Day21

248 19 1
                                    

Apakah ini hanya ilusi yang ku buat dalam skenario ku sendiri tanpa dia ikut campur dalam skenario ini?

Apakah ini hanya ilusi yang ku buat dalam skenario ku sendiri tanpa dia ikut campur dalam skenario ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hari ini adalah hari untuk ke dua minggu terakhir Nadya dan Redi terus bersama karena ikatan taruhan.

ya itu taruhan konyol yang belom pernah Nadya lakukan selama ini.

----------------

"Red tungguin." Nadya mencoba mengejar Redi

"Rediiii gue cape."

Nadya terus mengejar Redi dengan sisa tenaganya.

"Ayo Nad lo bisa ini buat latihan pernapasan lo nanti ketika pentas seni."

"Tapi jangan cepet cepet gue udah kewalahan ngejar lo."

"Lo pasti bisa."

Redi terus berlari dan Nadya mencoba berlari mendekat ke arah Redi.

Ketika Nadya berhasil meraih tangan Redi, Nadya tidak melihat ada batu di depannya.

"Awas Nadya." Redi menarik tubuh Nadya ke dekapan tubuhnya.

Dan ekspresi Nadya lagi lagi diam membaku seperti hari kemarin yang di lakukan Redi terhadapnya.

"Rediii lo itu gimanasih bikin gue gak bisa berhenti nih jantung, lo pake apaansih pelet? tapi mana mungkin, ahh udahlah Nad lo apaansih mikirin ini."

ucap Nadya dalam hati saat Nadya berada di posisi dekapan tubuh Redi dengan kedua bola mata mereka bertatapan.

Redipun merasakan apa yang dirasakan oleh Nadya.

"Kalo diliat liat lo cantik Nad, lo itu baik, pinter yaa gitu perfect girl. Red lo harus inget lo cuman minta diajarin matematika sama Nadya supaya lo bisa ngejar cinta lo, ya perempuan itu perempuan yang gue cintai selama ini Rena."

Redi memecahkan kegugupan mereka berdua.

"Nadya lo ga liat nih ada batu di depan lo."

"Yaa gara gara lo."

"Ko jadi gara gara gue."

"Yaaa abisnya sihhh lo ga denger gue ngomong kalo gue udah ga kuat."

"Lo cape?"

Muka Nadya sedikit ditekuk dan itu yang membuat Redi sangat gemas sekali melihat muka Nadya.

"Lo itu bikin gue pengen nyubit lo tauu ishhh." Redi mencubit idung Nadya.

"Sakittttt."

"Ya abisnya sih lo bikin gue, ah udahlah."

"Bikin apa jawab?" Nadya cekikikan

"Bikin gue pengen nyulik lo."

Redi menggendong tubuh Nadya.

"Ihh apaansih lo, lepasin malu diliatin."

"Udah mereka cuman ngeliatin doang ko, paling cuman sirik pengen di gendong kaya lo, lo itu harus nya bersyukur bisa gue gendong sama orang secakep gue."

"Apa cakep? muka kaya anjing peliharaan gue, eh lebih cakep anjing gue dari pada lo."

Tawa Nadya sangat memuaskan, dan Redi tidak menerima ucapan itu.

Redi menggelitiki tubuh Nadya, "Lo rasain nih."

"Ahh udah gue nyerah." tawa Nadya terus terdengar.

Hingga akhirnya Redi puas dengan pembalasannya kepada Nadya.

"Turunin gue."

"Oke hari ini gue harus pura pura marah sama Redi, gue kerjain balik tuh orang." bisik Nadya.

"Apa lo ngomong apa?"

"Apaansih." muka Nadya mulai bereaksi menimbulkan mimik muka yang sedang marah.

"Lo marah?"

"Ga gue ga marah, ya iyalah gue marah."

"Gue minta maaf Nad."

"Pokonya kalo lo mau maaf dari gue, lo harus ke sana tuh terus lo harus teriak dan ngulangin kalimat yang gue suruh." Nadya menunjukkan ke arah dekat orang orang yang ramai.

"Apa kalimatnya?"

"lo harus teriak dan ngulangin kata gini satu tambah satu sama dengan dua, dua tambah dua sama dengan empat, dan seterusnya."

"Gila lo Nad nanti dikira orang gue beloon gabisa gituan."

"Lakuin atau engga."

"Iyaaa Nadyaa gue kesana sekarang."

Redi berjalan ke arah dimana tempat orang orang ramai.

"Cepetttt mulai sekarang." teriak Nadya.

"Satu tambah satu sama dengan dua, dua tambah dua sama dengan empat, tiga tambah tiga sama dengan delapan."

"Enam kak bukan delapan." jawab anak kecil sekitar sepuluh tahunan.

"Apaansih."

Tawa Nadya meledak ketika mendengar percakapan mereka.

Nadya terus memotret Redi dengan kamera handphone miliknya.

Saat Redi melihat apa yang sedang dilakukan oleh Nadya, Redi berjalan ke arah Nadya.

"Lo ngapain motret motret gue."

"Gue motret lo? buat apa coba gue motret lo gada kerjaan."

"Itu handphone lo."

"Lo yang kegeeran."

"Udahlah cepet pulang dah ga kerasa gelap."

"Lain kali kalo lo nge fans bilang bilang nanti gue kasih tanda tangan khusus buat lo limited edition."

"Banyak omong lo, cepet balik."

There's love in our friendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang