Epilog

3.1K 220 61
                                    


Happy Reading

.

.

.

.

.

"Ya! Park Jungmin! Bangun! Kau harus sekolah!". Teriakan menggelegar terdengar di sebuah apartemen. Yang mendengarkan teriakan hanya bisa menggelengkan kepala dan melanjutkan sarapannya. Sedang yang di panggil hanya membiarkan suara lengkingan luar biasa itu berlalu tanpa berarti apapun.

Jimin si kepala keluarga itu berdiri dari kursi makannya dan menghampiri sang istri yang berdiri di ruang tengah dengan berkacak pinggang setelah tadi berteriak. Pria itu lantas memeluk sang istri dari belakang dan membuat yang mendapat pelukan berjengit kaget. "Hei sayang, jangan marah-marah terus. Kasihan Jungmin mendengarkan omelanmu setiap hari". Ah, lelaki yang merupakan kepala keluarga dari Park Family ini berbicara dengan lembutnya pada sang istri tercinta.

"Huh! Dia selalu saja begitu sayang. Kau jadi harus terburu-buru terus pergi kekantor".

"Aigoo, nyonya Park ini cerewet sekali hm? Dia baru tujuh tahun sayang, biarkan saja seperti itu. Kau tidak ingat siapa yang sering terlambat dulu, hm?". Istrinya yang tak lain adalah Jungkook hanya bisa mengerucutkan bibirnya kesal.

"Ish, kau juga sama hyung". Kata Jungkook kesal.

"Itu kau tau. Jadi biarkan saja. Atau kau mau aku yang membangunkannya?". Jungkook mengangguk pelan dalam pelukan suaminya.

"Baiklah nyonya Park manisku, tunggu sebentar". Jimin melepaskan pelukannya dan segera menuju kamar anak pertamanya.

"Eomma— Hiks". Jungkook tersenyum pada penghuni rumah yang malah terbangun karena teriakannya tadi. Anak perempuan lucu berusia empat tahun bernama Joomi tengah terisak di depan pintu kamarnya. Segera saja ia menghampiri anak keduanya dan menggendongnya.

"Joomi terbangun karena eomma ya sayang?". Anak manis itu menggeleng.

"Joomi mau susu eomma". Dengan segera Jungkook membawa anaknya itu menuju dapur.

Sembari menggendong anaknya, Jungkook membuatkan susu untuk anaknya. Setelah selesai ia pun duduk dengan memangku anaknya di kursi pada ruang makan yang memang terhubung dengan dapur. Ia mengira suaminya tadi telah selesai menyantap sarapan, ternyata sama sekali belum. Baru separuh makanan hasil masakannya yang di lahap suaminya.

"Ah, kau selalu saja begitu tuan Park". Gumamnya.

Tak lama berselang, Jungkook di sambut pemandangan sang suami yang tengah menggendong anak pertamanya di punggung. Ia menggelengkan kepala pada teman berantemnya setiap pagi itu.

"Enak huh digendong appa?". Gerutu Jungkook pada anak lelakinya. Jungmin hanya tersenyum meringis pada ibunya itu.

"Paling eomma juga begitu pada kakek". Jawab Jungmin setelah turun dari punggung ayahnya.

"Kau benar Jungmin-ah. Bahkan sampai eommamu di SHS dulu, kakekmu masih sering menggendongnya". Lanjut Jimin hingga membuat istrinya mendengus kesal.

"Sudah cepat sarapan. Nanti kalian terlambat. Kau sudah mandi belum Jungmin-ah?".

"Sudah eommaku yang cantik. Aku hanya malas mendengar omelanmu dan menunggu punggung appa". Ugh.. Ingin sekali Jungkook menjewer telinga anaknya itu. Sifatnya semenyebalkan suaminya dulu. Hm—Memang benar pribahasa buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Anak pertamanya itu begitu mirip dengan suaminya.

If You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang