Siang itu Putri Lassielijla baru saja kembali dari tugas militernya bersama rombongan pasukan prajurit yang ia naungi. Pakaian kotor, rok pendek tersingkap, rambut yang tidak tertata rapih, persenjataan melingkar di pinggang, sosoknya bersanding diatas punggung kuda putih. Sungguh sangat tidak feminim dan anggun, namun inilah Putri Lassie, sang putri perang.
Beliau baru saja melaporkan hasil kerjanya kepada sang ayah, Jendral tertinggi kerajaan, Raja Demetrius di ruang kerjanya. Dan siapa sangka bahwa tugas lain telah menunggu, seolah tidak mengizinkan gadis 20 tahunan itu beristirahat. Namun, Lassie tetap menerima misi tersebut sebab rasa keingintahuannya yang lumayan tinggi. Terlebih, misi kali ini menyangkut Scorpio, pangeran dari kerajaan yang telah runtuh.
Dicari ke sana ke sini di area kebun, Lassie tetap tidak menemukan sang mantan pangeran—Scorpio. Beruntung ia bertemu salah seorang petani yang mengatakan bahwa Scorpio berada di ladang. Sudah menjadi rutinitas semenjak kedatangan Scorpio pada barisan pertahanan negara, sepulang misi pasti Lassie akan menemui pemuda itu. Toh, sudah kewajibannya untuk mengawasi prajurit baru tersebut sampai si prajurit dapat beradaptasi.
Melepas sepatu, menggulung celana serta lengan baju, mata kaki tenggelam dalam kolam lumpur, Scorpio terlihat tengah membantu menanam padi bersama prajurit-prajurit junior lain. Dengan intonasi mengejek, Lassie menyapa, "Duh ... cuaca cerah begini memang cocok untuk menanam padi, ya?"
Scorpio yang tentu sudah hafal dengan suara Lassie pun melirik dengan ekspresi kesal. "Dan cuaca cerah begini gak baik untuk kesehatanmu, Yang Mulia Vampir Gadungan," balasnya dengan penekanan pada empat kata terakhir.
Berkatnya, prajurit yang lain menoleh pada Lassie. Sungguh terkejut mereka melihat kehadiran sang putri, namun Lassie memberi kode agar mereka megabaikan kehadirannya.
Lassie pun tertawa. "Jahat, ah. Aku sengaja berkunjung untuk melihatmu, tahu!"
"Aku tidak butuh kunjunganmu," balas Scorpio mengabaikan Lassie dengan kembali menancapi bakal-padi di lumpur. Entah mengapa ia selalu saja kesal melihat Lassie. Apalagi gadis itu nampak sangat santai memandanginya dari tepian sambil memakan buah apel. Benar-benar membuatnya kesal.
"Kenapa aku harus melakukan semua ini, sih?!" Scorpio berakhir marah-marah sendiri dan membuat prajurit junior lain menjauhi areanya. Ia bahkan menendang lumpur hingga berceceran ke sembarang arah.
Lassie berkacak pinggang sambil memainkan apelnya. "Jangankan kau, aku saja suka membantu di kebun. Kau harus berterima kasih pada para petani sebab makanan yang kau cerna setiap hari itu berasal dari pajak yang mereka berikan."
Scorpio pun diam. Lalu Lassie menambahkan, "Jika kau tidak cekatan di ladang, bagaimana kau mau masuk dalam jajaran prajurit elit?"
"Maksudmu, jika aku sudah cakap di ladang, aku bisa ikut ke medan?"
"Yap. Tapi, meski sudah terjun ke medan aku masih suka membantu. Jadi sama saja."
"Ish ...," Scorpio kembali menggerutu sebal sementara Lassie menertawai.
Kemudian sebuah kereta kuda datang membawa putri tuan tanah dan butler. Perawakan ramping yang terbalut gaun merah muda mengembang berhias renda. Rambut hitam yang diikat rapih. Beliau nampak elegan dan cantik, tidak seperti penampilan Lassie. Nona itu terbelalak kala mendapati sosok Lassie menghalangi jalan blusukannya.
"Oh!" Ia dan juga sang butler membungkuk pada sosok putri Raja. "Saya tidak tahu Anda akan berkunjung. Maaf tidak melaksanakan,"
"Aku memang sengaja datang mendadak, Lady Beatrice. Cuma ingin melihat si Kalajengking tersayang melakukan pekerjaan rakyatnya," kata Lassie sambil mencuri pandang pada Scorpio.
Tentu Scorpio mendengar perkataan Lassie tersebut. Hal itu membuatnya mengamuk dan memaki pada sang putri yang sudah pasti diabaikan Lassie. Selain itu, Lassie juga membuat Lady Beatrice ber-oh.
"Bagaimana kinerjanya di sini? Apa banyak membantu?" tanya Lassie pada Lady Beatrice.
