Bucin Mode: Precious (2/2)

5 0 0
                                    

Precious

Oleh: Alicia U.

June, 2016


"Apa? Aku apa?" Aku melangkah mendekatinya. Kak Aya terpojok, ia menyingkir ke samping tapi kemudian terjatuh sebab tersandung kakinya sendiri. Gadis malang.

"Kak Aya, mau kemana?" Aku kembali mengejar, dengan langkah santai dan senyuman di wajahku. Sebaliknya, Kak Aya malah menatapku ketakutan. Duh, kenapa sih?

"Kau mau apa?!"

Takk! Aku menginjak pakaian yang ia kenakan sehingga tidak bisa kabur kemana-mana. Tentu aku menyamakan tinggi dengannya, tubuhku saat ini bertumpu pada kedua lutut dihadapannya. "Kak Aya jujur aku kecewa. Kau tahu? Gadisbyang waktu itu bersamanya di taman bermain itu aku. Lalu kenapa kamu harus cemburu denganku?aku harap kau tidak tahu itu sebelumnya. Tapi, jika kau putus dengannya, aku malah senang. Kau tahu apa? Aku bisa membunuhmu dengan puas tanpa harus menyakiti kakakku. Makanya, seharusnya aku bertema kasih ya?"

Kak Aya masih kehilangan kata-katanya. Air mata keluar dari pelupuk matanya. "Arisa... K-kau.. K-kau datang kesini hanya ingin aku baikkan dengan Ryuu, kan? Itu sa—"

"Tutup mulutmu wanita jalang." Kujambak rambutnya keudara. Aku ingin dia tegap. Duh, ekspresi kesakitannya sangat lucu. Jadi ingin kuabadikan, deh.

"Kak, apa aku tidak boleh bermain dengan kakakku sendiri? Pacarmu itu? Hah? Punya hak apa kau? Wanita sepertimu seharusnya mati saja!"

"R-Ryuu—"

Slapp! Lagi-lagi aku menamparnya. Kali ini lebih keras sampai wajahnya bengkak. "Jangan sebut namanya dengan mulutmu yang kotor itu! Menjijikkan!" Pandanganku menyayu seolah meminta belas kasihan darinya.

"Sekarang Kakak jadi tidak ceria. Sekarang Kakak jadi khawatir jika kuajak main keluar. Kakak menolak bermain denganku! Dia takut kau marah, Kak Aya! Itu semua salahmu!"

"Arisa! Kau gila?!"

"Ya, mungkin aku gila." Aku duduk di atas tubuh Kak Aya. Tangan kananku merogoh saku rok seragam yang kukenakan. Dari dalamnya aku keluarkan sebuah pena berujung runcing yang biasa kugunakan untuk melukis.

"Mau kutulis dimana? Skenario agar kau putus dengan kakakku. Di matamu?" Ku dekatkan ujung pena ke matanya. "Atau wajahmu? Ah, nanti lakak bisa lihat. Bagai mana kalau tubuhmu?" Sekarang aku menunjuk dadanya.

"Oh, jika disini.. Tidak akan dilihat kakakku kan? Atau...." Kutekan-tekan ujung penaku pada tulang kerahnya. Kak Aya berkeringat dingin dan wajahnya terbakar semburat merah.

"T-tidak! Kami tidak seperti itu Arisa—"

"Baguslah! Fufufufufu~!"

Sreet... Ku keluarkan satu benda pagi dari dalam sakuku, yaitu cutter, teman kecilku.

"Aku tak menyukaimu dari awal, Kak." Ku tancapkan benda itu di bagian perutnya, kemudian menarik garis diagonal membelah pakaian dan kulit mulusnya. Datah yang keluar memang banyak, tapi kupastikan tidak memotong organ dalamnya.

Kak Aya terkejut, ia mendorongku menjauh dari atas tubuhnya. Ia menjerit ngeri ketika melihat darah di tubuhnyaa. "Arisa kau sudah kelewatan!"

"Ini peringatan saja dariku. Sebaiknya kau baikkan dengan kakakku! Buat dia tersenyum seperti semula! Jika tidak, kawan kecilku ini akan memotongmu lebih dalam lagi." Ku acungkan cutter-ku padanya, "Hanya kau yang bisa mengembalikannya. Bahkan aku, aku tidak bisa membuatnya tersenyum terus. Kauborang yang dicintai Kakak. Aku mohon, kembalikan dia seperti semula."

Alicia's Dumb Book 2Where stories live. Discover now