Vanka turun dari bus dan langsung melewati area parkir.
Disana dia terdiam mematung melihat dua sejoli yang bergandengan tangan bahagia.
Apa dia tidak salah lihat? Dia melap kaca matanya, mungkin saja kaca matanya kotor terkena debu jadi dia salah lihat. Buru-buru dia memakainya lagi.
Tidak. Dia tidak salah lihat. Lexi menggandeng tangan Chyra sambil tersenyum.
Rasanya? Pastilah sakit. Vanka menghembuskan nafasnya kasar.
Berarti semalam bukanlah mimpi buruk Vanka, namun kenyataan pahit yang harus diterimanya.
Vanka pun berjalan tanpa gairah menuju kelasnya.
"Pagi Vanka!" ucap Chyra tersenyum ramah padanya, saat Vanka hendak melewatinya.
Pantas Lexi suka, Chyra itu cantik, ramah, pinter, baik, populer, dan berkharisma.
"Mmm... Pagi" ucap Vanka canggung. Vanka melihat Lexi namun yang dilihat tak acuh padanya.
"Ka-kalian pacaran?" tanya Vanka to the point.
"Iya!! Baru semalam jadiannya!" jawab Chyra semangat, tapi Vanka melihat seperti ada nada mengejek di dalamnya.
"O-oh selamat ya! Gu-gue duluan" Vanka langsung melenggang pergi begitu saja.
Sesampainya di kelas Vanka langsung duduk dan menelungkupkan kepalanya.
Gio dan Dirga sudah datang namun tak ada di kelas.
🎬🎥
Sudah seminggu Vanka menjalani harinya tanpa semangat. Selama itu Gio dan Dirga terus membujuknya, namun tak ada perubahan.
Seminggu itu pula Vanka tidak les bersama Lexi dengan alasan tidak enak badan.
Vanka berdiri di pinggiran pagar rooftop sekolahnya.
Menghembuskan nafasnya kasar dan meremas rok sekolahnya.
Sakit hati. Sakit hati pertamanya. Lexi sudah jadi milik orang lain.
Padahal tidak pernah ada isu tentang hubungan mereka. Tapi semuanya mendadak terjadi.
Ia tak punya kesempatan lagi. Mustahil kan Lexi berpaling padanya? Dilihat dari segi mana pun Vanka tak cocok dengan Lexi.
Vanka tertawa hambar, sedetik kemudian dia menangis.
🎬🎥
Jam istirahat kedua sudah lewat namun Vanka tak kunjung kembali ke kelas.
Dirga dan Gio sudah mencarinya kemana-mana.
"Ga, lo masuk aja duluan. Biar gue yang nyari Vanka" ucap Gio, Dirga menggeleng cepat.
"Gak! Gue gak mau, kita harus nyari Vanka sama-sama" ucap Dirga enggan.
Gio menghela nafas, "Kita harus cari dia dimana lagi coba?" Gio mengacak rambutnya frustasi.
"Kita belum ngecek Lab sama rooftop" ucap Dirga mengingat mereka belum memeriksa kedua tempat tersebut.
🎬🎥
Di rooftop mereka melihat Vanka duduk bersandar sambil menunduk.
Bahunya bergetar, sesekali terdengar isak tangis kecil.
"Van" ucap Gio dan Dirga bersamaan.
Vanka mendongak ke atas kemudian menunduk lagi menutupi wajahnya.
"Jangan! Jangan liat gue dan jangan mendekat! Gue lagi nangis, jelek!" ucap Vanka masih menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Namun Dirga dan Gio tetap mendekati Vanka. Mereka duduk disisi kanan dan kiri Vanka.
"Van, lo harus sabar ya. Gimana pun keadaan lo, lo tetap jelek kok. Kayak monkey" ucap Dirga polos seolah-olah ia mengatakan bahwa Vanka cantik seperti barbie.
Vanka mengambil tangan Dirga dan menggigitnya keras.
"AAAAAAAKKKKHHHH!!!!"
"Makanya jangan ngatain gue! Gue kira lo bakalan bilang gue cantik, eh ternyata gitu! Kampret memang lo!" ucap Vanka kesal, sedangkan Gio tertawa melihat keduanya.
"Mck! Lo memang rabies yam, liat deh Dirga jadi kesurupan" Gio menunjuk Dirga yang menggerak-gerakkan tubuhnya, seperti disetrum.
Bibirnya dimiringkan, hidungnya kembang-kempis, matanya dibuat juling, tangan dan badannya digerakkan seperti cacing kepanasan.
"Mmpff... Bhuahahahaha...Ih, Dirga kerasukan!" ucap Vanka. Ia dan Gio berdiri, bersiap-siap untuk menjauh dari Dirga yang 'kesurupan'.
Vanka menarik tangan Gio menuruni tangga sambil tertawa, sedangkan Dirga mengejar mereka masih dengan 'kesurupan'.
Vanka masih tetap menggenggam tangan Gio. Mereka tak menghiraukan teriakan guru BP karena mengganggu ketenangan proses belajar mengajar.
Semua siswa melihat dari jendela kelas, bahkan guru-guru yang mengajar berdiri di depan pintu melihat mereka.
Beberapa siswa bahkan memberi semangat pada mereka.
Mereka tak lagi dikejar Gio, melainkan guru BP dan satpam sekolah.
"Gio, Dirga ambil tas kita! Buruan!" ucap Vanka menginterupsi. Vanka menunggu di depan pintu kelas mereka sambil berjaga-jaga.
Gio dan Dirga buru-buru memasuki kelas mereka yang memang sedang jam kosong.
Vanka panik melihat guru BP dan satpam sudah berada 50 meter di depannya.
"GIO, DIRGA BURUAN!!!!!" teriak Vanka sekencang mungkin.
Dua detik kemudian Gio dan Dirga sudah datang dengan tas masing-masing, Gio memberikan tas Vanka, dan langsung dipakainya.
Mereka berlari menuruni tangga lantai tiga dan melewati koridor lantai dua. Guru BP dan satpam sekolah telak, tak sanggung mengejar mereka, mengingat usia mereka yang tak lagi muda.
"Kak Gioo semangat!!!!"
"Kak Dirga fighting!!"
"Pak satpam, tangkep Vanka aja! Kak Gio sama Kak Dirga jangan!!"
"Awas jatoh kak!"
Dan masih banyak teriakan-teriakan dari siswa-siswi yang menyemangati mereka, kecuali Vanka
VOTE DAN KOMENNYA GUYS!! 😆
AKU TERIMA KRITIK DAN SARAN KALIAN KOK 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanka
Teen FictionSulit dipercaya! Seorang Vanka rela menjadi cupu atau fake nerd hanya untuk mengejar Lexi--cowok yang telah merebut seluruh perhatian Vanka. Apakah Vanka tahan untuk terus berpura-pura (?) mengingat sifatnya yang biasanya bar-bar. Yang dulunya...