16 Desember 2019
at 'Stadion Wembley'
21.00 pm
VIKA POV
"C'mon Lou, good luck."
"Yeay! Semoga berhasil uncle"
"Daddy harus menang kalau tidak Marcel tidak akan mau bermain dengan Daddy lagi"
Ya begitulah seruan antara Vailla,Darcy dan Marcel berusaha menyemangati Louis yang sedang bermain dengan bolanya bersama tim-nya di bawah lapangan sana. Di sini aku, bersama Niall,Harry,Ristia dan Zulfah duduk paling depan. Yah tak terasa kami semua bertemu kembali.
"Louis pasti berhasil" Gumam Harry di sebelah Niall, aku tersenyum dan mengangguk sementara ada Niall yang menggenggam erat tanganku. Aneh. To be honest. Niall benar-benar berubah akhir-akhir ini. Ia terlihat seperti menyembunyikan sesuatu terhadapku.Entahlah aku hanya bisa mencoba berfikir positif bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Terdengar teriakan seluruh penjuru stadion ketika Louis berhasil mencetak gol ke arah gawang lawannya, Zulfah bertepuk tangan Ria sementara Marcel,Vailla dan Darcy berdiri lalu berteriak dengan gembiranya.
"Yeay Daddy hebat!" Teriak Marcel yang duduk di samping Zulfah.
Louis menoleh ke arah kami ia melambaikan tangannya sesaat lalu kembali berpelukan dengan timnya. Puji Tuhan.
"Kau hebat Lou" Ucap lirih Niall di sebelahku membuatku menoleh.
"Ada apa denganmu?" Tanya ku lembut,Niall menggeleng lalu tersenyum dan memalingkan wajahnya dari wajahku.
"Sehabis ini kita rayakan kemenangan Louis" Seru Ristia sembari tersenyum ria lalu dibalas anggukan Zulfah dan Harry terutama ketiga bocah kecil kami.
Aku mengangguk lalu menutup mataku sejenak dan menghela nafas,moodku sedikit hancur melihat tingkah laku Niall yang begitu menyebalkan.
***
"Kau benar-benar hebat Lou,mencetak gol tiga kali. Wah!" Seru Harry,saat ini kami tengah berada di restoran terdekat. Setelah dua jam terakhir sehabis pertandingan sepak bola itu,Louis harus menghadapi beberapa fans-nya yang meminta tanda tangan dan lain-lainnya. Untunglah Louis masih diberi kebebasan sebentar oleh pelatihnya.
"Itu semua berkat kalian dan berkat pangeran kecilku ini", Louis mengusap-usap kepala Marcel. "Ya Puji Tuhanlah" Sambungnya.
"Aku bangga padamu,Lou", Zulfah tersenyum sembari meneguk minumannya "Terima kasih" Zulfah mencium pipi Louis dengan lembutnya.
Louis mengangguk "Lalu bagaimana dengan kalian? Kapan kalian kembali?" Tanya Louis.
"Besok" Seketika aku menoleh ke arah Niall yang tersenyum kecil ke arahku. Secepat inikah?Bukankah dia masih break kerja?Uh.
"Kenapa cepat sekali aih,Daddy?" Vailla merengut kesal.
"Daddy ada urusan" Niall mengecup pelan puncak kepala Vailla.
"Uhm, aku ingin memberi tahu kalian sesuatu" Aku menghentikan makanku dan menatap Ristia,terlihat matanya memancarkan sinar bahagia begitupun Harry.
"Apa itu?" Tanya Louis.
"Aku hamil"
Seketika kami berteriak kegirangan lalu aku memeluk Ristia "Darcy punya adik" Aku menjawil pelan hidung Darcy. Ristia dan Harry terkekeh.
"Sudah berapa bulan?"
"Baru menginjak 2 bulan"
Aku tersenyum bahagia dan memegang perut Ristia, "Tidak sabar menunggu kehadiranmu" Ucapku lalu tersenyum Ristia pun membalas senyumanku.
"Kalian berdua juga pasti sebentar lagi mengandung,percaya padaku" Seketika aku dan Zulfah,Louis terutama Harry tertawa tetapi tidak dengan Niall
Oh God whats happen with him?
"Baiklah habiskan makanan kalian setelah ini kita pulang" Ujar Louis lalu disusul oleh anggukan dari kami.
