Day23B

93 8 0
                                    

Hari sudah semakin gelap, mungkin ini memang jam makan malam di restoran yang sudah Redi pilih.

Di dalam restoran ini cukup ramai karena ini memang sudah waktunya memasuki jam makan malam.

Nyaman? ya restoran ini nyaman sekali, harum ruangan sangat khas menusuk hidung Nadya.

Tidak banyak kegaduhan yang ditimbulkan di tempat ini, hanya suara serak serok sendok dan dentingan gelas yang saling beradu satu sama lain.

"Lo mau pesen apa?" Tanya Redi ketika sudah mendapatkan tempat duduk

"Sama dengan lo." ketus gue, biarkan saja gue seperti ini. Kenapa gue jadi sewot? Tidak tau, gue juga bingung.

"Nadyaa, lo masih marah?" Redi memecahkan keheningan diantara kami berdua

Gue tidak mempedulikan dirinya, pandangan gue menatap layar ponsel.

Redi tidak tinggal diam, dia merampas ponsel gue. "Ayolah Nadya, kenapa lo jadi marah kaya gini? Lo mau apa? Hot coklat, cake coklat atau-" Secepat kilat gue memotong percakapannya.

"Gue bilang terserah lo."

Dia mengusap lembut kepala gue

"Yaudahlah jangan marah lagi, gue sadar lo lebih baik dari Rena. Kayanya gue bakal nunda kepergian gue buat nyari Rena di negaranya."

"Loh kenapa? Bukannya dari awal lo kepingin banget nemuin Rena, dan baikan sama Rena?"

"Cuma mau ngasih tau, ada banyak alasan untuk gue pergi. Tapi gue punya satu alasan kuat untuk tetap tinggal, karena gue yakin
lo yang selama ini gue cari."

Gue tiba tiba shocked ketika mendengar kalimat terakhir. Itu becanda? mana mungkin dia bicara seperti itu, setau gue dihatinya hanya ada Rena.

Gue tidak suka dengan sifat yg ini, dia selalu bikin gue bingung dengan tingkahnya.

Kadang dia nyebelin, resek, baik dan kadang kalimatnya itu manis sekali.

"Ah lo gimanasih gak punya berpendirian teguh, dulu lo paling semangat buat kejar Rena kembali dan gue yakin disana Rena pasti nunggu lo." Gue berhati hati menananyakan hal tentang itu.

"Coba jelaskan Nad. Seperti apa rasanya berpisah tanpa adanya alasan? Tiada pamit terlebih dahulu, bahkan tak ada sepatah kata pun yang mengiringi kepergian?"

"Maaf Red, bukannya kaya gitu. Pasti Rena menginginkan yang terbaik buat lo, menjadikan lo pribadi yang lebih baik. Dia terpaksa ninggalin lo dengan alasan yang menurut lo belom jelas. Kenapa Rena lakuin itu? Jika Rena tidak pernah pergi dari kehidupan lo, mana mungkin lo bisa seperti Redi yang sekarang? Gue yakin dia berat hati ninggalin lo dan gue percaya dia nunggu lo kembali disana."

Hati gue ter iris ketika mengucapkan kalimat itu, mulut bisa berbohong tetapi hati? Tidak dia tidak bisa berbohong dengan perasaannya.

Air mata gue sudah diujung mata, jika mata gue berkedip sedikit saja air mata itu akan meluncur hebat.

"Tapi, gue bisa apa? Gue hanya bisa menerima takdir bahwa mungkin memang bukan dia orangnya."

Mau saja gue membalas ucapan Redi, tiba tiba saja makanan yang kami pesan sudah datang dan dihidangkan dimeja kami.

"Selamat menikmati sajiannya."

Seorang pelayan wanita yang memakai seragam merah dengan rambut di gelung macam konde wkwk tawa gue ketika pelayan itu meninggalkan meja kami.

"Ini namanya Moodboster gue."

Segala sajian makanan yang berbau coklat sudah didepan mata gue.

There's love in our friendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang