terserah mau denger lagu apa buat part ini. Hahaha.
Let's Read
.x
************************************
VIKA POV
Aku terbangun dengan keadaan di mana Vailla berada di pangkuanku sembari kepalanya terbaring di tangan Niall, lalu aku bersandar pada sandaran kursi. Kupegang kepalaku perlahan-lahan lalu kembali meratapi Niall.
Tiba-tiba air mataku kembali turun namun cepat-cepat aku menyekanya, “Mommy?..” Sontak aku langsung melihat ke arah Vailla yang sedang mengucek-ucek kedua matanya. “Daddy kok belum bangun?”
“Iya nih padahal udah jam setengah dua belas ya sayang” Ujarku dengan menahan tangis, selama inikah Niall terbaring? Aku menggeleng dan menggenggam erat tangannya disusul oleh genggaman Vailla.
“C'mon Daddy wake up, sebentar lagi pergantian tahun..” Ujar Vailla dengan senyuman kecil disudut bibirnya. Aku menghela nafas lalu mengusap-usap kepalanya.
Tiba-tiba saja jari-jari Niall bergerak dan sontak membuatku kaget begitupun Vailla, secercah kelegaan muncul dalam benakku. buru-buru aku mengusap kepalanya. “Niall, are you okay? Ah syukurlah kau sudah bangun” Ujarku.
“Y-yea, aku baik-baik saja. Apa yang baru terjadi padaku, Vik?” Tanyanya, kemudian tangannya bergerak menuju kepalanya dan menyentuh pelan lalu meringis kesakitan, setelah itu Ia tersenyum padaku, menambah perih dalam batinku. Itu.. Itu terihat seperti senyuman pasrah.
“Kau habis kecelakaan Niall, kau tahu? Aku dan Vailla benar-benar mengkhawatirkanmu, aku merasa bahwa aku, aku..” kembali kuseka air mataku kala tangan Niall mengusap-usap kepalaku. Sontak aku langsung memeluknya pelan.
“Shhh sudah tidak mengapa, Vik. Maaf telah membuatmu khawatir.”
Vailla pun menangis dan memeluk Niall, “Vai hampir kehilangan Daddy, huhuhu”. Aku tertawa kecil dengan Niall, kau bisa bayangkan Niall begitu lemah tapi masih berusaha untuk menyunggingkan senyumannya yang sedari dulu selalu menjadi incaran paling kucintai dari raut wajahnya. Entahlah, melihat Niall tersenyum kadang memberi kesan sendiri dalam diriku.
Perlahan senyuman itu memudar kala nafas Niall mulai terengah-engah, dengan langkah cepat aku ingin keluar memanggil Dokter, namun tangan Niall keburu menarik pergelangan tanganku.
“Stay here, please..” Aku menangguk dan kembali duduk di sampingnya, menggenggam erat tangannya. Vailla sendiri hanya diam memandangi sosok Niall dengan pandangan kosong.
Ruang Niall terletak di lantai tiga dengan jendela yang kubiarkan terbuka agar kami bertiga bisa melihat perayaan pergantian tahun dengan kembang api yang bertaburan di langit beberapa menit ke depan nanti. Aku tersenyum kala mendengar seruan terompet di bawah sana.
Vailla berjalan menuju jendela dan menatap kegirangan, untunglah Niall sudah pulih. “Mom, Dad. Lihat, di bawah sangat ramai. andai kita bisa kesana” ujar Vailla.
Aku berdehem kecil membuat Vai menoleh dan terkekeh singkat. Lalu aku kembali menatap Niall, ia seperti sedang mengatur nafasnya. Perasaanku mulai tidak enak.
“V-vai, kemarilah. Daddy ada sesuatu untukmu..” Vailla berlari dan duduk di atas pangkuanku. Niall yang melihatnya tersenyum dan meraba bawah bantalnya.
Kotak kecil berwarna merah muda dengan pita bintang serta seperti ada kilapan dari pita tersebut, betapa bahagianya kala kotak tersebut diberikan pada Vailla.
“Buka honey, itu hadiah ulang tahunmu. Semoga kau suka ya, Dad-daddy mencintaimu.” Vailla mengangguk dan tersenyum bahagia, ia mencium tangan Niall.