Agak spoiler buat salah satu rute di Beast Darlin. Ini buat tugas 1m1s Agustus kemaren di SIP sebenernya.
Seisi istana sedang sibuk-sibuknya sebab hari ini kami akan kedatangan tamu spesial. Seluruh ruangan dibersihkan, bahkan ditata menggunakan gaya baru. Tirai-tirai, vas bunga, karpet, seluruhnya diganti. Semua orang nampak sibuk, tapi tak satupun dari mereka yang terlihat antusias. Apalagi setelah mengetahui bahwa tamu spesial yang akan datang hari ini adalah seorang puteri dari kerajaan Nightford. Kerajaan yang tengah berseteru hebat dengan kerajaan kami, Ratclift.
Mengapa juga seorang Nighford akan diperlakukan sebegitu istimewanya di istana ini, sedangkan sejak beratus-ratus tahun lalu kedua kerajaan ini saling mencaci? Jawabannya, karena puteri itu akan segera bertunangan dengan raja kami, Raja Leo William Ratclift, atau yang lebih dikenal sebagai Raja William ke-IV. Terdengar lucu, bukan? Mereka akan menikah ... aku yakin para dewan tetua di kerajaan ini pun tak akan menyetujuinya. Namun, raja kami yang baru ini sangat keras kepala atas keputusannya. Dan jujur saja, aku sangat tak menyukai Raja William.
Tengah hari itu aku dan para pelayan lain berbaris di depan pintu masuk istana dan memasang senyum palsu. Kereta-kereta kuda yang mengangkut puteri dari Nightford itu beserta rombongannya tiba, berikut bersama kereta milik Perdana Menteri kami, Yang Mulia Jefferson.
Kami semua mulai sibuk dengan urusan pekerjaan masing-masing, termasuk diriku. Sir Jefferson memanggilku untuk diperkenalkan pada Puteri. Aku telah ditunjuk sebagai kepala pelayan yang akan menemani Puteri selama dia berada di istana ini. Sebuah posisi yang paling tak diinginkan pelayan lain sebab akan menghabiskan banyak waktu bersama Puteri kerajaan musuh.
Aku membungkuk dalam pada gadis berusia sekitar 20 tahun itu dan memamerkan senyum palsu. "Finn Stewarts siap melayani, Yang Mulia."
Puteri balas tersenyum padaku. "Senang bertemu denganmu, Stewarts," sapanya balik.
Dia nampak lugu sekali untuk ukuran 'Bangsawan Dari Nighford Musuh Ratclift' itu. Aku bahkan sempat tak percaya bahwa dia adalah seorang Puteri. Apalagi dengan wawasannya yang minim mengenai bangsa kami. Dia juga sedikit berperilaku aneh. Terkadang dia mengucapkan beberapa kata yang tak kumengerti. Entah bahasa mana.
Memang, aku sempat mendengar beberapa desas desus mengenainya bahwa dia telah lama tinggal di perkampungan nelayan.
Seorang puteri tinggal belasan tahun di wilayah perkampungan? Bagaimana bisa?
Ternyata dia tak murni bangsawan seutuhnya. Dia mewarisi darah desa dari sang ibu yang merawatnya di kampung itu selama 17 tahun sampai Raja Alexander II dari Nightford—sang ayah—datang menjemput. Atau begitulah yang dia ceritakan padaku.
"Kalau kau, darimana asalmu?" tanya Puteri di sore hari itu. Aku sedang menemani beliau minum teh di ruangannya. Dia bahkan menyuruhku untuk ikut minum teh juga. Sebuah hal yang seharusnya tak patut dilakukan oleh seorang puteri.
"Masa laluku tak menarik untuk diceritakan," balasku sembari tersenyum padanya. Tentunya senyum palsu. Sayang sekali aku tak diperbolehkan menunjukan kebencianku padanya. Yang bisa kutunjukan hanya sikap ramah. Lagipula itu akan merusak rencanaku.
"Ayolah, cerita saja!"
"Tidak, Yang Mulia. Ini benar-benar tak menarik. Anda pasti akan bosan!"
"Stewarts ...," Puteri malah memelas padaku. Ekspresinya membuatku tertawa karena sangat tak cocok mengingat gelar yang dia sandang.
"Baiklah, aku menyerah. Aku akan bercerita," kuletakan cangkirku kembali di atas meja sebelum mulai bercerita.
"Aku berasal dari wilayah yang kumuh di pelosok negeri ini. Aku kehilangan kedua orangtuaku karena ekspansi wilayah yang dilakukan Yang Mulia Raja beberapa waktu lalu. Mencoba bertahan hidup seperti tikus got besama warga lainnya ... itu bukan kilasan masa lalu yang indah.
YOU ARE READING
Alicia's Dumb Book 2
RandomBuku ke-2, isinya masih sama: Tags, QnA, and Random Scenarios. kebanyakan sih isinya gajean. Pokoknya gitu lah ._. Ciao~~ Alicia