Sepanjang perjalanan Vanka mengomel tak jelas, mengeluarkan sumpah serapahnya pada Chyra. Ia menendangi segala sesuatu yang dapat ia tendang dihadapannya.
"Adaaww....!!WOI KAMPRET SIAPA YANG NENDANG KALENG INI?!!" begitu tau bahwa kaleng minuman yang ia tendang mengenai kepala seseorang, dengan sigap ia berbalik arah dan mengambil ponselnya.
"Halo, iya tante" badan Vanka menegang merasakan seseorang menepuk bahunya keras.
"Lo yang nendang kaleng ini?" Vanka berbalik dan mendapati seorang cowok yang melotot tajam padanya.
Glup
Seakan salivanya tersangkut ditenggorokan, ia bersusah payah menelannya.
"Iya tante, aku bakalan pulang sekarang juga"
"Gak usah pura-pura nelfon lo, gue udah tau!" ucap cowok itu tersenyum sinis.
Sia-sia, gak ada gunanya Vanka melanjutkan actingnya, ia kelihatan konyol.
Vanka menurunkan ponselnya dari telinganya, dan memperbaiki kacamatanya yang sedikit melorot.
"Eh, tunggu! Lo, Vanka kan? Cewek yang pernah nendang gue pake kaleng minuman? Waah! Lo nyimpen dendam kesumat sama gue? Sampe-sanpe asal ketemu harus banget diawali insiden kayak gini" cowok itu adalah cowok songong yang pernah secara tak sengaja terkena tendangan kaleng kosongnya.
Cowok itu mencegatnya saat Vanka berusaha melarikan diri.
"Eit! Lo gak boleh kabur lagi. Lo harus ganti rugi!" ucapnya, Vanka mengernyit tak suka.
"Emang yang kena kaleng itu apa lo? Ponsel? Makanan? Apa?" tanya Vanka menaikkan sebelah alisnya.
"Kepala gue"
"Trus kepala lo berdarah? Pecah? Bocor? Atau putus?"
"Enggak" jawabnya polos.
"Ya udah, trus kenapa gue harus ganti rugi?" tanyanya bingung.
"Ya karna gue gak terima lo giniin! Kemaren juga lo gak tanggung jawab sama gue!" ucapnya seperti seorang pacar yang tak sengaja dihamili dan meminta pertanggungjawaban.
"Trus lo mau gue ngapain?" tanya Vanka, ia berusaha sabar.
Cowok itu menaikkan sebelah alisnya, sedikit curiga. Apa dia membohonginya? Apa dia membuat strategi baru untuk kabur?
"Gue mau lo beliin gue es krim" ucap cowok itu mengingat cuaca panas saat ini.
"Oke" ucap Vanka, ia melihat sekelilingnya dan mendapati seorang kakek.
Vanka menarik tangan cowok itu ke arah pedagang es lilin.
"Kek, beli es lilinnya dua. Cokelatnya yang banyak ya" ucapnya pada si kakek.
Cowok itu menarik Vanka agak menjauh dari pedagang es krim itu.
"Lo ngapain sih beli es krim kayak gitu?" tanyanya tak suka.
"Mending lo diam aja" ucap Vanka, kemudian mengambil kedua es lilin yang telah siap, tak lupa membayarnya.
Vanka memberikan es krim yang di tangan kirinya pada cowok itu, sedangkan dia sudah menjilati miliknya sendiri.
Cowok itu melihat Vanka dengan tatapan -lo beneran ngasih gue ini?- .
"Cepetan! Tangan gue pegel nih!" ucap Vanka merasa tangannya sedikit kebas.
Dengan enggan cowok itu mengambilnya. "Ini tuh gak higienis tau!" ucapnya.
"Gue gak minta es krim yang kayak gini"
"Harganya seribu rupiah pulak! Gak banget!"
"Gue yakin, kakek itu pas buat nih es krim tangannya gak dicuci!"
"Gu-" "LO BISA DIEM GAK SIH?! JADI COWOK KOK BACOT BANGET!" ucap Vanka berapi-api, telinganya sakit mendengar ocehan tak penting cowok itu. Belum lagi perkataan Sinta yang berputar-putar di kepalanya.
