Dengarin lagu Over Again nya 1D deh, soalnya Author buat part ini sambil dengar lagu itu. Ya, hehe.
~~~~~~~
NIALL POV
Baru saja Barbara pulang karena ada urusan mendadak.
Dan, entah mengapa ketika Barbara tadi menciumku, aku tidak sama sekali berontak ataupun marah aku merasa senang mungkin karena Barbara mampu sedikit menghapus kesedihan yang ku alami saat ini.
Okai lupakan, Barbara baru saja pulang beberapa menit lalu.Ahya aku sudah mengatakannya ya? Sedangkan Vailla memutuskan untuk bermain di taman entah apa yang ia lakukan aku hanya mengizinkan. Aku melangkahkan kakiku menuju kamarku sekaligus melihat apa yang sedang dilakukan Vika.
Ceklek
Aku melihat Vika duduk disofa sembari menatapku tajam, aku pun menghiraukannya dan menjatuhkan tubuhku dikasur dan berbalik badan agar aku tidak dapat melihat wajahnya. Sejujurnya aku ingin duduk disampingnya,merangkulnya namun aku rasa bukan waktu yang tepat.
"Kau kembali melanjutkan hubunganmu dengan Barbara ya? Great" aku membalikkan tubuhku dan memicingkan kedua mataku ke arahnya. Ia berdiri dan menghampiriku. Melanjutkan? apa maksudnya?
"Kenapa sekalian kau tidak melakukan hubungan suami istri pada Barbara di depan Vailla dan aku? Agar kau puas?", tanyanya. Aku bangkit dari tidurku dan menautkan kedua alisku. Darahku terasa naik drastis mendengarnya berbicara seperti itu. Terasa aku seperti lelaki bajingan yang tidak tahu diri.
"Apa maksudmu?", aku mendekatkan tubuhku ke arahnya namun ia menjauh.
"Kau masih bertanya 'apa maksudmu'? Kau fikir apa yang telah kau perbuat pada Barbara tadi tidak melukai perasaanku? Kau menciumnya,Ni. kau tidak tau bahwa ada aku?" Air matanya mulai mengucur deras dipipinya. Aku menghembuskan nafasku sembari memijit keningku. Aku benar-benar pusing.
"Oh, atau kau sudah bosan denganku?Sehingga kau membawanya kemari dan menjadi penghibur bagimu?" ucapnya lagi. aku berusaha mengontrol emosiku.
"Maafkan aku,Vik. Itu hanya sebatas ciuman biasa aku rasa ia merindukanku lalu pada akhirnya ia menciumku, kau juga harusnya berfikir seberapa sakitnya aku jika kau dekat dengan Harry" Aku memegang bahunya namun ia mengibaskan tangannya di depan wajahku membuat aku sedikit termundur.
"Sebatas rindu? Tapi terlihat sangat hot dan menggairahkan layaknya sepasang suami istri yang sedang menikmati malam pengantin pertamanya di hotel? Kau bodoh Ni, kau fikir secepat itu aku percaya? Kau bilang sakit jika aku dekat . dengan Harry? tapi bahkan kau tidak pernah menunjukkan rasa sakitmu itu padaku sehingga aku berpikir bahwa kau tidak mencintaiku Ni.Apa maksudmu?", Vika menangis dan menjatuhkan tubuhnya di sofa, aku pun duduk di sampingnya dan menaruh kedua tanganku di pahaku agar dapat menangkup wajahku.
"Aku hanya tidak mau kehilangan kau",ucap ku lalu menatap ke arahnya. Ia menghapus air matanya dan menatapku tajam
"But,tidak seharusnya kau mencium dia?!",bentak Vika disertai isakannya. Aku berdiri dan menghadap ke arahnya.
"Kau fikir aku melihat kau dan Harry saling berciuman tidak membuat hatiku sakit? Bahkan lebih dari sakit,Vik. Kau selama ini mencintai Harry. Bukan aku, lalu kenapa dari awal kau tidak memberi tahu padaku? Seharusnya pernikahan ini tidak ada. Sedangkan aku dan Barbara berciuman hanya sekilas kau sudah sangat marah seperti ini? Kau tidak pernah tau seberapa sakitnya hatiku memendam semua ini."
Entah roh apa yang memasuki tubuhku sehingga mulutku melontarkan kata-kata seperti itu. Vika sendiri tersentak kaget dan menutup mulutnya dengan tangan kanannya. Air matanya kembali menguncur deras. Oh Tuhan.