ZULFAH POV
Aneh, ya ini memang aneh dan hatiku belum sepenuhnya percaya bahwa masalah ini sudah selesai. Vika dan Ristia sudah baikan itu memang benar namun aku masih melihat dibalik raut wajah Niall, dia seperti menyembunyikan sesuatu entahlah itu apa. Buktinya saja ia hanya bisa terdiam saat Vika dan Ristia tengah berbincang-bincang. Biasanya ia akan terlihat ceria. oke lupakan semua itu.
Ristia baru saja menanyakan keberadaan Harry, sontak kami semua mengendikkan bahu. Bukan karena apa, tapi Harry memang sudah pergi sejak kemarin siang dan sampai sekarang belum kembali. Aku curiga ia membuat kesalahan lagi di luar sana.
Maka disinilah aku, hanya terbaring malas di atas kasur. Aku sengaja naik ke atas karena aku merasa mengantuk. Sementara Ristia, ia pergi ke kamarnya beberapa jam lalu. Ia bilang ia ingin beristirahat. Apakah Ristia benar-benar membenci Harry? Toh kenapa ia tidak kebingungan?Uh semua ini membuatku pusing. Lalu Vika, ia sedang bermain di taman belakang bersama Darcy, Vailla dan Marcel.
Mungkin Niall dan Louis masih berada di ruang tamu. Aku tidak perduli akan semua itu, lebih baik aku tidur.
Knock knock
Mataku terbuka ketika mendengar suara ketukan pintu aku mengernyitkan dahiku, di saat seperti ini saja pasti masih ada yang mengangguku. Maunya apa sih? Aku pun menghiraukannya dan kembali menutup mataku.
Terdengar hentakan kaki yang begitu kasarnya berlari dan menghantam tubuhku. Sontak mataku terbelalak ketika mendapati Louis ada diatasku, ingin sekali rasanya aku mengikat kepala di atas pohon kelapa. Entah mengapa.
"Hey, can I have your body now?" Louis tersenyum ke arahku sebari memainkan rambutku aku hanya menggeleng lalu menghindar darinya namun apa daya ia malah menahanku begitu kuat sehingga aku masih berada di bawahnya. Ini menyiksa ku, tidakkah dia tau badannya itu besar dan berat.
"Pleaseee, I've missed you" Louis mencium bibirku dengan lembutnya. Aku hanya terdiam lalu melepaskan ciumannya itu dengan cepat.
"Tidak Lou, bagaimana bisa kau mau melakukannya? Kalau Marcel, Vailla dan Darcy melihat bagaimana? Berpikirlah dengan cemerlang, Daddy" Ucapku sembari menekankan kata-kata Daddy. Ia mendengus kesal dan berbaring di sampingku.
"Kenapa kau jadi kesal begitu?" Aku bertanya sembari menghadapkan badanku ke arahnya lalu mencubit dan memainkan hidung Louis ke arah kanan dan arah kiri. Ia menghembuskan nafasnya pelan.
"Kita bisa melakukannya sepulang dari France, apa kau puas?" Ucapku lagi, seketika itu juga raut wajah yang tadinya kusut tiba-tiba berubah menjadi senyuman maut. Dengan sigap Louis mencium bibirku lalu mengangguk.
Dasar otak mesum, hanya dengan seperti itu saja mood nya bisa kembali lagi. Oh ku harap sifat itu tidak menurun ke Marcel. Ya kuharap.
"Sudahlah Lou, aku ingin tidur" Aku mengambil selimut dan menutupnya sampai ke kepalaku. Louis mengecup pelan puncak kepalaku dan memelukku.
Ia bersenandung ria menyanyikan sebuah lagu yang kuyakini itu lagu dari one direction, secara aku tidak begitu hafal dari isi setiap albumnya. Aku memang begitu bodoh. Haha. Tapi bicara tentang suara, suara Louis begitu indah. Ya tuhan.
"Tidurlah, jangan malah senyum-senyum seperti itu" Louis menegurku. Bisa kupastikan wajahku memerah, sial sekali dia.
Dengan perasaan malu aku membalikkan badanku dan memeluk gulingku begitu. eratnya, uh aku sangat malu sekarang. Perlahan kurasakan tangan Louis menyentuhku dan memelukku dari belakang membuat aku merasa nyaman dan rasa ngantuk itu benar-benar menjalar sekarang.
NIALL POV
Aku mendengus kesal ketika Louis meninggalkanku begitu saja sendirian di ruang tamu seperti ini. Ah aku hampir lupa, Vika dan Ristia baru saja bermaafan, yah jujur separuh hatiku merasa senang namun separuh hatiku lagi merasa kesal karena Harry tidak kunjung datang dan meminya maaf pada Ristia.