Cowok itu terdiam merasa bersalah. "Lo gak bakalan mati karna sekali makan es krim ini doang. Harganya memang murah tapi banyak kenangan yang buat gue teringat karna makan nih es krim! " ucapnya kemudian, ia berjalan mendahului cowok itu.
Cowok itu pun berusaha mensejajarkan langkahnya dengan Vanka.
"sorry"
"Buat apa? Lo gak salah kok" ucap Vanka mengunyah kecil butiran coklat warna-warni di atas es krimnya.
Cowok itu menghadangnya sehingga dia berada di depan Vanka.
"Kita belum pernah kenalan kan? So, kenalin gue Samudra. Lo bisa panggil gue sayang, baby, honey atau Sam" ucap Samudra tersenyum manis. Vanka tak tahu senyumnya tulus atau tidak.
"Vanka" Vanka menyambut tangan Samudra dengan senyum tipis.
"Jadi kita sekarang teman?" tanya Samudra menatap Vanka.
"Gak"
"Kenapa? Kan kita udah baikan"
"Walaupun gue cupu, tapi asal lo tau kalo jadi temen gue itu gak semudah yang lo pikirin. Cuman karena kita baikan saat ini, gak menutupi kemungkinan bahwa suatu saat lo bakal nyakitin gue"
"Lo gak percaya sama gue?" Vanka menggeleng, sambil membuang tangkai esnya ke tempat sampah.
"Oh, jadi apa yang buat lo percaya bahwa temen-temen atau para sahabat lo gak bakal nyakitin lo suatu saat nanti?"
"Itu cuman gue dan Tuhan yang tau. Dan lo gak perlu ikut campur urusan gue"
"Udah ah gue duluan, bye" Vanka langsung menyetop taxi yang sedang lewat.
Samudra tersenyum hangat, ia tak percaya dengan dampak dari perbuatannya ini. Mungkin ia akan menyesal nanti.
🎬🎥
Begitu sampai di apartemennya, Vanka langsung menjatuhkan dirinya ke sofa di depan tv.
Drrtttt
Merasakan ponselnya bergetar, Vanka langsung membukanya.
Lexi : Kenapa pulang?
Wajah kusut Vanka berubah sumringah melihat chat dari Lexi, duhh. Dengan cepat ia membalasnya.
Vanka : Gue ada urusan. Sorry gak ngasih tau lo dulu
Lexi : Gakpapa kok. Kenapa lo dekat-dekat sama cowok itu? Jadi dia urusan lo?
Pertanyaan dari Lexi membuat Vanka mengernyit bingung. Cowok? Siapa sih?
Vanka : Cowok yang mana?
Lexi : Cowok yang nemenin lo makan es krim tadi
Yang nemenin makan es krim? Oh, Samudra! Vanka tersenyum jahil, sepertinya Lexi cemburu padanya. Vanka melupakan bahwa Lexi sudah taken.
Vanka : Ah, itu tadi gue sama Sam gak sengaja ketemuan. Gara-gara gue gak sengaja nendang kaleng kosong ke kepalanya.
Lexi : Gue udah bilang jangan deket-deket sama dia. Dia itu berbahaya! Kalo lo gak sengaja ketemu sama dia, lo harus menghindar, kalo boleh lari aja.
Vanka mengernyit bingung untuk yang kedua kalinya. Kenapa dia tiba-tiba perhatian gini? Ponselnya dibajak? Gak mungkin. Tapi Vanka cukup puas dengan chat langka dari Lexi kali ini. Apa perlu gue ada dalam bahaya biar lo perhatian? Batinnya miris.
Vanka : Kenapa lo bilang dia berbahaya? Dia gak jahat kok.
Lama Vanka menunggu tak ada balasan dari Lexi, pesannya sudah dibaca namun tak dibalas.
🎬🎥
Jangan lupa vote dan komennya temen! Lebih setuju Vanka sama Sam atau Vanka sama Lexi?
Jawab di kolom komentar ya beb! 😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanka
Teen FictionSulit dipercaya! Seorang Vanka rela menjadi cupu atau fake nerd hanya untuk mengejar Lexi--cowok yang telah merebut seluruh perhatian Vanka. Apakah Vanka tahan untuk terus berpura-pura (?) mengingat sifatnya yang biasanya bar-bar. Yang dulunya...