Setelah memarkirkan mobilnya di garasi, Lexi bergegas memasuki rumah megah bernuansa biru pastel itu. Tak lupa ia membawa minuman boba--pemberian Vanka yang tinggal setengah cup lagi.
"Jam segini baru pulang, darimana aja kamu sayang, hm?" teguran itu membuat Lexi menoleh ke kiri di mana mamanya sedang duduk di sofa sambil memegang majalah Kartini.
"Nemenin Vanka beli kacamata ma" jawabnya kalem, beliau pastilah tahu siapa Vanka karena gadis itu pernah ia bawa kesini sekali.
"Oh! Gadis imut yang kamu bawa kemarin ya?" tanya wanita paruh baya itu lagi memastikan. Kenapa harus ada kata imut-nya, sih? Itu membuat Lexi jadi teringat wajah innocent itu. Akhirnya Lexi mengangguk."Lexi ke atas dulu ya ma" pamitnya sembari berjalan menuju tangga lantai 2 dimana kamarnya berada. Saat melewati kamar dengan pintu berwarna pink, Lexi membukanya sedikit.
Mengintip apa yang sedang dilakukan adik satu-satunya itu. Dia mendapati adiknya yang masih menduduki bangku Sekolah Dasar itu sedang bermain bersama barbie-barbienya, Lexi pun tersenyum tipis melihatnya.
"Jangan main terus" ucapnya membuka pintu kamar gadis kecil itu sedikit lebar. Lara yang mendapati kakaknya pun langsung bersorak kegirangan, ia langsung begitu saja meninggalkan mainan kesayangannya dan beralih memeluk Lexi. Lexi pun berjongkok membalas pelukannya.
"Kakak lama banget pulangnya, Lara kangen" adunya sambil mencebikkan bibirnya, air matanya sudah turun membasahi pipi gembulnya. Lexi pun terkekeh dan menghapus air mata Lara dengan ibu jarinya, sembari mengecup pipi chubby itu pelan.
Lara termasuk anak cengeng, apalagi menyangkut Lexi, gadis kecil itu sangat manja padanya. Namun, selama ini Lexi senang memanjakannya membuat kedua orangtua mereka geleng-geleng karena Lara semakin ngelunjak.
Kalau ditanya kenapa dimanja terus, Lexi akan menjawab:
"Gakpapa, Lara imut banget kalo lagi manja".Hal itulah yang membuat orangtuanya membiarkannya untuk dimanja, karena jika dimarahi pun, Lara akan mengadu kepada Lexi dan membuat mereka semua menurutinya.
Lara melepaskan pelukannya dan melihat heran kakak lelaki satu-satunya itu. "Loh kakak minum boba? Tapi kakak kan gak suka minuman itu. Kemarin mama bawa minuman itu tapi kakak gak mau minum dan bilang bobanya kayak makan karet. Tapi kenapa sekarang kakak bawa itu?" Lara menatap Lexi meminta penjelasan, apa kakaknya sekarang sudah suka dengan minuman yang katanya minuman rasa karet itu?
"Oh, hm. Kakak suka kok. Sekarang Lara belajar ya, kakak mandi dulu" ucap Lexi mengacak rambut Lara dan beranjak dari situ. Lara menatap Lexi bingung, ada apa dengan kakaknya itu.
***
Lexi keluar dari kamar mandi seraya mengeringkan rambutnya. Ia teringat perkataan adiknya tadi.
"Loh kakak minum boba? Tapi kakak kan gak suka minuman itu. Kemarin mama bawa minuman itu tapi kakak gak mau minum dan bilang bobanya kayak makan karet. Tapi kenapa sekarang kakak bawa itu?"
Ia memang tidak suka minuman manis itu. Tapi kenapa ia mau menerima, bahkan meminum minuman berbola-bola kecil itu? Apa karena Vanka yang membelikannya? Lexi berpikir sayang jika dibuang, yah kita tidak boleh kan membuang-buang minuman?
Ia mengambilnya dan menyesapnya sembari mengunyah buble-buble yang kini sedang berada di mulutnya.
Manis.
Jangan lupa saran, kritik, dan vote/vommentnya buat nyemangatin Author hehehe....
***
7 Februari 2020
Jess
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanka
Teen FictionSulit dipercaya! Seorang Vanka rela menjadi cupu atau fake nerd hanya untuk mengejar Lexi--cowok yang telah merebut seluruh perhatian Vanka. Apakah Vanka tahan untuk terus berpura-pura (?) mengingat sifatnya yang biasanya bar-bar. Yang dulunya...