Cuma mau bilang, kalau kamu ngerjain sesuatu dengan sungguh-sungguh, meski OOT, pasti ada hasil yang setimpal baiknya buat kamu petik di akhir. Kayak salah satu pengalamanku ini yang awalnya mengeluh-eluh karena tugas yang ternyata salah besar, terus ditimpa kesialan-kesialan yang akhirnya bikin aku menggerutu tapi ujungnya pasrah juga--karena lelah, wkwk...
buat kamu yang lupa, Kevin itu adikku :v
.
.
.
Tak! Tak! Tak! Terdengar ketukan yang sangat nyaring di telinga hingga membangunkan seorang Kevin dari tidur lelapnya. Matanya melirik ke jam yang menempel di dinding kamarnya. Pukul 2 pagi. Suara gaduh apa itu yang terdengar dari luar kamar? Hantu? Atau jangan jangan... maling?
Namun, suara samar-samar musik bertempo cepat bergenre metal. Kevin ingat kapan dia mendengar musik tersebut, yaitu sebelum ia mengurung diri dalam kamar untuk tidur. Dia tahu pasti hanya ada 1 kemungkinan dari mana musik itu berasal: laptop kakaknya. Sudah pasti itu bukan maling atau hantu. Jangan bilang, Kakak lupa matiin laptop dan malah ketiduran di ruang teve?/gak.
Kevin memutuskan untuk bangun dan memeriksa suara tersebut. Setelah diletusuri, ternyata asal distraksi mimpinya itu benar dari ruang teve, tempat terakhir ia berpamitan tidur dengan kakak-kakaknya. Kevin mengucak matanya kasar, rupanya sang kakaklah, Alice, biang ditraksinya.
Alice terlihat sedang memukul-mukul kesal kertas gambar di atas meja kaca menggunakan krayon. Dari jauh pun Kevin dapat menyimpulkannya, sebab tangan Alice berlumuran warna-warni yang sangat abstrak. "GOODBYE TEAAARRSSS!!! Dare mo kamo ga motteru, LIFE!! No naka futari warai, SHINSHOU!! Nante jitto gak hapal lala, EVERYNIGHT!! Syalalallala SUTETE MIRO YO!"
"Kak Aliceee! Berisik. Kirain ada apaan, maling kek, hantu kek, eh gataunya..."
Alice seketika diam dan menoleh pada adiknya. "Hidoi, ayem hantu, gitu? Hantu kece," balasnya sambil kibas rambut. Maklum, udah malem. Makin konslet otaknya karena butuh tidur.
Kemudian dia tersadar, lah, ini adek ko udah bangun jam begini? Alice mengomel, "Weh, molor besok kekolah!"
'Iya, tau.' mimik Kevin. Bocah SMP itu berujar, "Kakak juga! Bukannya jam 3 harus siap siap ke kampus?"
"Enggak, dong~ Hari ini masuk jam setengah dua belas. Bangun jam 6 pagi juga gapapa," balas Alice. Kevin hanya bisa garuk-garuk kepala. Kakaknya itu langsung mukul-mukul gak jelas lagi.
"Berisik, orang mau bobo!"
"Bobo sanaaa~" nyanyi Alice, menggunakan melody NP: LagPo – Goodbye Echoes. "Jangan salahin ay salahin bang *pip* dosen ay tercintah terganteng tersado lalala."
Kevin makin tepok jidat. Ga ngerti, teu nyaho ah teu nyaho aing /slap.
"Aye kudu ngelarin 2 lukisan buat besok siang," kata Alice, akhirnya dapat dimengerti Kevin.
Yah, seenggaknya dia bisa tenang karena suara aneh itu ternyata bukan dari hantu atau maling, tetapi kakaknya yang lagi mengerjakan tugas.
"Awas pecah itu meja, Kak," pesannya sebelum kembali ke kamarnya.
The End /slap/ Bonus!
Lanjut bray. Paginya Aku gagal bangun jam 6. Setelah menyelesaikan tugasku jam setengah 3 pagi, aku kena sial bablas tidur sampe jam 7 pagi. Alhasil, buru-buru mandi dan terpaksa sarapan di bis.
Mana pake acara ketinggalan bis, jadi harus nunggu sekitar 15 menit sampai bis lainnya datang, terus 45 menit sebelum bis bisa berangkat. Eh, ini udah 15 menit, bisnya terlambat datang. Aku relain nungguin lagi, meski udah niat bolos kalau dalam waktu 10 menit, bisnya belum dateng.
Terus beberapa kecelakaan terjadi di jalan, sampai perjalanan sempat terhenti untuk beberapa saat. Bisnya nubruk mobil, lah. Pengawas bisnya lemot banget, lah. Belom macetnya. Mana supirnya agak ugal-ugalan plus penumpangnya penuh—kejepit, saiya. Untungnya bukan hari kamis/jumat, kalo gak, makin ribet karena harus bawa-bawa artist bag. Sampai di terminal seberang kampus itu jam 11an.
Eh, sialnya lagi, turun dari bis, penyakit malah kambuh. Perjalanan yang biasanya Cuma 5 menit buat sampe di gedung kelas yang terjadwal, malah harus ditempuh selama seperempat jam. Untungnya 5 menit sebelum dosen dateng dan kelas dimulai, aku udah tiba dengan ngos-ngosan dan mandi keringet.
Belom abis sialnya sampai di situ. Alice liat di kelas banyak yang belum nyelesaiin lukisan. Awalanya Alice berniat santai, ngambil napas, istirahat bentar sebelum nanti harus berdiri lagi buat belajar—dia gak bisa ngelukis dengan posisi duduk karena meja di kelasnya ketinggian.
Ritual sebelum kelas di mulai itu: menanyakan tugas hasil pekerjaan orang. Aku tak luput melakukan ritual "Eh, lu udah beres tugas, belum? Liat, dong."
Temen semejaku mengeluarkan 3 lukisan, begitu juga teman di meja depan dan belakang. Dan meja seberangku mengeluarkan botol tinta cina dan mulai memoles kertas dengannya—tugas dia belum selesai.
Di situ aku baru sadar bahwa ternyata tugasnya itu disuruh buat 3 lukisan. 2 lukisan berbahan krayon, dan 1 lukisan berbahan tinta cina.
Ditambah lagi, sialnya, lukisan yang aku buat itu salah. Bukannya mengimitasi plus emulasi lukisan sun flower by Van Gogh, yang aku buat malah lukisan Congregation Leaving the Reformed Church in Nuenen. Salah info, yang dia dengar tugasnya itu hanya 'lukisan Van Gogh'.
"Mampus aing."
Maka cepat-cepat bongkar isi tas, ngeluarin persenjataan /slap/ perlengkapan lukis, dan ngerjain tugas yang belum tuntas itu dengan sisa waktu 4 menit terakhir! Mana harus pake dua tangan buat pegang kuas dengan benar. Habis, tanganku gemetar karena penyakit sedang kambuh. Tapi syukurnya lukisan tersebut bisa selesai, dan mejaku sudah rapih sebelum dosen datang. Dengan kekuatan maksain bin bodo amat yang penting gue ngerjain tugas. Aku juga udah bodo amat sama salah tema, bodo amat, yang penting ngerjain.
Tapi lucu juga, aku dapat nilai 89 poin! Lumayan buat masuk galeri pameran kampus, www...
YOU ARE READING
Alicia's Dumb Book 2
RandomBuku ke-2, isinya masih sama: Tags, QnA, and Random Scenarios. kebanyakan sih isinya gajean. Pokoknya gitu lah ._. Ciao~~ Alicia