***
London, 17 Desember 2019
Aku menghembuskan nafasku untuk kesekian kalinya ketika aku kembali menginjakkan kakiku di London,kulirik Niall yang tersenyum manis ke arahku sementara Vailla yang menggandeng tanganku begitu eratnya. Kami memutuskan untuk segera kembali ke rumah.
"Niall kau belum makan,kau mau makan apa?" Tanyaku ketika kami sudah sampai di rumah,Vailla yang sudah siap dimeja makan sementara Niall duduk disofa,entahlah apa yang difikirkannya.
"Uh, aku belum makan ya? Baiklah" Niall beringsut dari duduknya dan mengambil posisi di samping Vailla.
"Setelah ini aku harus pergi ke Singapure beberapa hari,ada pekerjaan menungguku" Aku tersentak kaget mendegar ucapan Niall,kenapa dia baru memberi tahuku sekarang?
"Kau gila? Bahkan kita baru sampai dan belum ada satu jam kita di London dan kau ingin pergi ke Singapure? Oh ayolah Niall,bisa kau batalkan saja kan?" Aku menggeleng-geleng tak percaya dan menghentikan suapanku.
"Daddy jangan pergi dong,Vailla sama Mommy sendiri nanti" Vailla memajukan sedikit bibirnya.
Kulihat Niall yang membawa Vailla ke pangkuannya "Daddy hanya sebentar di sana, kan ini semua demi Vailla sama Mommy. Tidak mengapa kan? Daddy mau buat restauran baru loh?" Aku menghela nafas sebentar lalu menatap mata biru Niall.
"Baiklah" Ucapku lalu tersandar disandaran kursiku begitu saja.
"Bawakan Vailla oleh-oleh ya Daddy dari Singapure!" Seru Vailla lalu memeluk Niall.
"Iya sayang" Niall mengecup lembut puncak kepala Vailla.
***
Saat ini aku tengah berada di balkon kamarku,aku berusaha menyikapi Niall yang begitu berubah. Ya entahlah,aku merasa ia hanya berbeda dari biasanya.
Aku menoleh dan mendapati Niall di sampingku sembari menatap lurus dan kedua tangannya bertumpu pada pagar balkon, aku menghela nafasku "Sedang apa?", tanyanya.
"boleh aku bertanya sesuatu padamu?" Tanyaku lembut.
"Apa itu?" Niall menoleh dan menghadap ke arahku. "Kau mau ikut ke Singapure?" Niall terkekeh pelan.
"Bu-bukan,aku hanya ingin bertanya akhir-akhir ini kau sedikit berubah. Boleh ku tahu penyebabnya kenapa?"
Niall tersenyum dan menyelipkan rambutku ke belakang telingaku, "Niall baik-baik saja".
"Apa kau tidak berbohong padaku,huh?" kutautkan kedua alisku sesaat lalu memainkan hidung mancungnya.
"Nononono, percaya padaku?oke?" Niall meraih kelingkingku dan membentuk 'pinky promise' aku terkekeh dan mengangguk. Niall lalu membawa kepalaku ke dalam dekapannya, nyaman.Yah itulah perasaanku saat ini
20 Desember 2019
Ristia Pov
"Niall pergi ke Singapure, ya semoga dia baik-baik saja selama di sana. Ah bagaimana kabarmu?Haha meski kita sudah bertemu beberapa hari lalu aku ingin mengetahui kabarmu" Ucap seseorang di seberang sana,yah Vika.
"Baik, uh nasib kita sama Harry akan pergi ke New York beberapa hari lagi. Haha namun sepertinya aku ikut tapi yah tidak tahu jugalah."
"Wah New York? Harry tidak lelah keluar negeri terus menerus?"
"Haha aku tidak tahu,Vik. Baiklah sampaikan salam ku pada Vailla ya. Nanti kalau sempat aku akan mengujungimu.haha"
"Baiklah,see you next time my mate"
Vika memutuskan sambungan teleponnya, aku menghela nafas sebentar lalu beranjak menuju kamarku. Kudapati Darcy yang tertidur di kasurku,yah kami baru bermain tadi tiba-tiba Vika menelepon dan ketika aku kembli Darcy sudah tertidur.
Jika kalian bertanya kemana perginya Harry,yah dia sedang bekerja. Kebetulan juga Darcy sudah pulang dari sekolahnya,
TBC:)
HOILAAA BINGUNG SEBINGUNG BINGUNGNYA SAMA PART INI HAHA,TAPI TETEP DIBACA AJA YA WKWK
vomment plis:'(