Redi menatap Nadya dengan serius. Entah kenapa saat melihat idungnya ingin mencubitnya, tapi dia tidak senekad itu. Dengan refleks, Nadya menoleh ke arah Redi yang sedari tadi memandangi wajahnya, membuat Redi kaget dan segera memalingkan muka, pura pura menatap ke arah yang lain.
"Lo dari tadi liatin gue terus, jangan bilang lo naksir ya?" Tuduh Nadya.
Redi pura pura sibuk memainkan ponselnya, yang jelas cuman menekan menu kemudian kembali, menekan menu lagi dan kemudian kembali.
"Pede banget lo." Balas Redi.
Nadya mengerucutkan bibirnya yang mungil itu, "Yaudah ayo kita gladi resik, udah ditunggu disana." Menarik pergelangan Redi.
(Gladi resik: Sebuah latihan sebelum tontonan)
Ya benar sepulang sekolah mereka tidak langsung pulang. Karena diwajibkan untuk gladi resik sebelum acara dimulai. Dikarenakan agar pelaksanaannya berjalan dengan lancar.
"Red hehe."
"Kenapa?" Dengan wajah yang tidak menatap wajah Nadya.
"Red ihh, kalo ada yang ngomong itu liat mukanya dong. Gimana gue mau ngomongnya coba."
"Ngomong ya ngomong aja." Sewot Redi.
"Ko gitu sih!"
Redi melihat wajah Nadya ditekuk. Perasaannya serba salah, jika sikapnya terlalu perhatian takut membuat dirinya jatuh cinta kepadanya. Tapi jika Redi bersikap sedingin es, dia pun takut sekali kehilangan sosok Nadya yang dia punya.
"Yaudah maaf ya, gue gak sengaja. Mau nanya apa?"
"Sorot matanya ko bisa sejuk gitu. Nyaman buat gue liatin terus." Batin Nadya.
Redi bingung saat ini, kenapa Nadya liatin dia terus ya? Apa dia punya perasaan seperti dirinya?
Bukan Redi namanya kalo dia tidak mendapatkan cintanya.
Benar kata orang bahwa cinta akan tumbuh dengan seiring waktu. Bahkan dengan orang yang bahkan tidak pernah kita duga pun bisa jatuh cinta dan bahagia.
"Hey jangan liatin terus abang ganteng ini dong." Rayunya.
Ya sikap Redi sudah mulai kembali. Sikap resek, jail, bahkan minggu minggu ini sering sekali merayunya.
"Gue mau ganti lagu lagi nih. Bisakan?"
"Ah lo ganti ganti terus, oke oke gue usahain, apasih yang engga buat Nadya." Lagi lagi Redi merayunya. Kali ini Nadya tidak lagi gampang terayu oleh omong kosong Redi.
"Gue mau lagu Tak Mampu Pergi. Gue dah hapal liriknya, sekarang lo harus hapal juga ya ngiringin lagu itu pake gitar."
"Siap cantik."
Apa? Gue gak salah denger, barusan dia panggil gue cantik? Tapi emang bener sih gue itu cantik.
Tapi kan kalo dia yang sebut gak mungkin, orang yang ada dipikiran dan hatinya adalah Rena. Yah gue salah denger kali ya.
"Nad lo mau ice cream gak?" Pertanyaan itu membuyarkan lamunan gue tentang Rena.
"Ya mau lah, ya sudah ayok gue tau tempat ice cream enak dekat sini."
Redi tidak mengubris ucapan gue, ketika gue hendak melangkah didepannya. Redi cepat cepat berjongkok dan meraih tali sepatu gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
There's love in our friendship
Teen FictionNadya memberikan surat terakhirnya kepada Redi ketika Redi akan pergi meninggalkan Nadya untuk perempuan yang dia cintai, tanpa melihat dibelakang ada seseorang yang terus berharap kepadanya yaitu Nadya. Saat Redi sudah berada di bandara, ada seoran...