Begitu bel istirahat kedua berbunyi Vanka permisi pada Gio dan Dirga untuk pergi ke toilet.
Di toilet ada beberapa siswi, Vanka masih was-was ada lagi yang membullynya. Tapi ia cukup bersyukur karena toilet masih ramai, ia pun memasuki salah satu bilik kamar mandi.
"Itu yang namanya Vanka?"
Vanka bisa mendengar percakapan mereka, walaupun mereka sudah berbicara dengan suara pelan."Ssstt... Pelan-pelan ngomongnya bego! Iya, untung deh kak Lexi jadiannya gak sama dia-"
"Bener banget! Kak Lexi sama Chyra cocok kok! Gue sering liat mereka jalan bareng ke mall terus kak Lexi bayarin dia gitu, mck! Calon pacar idaman mah gitu hahaha"
Mereka tertawa, tapi Vanka mengepalkan tangannya rapat-rapat.
"Oh, ya. Katanya Vanka itu selain cupu, bego juga hahaha"
"Dia sering dipanggil ke kantor guru cuman gara-gara nilainya yang merah-"
"Tapi kan, biasanya kalo orang cupu itu pinter, kayak di kelas sebelah"
"Bodo ah, udah yuk gue udah laper, keburu masuk nanti"
Vanka mendengar derap langkah kaki mereka yang kian menjauh. Ia keluar dari bilik kamar mandi dan menatap dirinya di cermin.
Sampai kapan ia akan bertahan? Ternyata begini rasanya menjadi cupu, dikucilkan, dicemooh, dibully, direndahkan, diremehkan, dan tidak dihargai. Vanka menatap manik matanya sendiri di cermin. Lo payah! Batinnya, kemudian dia pergi dari situ.
Saat hendak pergi meninggalkan kamar mandi, seseorang menarik tangannya dengan kasar.
Vanka tak terlalu terkejut melihat yang menarik tangannya adalah Chyra. Ia tidak meronta maupun berteriak. Akhirnya Chyra melepaskan tangannya setiba di belakang sekolah.
"Gue cukup kagum lo gak meronta ataupun berteriak, bagus deh!" ucap Chyra melipat tangannya.
"Ngapain lo bawa gue kesini?" tanya Vanka berusaha tenang. "Gue cuman mau bilang kalo gue gak suka banget kalo lo deket-deket lagi sama Lexi, kalo boleh lo gak usah les bareng Lexi lagi! Gara-gara lo, gue sama Lexi sering berantem! Untungnya dia bego, jadi gampang banget ditipu-"
"Chyra! Lo pikir Lexi itu mainan lo apa?! Jangan seenaknya lo mempermainkan perasaan orang!! Gue bisa rela kok, kalo lo jadian sama Lexi. Tapi gue gak rela kalo lo cuman manfaatin dia aja" ucap Vanka tak terima jika Lexi diperlakukan layaknya mainan.
"Udah deh, gak usah sok bijak lo! Zaman sekarang mana ada cinta yang bener-bener tulus, cinta itu harus saling memanfaatkan. Kayak gue ngemanfaatin Lexi" ucap Chyra bangga.
"Lo salah paham tentang cinta. Cinta emang saling memanfaatkan, tapi bukan gitu Chyra. Kalo yang lo maksud cuman cinta sama harta Lexi, kepopuleran Lexi dan keegoisan lo sendiri, lo udah salah besar! Gimana kalo gue ceritain tentang semua kebusukan lo sama Lexi?" ancam Vanka, berharap bahwa Chyra akan takut. Tapi dari ekspresi wajahnya, sepertinya tidak.
"Basi! Gue gak takut! Lagian mana percaya Lexi sama lo. Asal lo tau dia jijik ngeliat lo deket-deket sama dia! Lo itu kayak hama bagi dia yang perlu dimusnahkan! Oke, sekian perintah dari pacar Lexi, bye! "
Chyra berbalik dan hendak pergi. Vanka tak percaya dengan sikap Chyra."Lo cuma pacarnya, tapi kalo gue jodohnya lo bisa apa? Hah?" Vanka tersenyum remeh. Perkataannya membuat Chyra menatapnya tajam. "Lo tau, gue bisa liat masa depan. Gue cuman mau ngasih tau sekali doang. Gue jodohnya Lexi, dan jodoh lo... " Vanka menatap sekelilingnya, sepi. Vanka berharap ada seseorang yang lewat, nah itu dia!
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanka
Novela JuvenilSulit dipercaya! Seorang Vanka rela menjadi cupu atau fake nerd hanya untuk mengejar Lexi--cowok yang telah merebut seluruh perhatian Vanka. Apakah Vanka tahan untuk terus berpura-pura (?) mengingat sifatnya yang biasanya bar-bar. Yang dulunya...