Lady Beatrice menjawab dengan tersenyum, "Ya, sangat membantu. Mungkin awalnya ada beberapa kesulitan, tapi sudah teratasi."
"Wah ... baguslah kalau begitu," balas Lassie. "Kalau kerjanya tidak becus, taburi garam saja," tuturnya.
Scorpio tentu membalas dengan memekik sebal, "KAU PIKIR AKU LINTAH, HAH?"
Lassie tertawa berkat respon Scorpio yang menurutnya menarik. Sesaat setelah Scorpio kembali mengabaikannya, mata Lassie kembali melirik pada punggung pemuda itu. Ia perhatikan lebar bahu pemuda itu, kasihan, memang.
Ia hanyalah pemuda seumuran Lassie, namun ia harus menanggung beban yang lebih aangat berat. Sosok pemimpin yang diandalkan rakyatnya di kala keruntuhan kerajaan tercinta, satu-satunya keturunan raja yang tersisa. Satu-satunya andalan warga demi memperoleh kesejahteraan kembali. Perjalanan hidupnya hingga sampai di tempat ini pastilah sangat berat. Lassie sudah paham, itu sebabnya ia ingin menolong Scorpio. Meski pemuda itu sempat hampir mencelakainya.
"Sehabis dari sini aku ... akan langsung melakukan investigasi lagi ke luar wilayah," ujar Lassie tanpa melepaskan sosok Scorpio dari pandangannya.
Lady Beatrice mengerjap terkejut, "Saya kira Anda baru saja tiba sejam yang lalu. Tidak kah sebaiknya Anda beristirahat dulu?"
Lassie membalas sambil tersenyum. "Memang, tetapi misi kali ini tidak dapat kutunda. Pasalnya misi ini menyangkut soal keruntuhan kerajaan asal Scorpio."
Mendengar namanya disebut, Scorpio membalikan badan, menatap balik sang Putri Layor. Sorot pandangnya seolah menyiratkan rasa ingin tahu. Ada apa? Kemana ia akan pergi?
Wajah serius Lassie berubah menjadi seringai mengejek. Memalingkan wajah dari Scorpio dengan sedikit menaikan dagu—sombong, ia bertutur, "Yah, tapi aku tidak akan mengajak si kalajengking dalam investigasiku."
Scorpio geram bukan main, merasa dirinya telah diberi harapan palsu oleh sang putri. Ia melempar lumpur kepada Lassie sambil berteriak, "PERGI SAJA, SANA!"
Lumpur itu berhasil mengenai ujung rok Lassie meski gadis itu sudah menghindar. Dan apel di tangan Lassie jatuh ke rerumputan. "Hei! Apel dan seragamku!" gadis itu memekik kesal.
Di sisi lain Scorpio tertawa penuh kemenangan. "Rasakan!" katanya.
"Kau tahu seberapa sulitnya menghilangkan noda di seragam ini?!"
"Masa bodoh. Lagipula bukan kau yang mencuci, kan?"
"BAGAIMANA KALAU MENDADAK ADA TAMU NEGARA?!"
"Itu sih deritamu. Siapa suruh jadi putri tapi kotor-kotoran. Ah, lagipula rokmu kan memang sudah kotor."
"Duh! Sini kau kutebas!"
"Memangnya bisa?"
"Ngajak ribut memang, ya ...."
"Sini maju!"
Lassie mengambil apelnya yang telah jatuh kemudian melemparkannya pada kepala Scorpio. Pria itu memang dapat menghindar pada awalnya, namun siapa sangka bahwa rupanya Lassie melemlarkan lumpur juga ke seragam Scorpio. Singkatnya, apel tersebut hanya ia gunakan sebagai pengalih perhatian.
Lady Beatrice dan sang butler pun hanya bisa menyeringai melihat pertengkaran kekanak-kanakan dua prajurit di hadapan mereka.
Setelah puas bertengkar, Lassie pamit pada sang Lady, "Aku berangkat sekarang. Sekali lagi titip kalajengking menyebalkan itu, ya."
"Ah ... tentu saja. Kalau beliau, hati-hati di jalan Yang Mulia." Lady Beatrice membungkuk, memberi salam. Begitu juga sang butler yang sedari tadi hanya menutup mulut.
"Ya, ya, cepat pergi, sana!" Teriak Scorpio dari seberang, yang dibalas juluran lidah oleh Lassie.
"Kalau lama jangan kangen, ya."
"Tidak akan pernah!"
.
.
.
Ini apa ini gajelas :'v cuplikan duo soib baru yang hobinya berantem :'v trailer cerita? Maybe ... yes :'v
YOU ARE READING
Alicia's Dumb Book 2
RandomBuku ke-2, isinya masih sama: Tags, QnA, and Random Scenarios. kebanyakan sih isinya gajean. Pokoknya gitu lah ._. Ciao~~ Alicia