beda lagi ceritanya" Vanka memanyunkan bibirnya sebal.
"Cerita yang ini juga beda, tapi lo harus ceritain ke kita. Jujur ya! Siapa yang ngebully lo semalam?" Gio memandang Vanka yang langsung mengalihkan pandangannya.
"Gue... Gue gak tau mereka siapa. Semalam kacamata gue jatoh, trus mata gue ditutupin pake kain" ucapnya tak sepenuhnya berbohong. Dirga dan Gio menghela napas pelan. Tak bisa berbuat apa-apa lagi.
Maafin gue, gue gak bermaksud bohongin kalian. Tapi waktunya belum tepat.
"Yaudah deh yang penting lo selamat" ucap Gio tersenyum. "Pantesan gue rada beda liat kacamata lo. Cie kacamata baru cie" goda Gio, Vanka tersenyum.
"Bocah" ucapnya. Selang beberapa menit, tampak Lexi berjalan memasuki kelas. Vanka tersenyum kembali mengingat kejadian semalam, menurutnya berdua hujan-hujanan itu romantis.
Lexi bersikap biasa saja, tak ada yang berbeda. "Gebetan lo datang tuh!" celetuk Dirga menyikut Vanka yang mesem-mesem tak jelas.
🎬🎥
"Yam, harusnya lo gak perlu datang hari ini. Lo kan bisa istirahat di rumah" ucap Gio yang sedang menyesap minumannya. "Ntar kalo gue gak sekolah. Gue gak bisa ketemu Lexi dong, kan cuman di sekolah gue bisa liat dia" ucap Vanka kemudian melahap baksonya.
"Ngomong-ngomong yang nemuin lo semalam siapa? Lo kenal?" tanya Dirga mencomot sate tusuknya. "Gak kenal, mereka murid baru mungkin. Gue belum pernah liat sebelumnya" jawab Vanka, ia hampir lupa mengenai dua orang itu.
"Kayaknya mereka lagi jalan kesini atau gue yang terlalu PD?" ucap Dirga melihat dua siswi baru yang berjalan ke arah meja yang mereka tempati, sontak Vanka dan Gio melihat ke arah belakang.
![](https://img.wattpad.com/cover/81732725-288-k228783.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanka
Teen FictionSulit dipercaya! Seorang Vanka rela menjadi cupu atau fake nerd hanya untuk mengejar Lexi--cowok yang telah merebut seluruh perhatian Vanka. Apakah Vanka tahan untuk terus berpura-pura (?) mengingat sifatnya yang biasanya bar-bar. Yang dulunya...