Bucin Mode: Paradigma

3 0 0
                                    

Paradigma

Oleh: Alicia U.


Penyesalan selalu datang di akhir, dan itu membuat orang berpikir, "Bila saja aku bisa berbuat sesuatu untuk mencegah hal itu terjadi." Hal itulah yang belakangan ini kupikirkan. Bila saja aku tidak pernah bertemu denganmu, mungkin semua kenangan buruk itu tidak akan pernah terjadi. Bila saja aku menyadari siapa kau lebih awal, akan kucegah kau pergi dan mungkin saat ini kita masih bersama.

Aku jadi sering menyalahkan diri sendiri dan murung setelah perpisahan kita. Air mataku tiada henti mengalir kala kenangan kita terputar ulang. Sebuah penyesalan tiada akhir yang membuatku terpuruk setiap malam.

Seseorang datang sebagai orang baru di lingkungan rumah sakit tempat aku dirawat. Ia merupakan veteran tentara dengan banyak luka di tubuhnya. Meski masih baru, dia sudah pandai bergaul dan memiliki teman semudah membalikan tangan. Dia yang akrab disapa Rio adalah sosok yang hangat, ceria, murah tersenyum dan ramah. Kesini-sini aku merasa jika ia mirip seseorang, yaitu kau.

Ia selalu mengulurkan tangannya pada siapa saja, dan mungkin sebab itulah ia dicintai semua orang. Kehadirannya sungguh bagaikan matahari, sementara aku?

Aku yang terus murung setiap hari, menyembunyikan diri dari kerumunan orang, sulit bergaul dan menjadi penyendiri. Namun, ia buat aku menyerah dan luluh pada kebaikannya. Ia tunjukan padaku dunia dan mengubah cara pandangku. Sejak saat itu aku mulai terbuka padanya.

Aku ceritakan sebuah serpihan ingatan yang membekas di kepalaku, kenangan dari trauma amnesia yang kuderita pasca perang. Yaitu perasaan bersalah yang kurasakan, seperti aku ini adalah penyebab kematian seseorang yang berharga bagiku. Memori yang membuatku menangis tanpa alasan yang jelas setiap malam, merindukan sosok seseorang yang tak kunjung datang. Kau.

Jangankan datang, aku saja tidak tahu kau itu bagian dari masa laluku atau hanya bagian dari mimpiku. Rasanya aku tidak bisa membedakan mana yang mimpi dan mana yang bukan. Tetapi seperti orang gila, aku tetap menanti kehadiranmu kembali dalam hidupku.

Dia pernah berkata padaku, "Mungkin saja itu bagian dari masa lalumu, maka kau tidak boleh berhenti menunggu. Tetapi aku yakin jika kau terus murung seperti ini, ia akan sedih melihatmu." kata-katanya sangat mempengaruhiku. Dan berkat bantuannya aku bisa menebar senyuman sepanjang waktu. Aku bukan si pemurung Claudia lagi.

Sejak saat itu kusadari jika aku menyukainya. Awalnya aku menolak perasan itu sebab tak ingin merusak ikatan pertemanan yang sudah kami jalin dengan baik. Tatapi ia selalu bisa membuatku jatuh hati hingga tak dapat kuelak lagi perasaan itu. Kami saling jatuh cinta.

Setiap hari aku selalu ingin bersamanya. Ia ajarkan aku rasa yang tak kumengerti, perasaan khawatir padanya, gugup sebab melihat sosoknya, takut seseorang membawanya pergi dariku. Aku seperti orang gila yang dibutakan oleh cintanya.

Hei, salahkah aku mencintainya, wahai kau yang tidak dapat kuingat wajah ataupun suaranya? Kau yang dulu mengikat janji denganku untuk bertemu suatu hari nanti. Kau yang membuatku menunggu dalam penantian tiada berujung. Kau yang dahulu membuatku terbuai oleh cintamu.

Diombang-ambing oleh dilema antara kau dan dia, aku menangis. Rasanya tidak adil jika aku memutuskan bersamanya, tetapi aku masih menantimu. Dan rasanya tidak adil juga jika aku mencintainya dalam penantianku. Laksana kapal di tengah badai, aku kehilangan arah, tidak tahu jalan mana yang harus kupilih.

Seseorang bahkan sampai menasihatiku, jika terpaku pada masa lalu aku tidak akan pernah bisa melangkah maju. Kau mungkin hanya bagian dari masa lalu atau imajinasiku. Seharusnya aku berfokus pada masa sekarang, dimana aku hidup.

Alicia's Dumb Book 2Where stories live. Discover now