never stop ending.

490 37 2
                                    

HARRY POV

Aku membuka mataku secara perlahan-lahan, kepala ku begitu terasa pusing mungkin saja karena pengaruh mabuk kemarin namun aku rasa itu membuat ku belum cukup untuk menutupi rasa kekesalanku ini. Dan hari ini aku akan kembali ke pub itu lagi, namun perutku terasa sangat sakit dan mual. Tanpa basa-basi aku langsung berdiri dari tidurku dan mencari toilet.

Sesampainya di toilet, aku muntah beberapa kali. Perutku benar-benar mual. Terdengar suara ketukan pintu, aku pun membukanya dan mendapati Kendall yang masih memakai piamanya berjalan ke arahku dan mengusap-usap bahuku. Andaikan itu Vika atau Ristia.

"Are you okay?Uhm kau benar-benar banyak meminum alkohol. Kau tau ini sama saja menganggu kesehatanmu. ucap Kendall sembari menyisiri rambut ku ke belakang menggunakan jari-jarinya.

"Lebih baik kau ke kamarku sekarang. Aku akan membuatkanmu sarapan" ucap Kendall lagi aku pun mengangguk lalu Kendall menarik tanganku menuju kamarnya.

Ceklek

"Kau baring di sini dulu, beberapa menit lagi aku akan kembali." Kendall menyelimuti tubuhku lalu setelah itu ia berbalik badan dan meninggalkanku.

Well, kenapa mantanku yang sudah bertahun-tahun berpisah denganku malah yang menolongku disaat seperti ini, saat di mana seorang istri yang mengobati suaminya bukan mantannya. Shit, ini benar-benar menyedihkan.

Aku meraih handphone ku dari saku celanaku dan mendapati panggilan tidak terjawab dari Louis lalu sebuah pesan singkat yang menanyakan keberadaanku. Aku hanya menghiraukannya dan kembali menaruhnya disakuku. Jujur saja, aku malas kembali ke Vila itu dan bertemu dengan Niall atau siapapun itu.

Selang beberapa menit, Kendall datang dengan nampan yang berisikan makanan dan segelas air putih. Aku pun tersenyum ke arahnya.

"Haz, kau makan dulu ya setelah itu kau akan aku antar ke rumahmu", ucapnya membuat selera makanku hilang.

"No,Ken. aku tidak mau, aku mau di sini bersamamu saja. Jika aku pulang maka yang ada aku akan kembali ke pub lagi", balasku.

"No. Stupid Curlied. Bagaimana dengan istrimu?Kalau dia sudah pulang dan khawatir denganmu bagaimana?Anakmu?Semuanya pasti mengkhawatirkanmu Haz. Bersikap dewasalah sedikit" ucapnya.

Aku menggertakkan gigiku dan menatap ke arahnya tajam. Aku tidak peduli dengan apa yang mereka rasakan saat ini terhadapku. Bukankah itu membuat mereka senang?Oh bisa saja mereka sudah bergegas untuk kembali ke LA. Keparat.

"No,Ken. Kau tidak tau alasan kenapa aku tidak mau kembali ke sana. Dan berhenti memaksaku, jika kau tidak suka aku akan pergi sekarang juga." ucapku.

"Aku tau karena kau ada masalah dengan istrimu,Haz. Tapi menghindar bukan akhir dari masalah ini. Aku senang jika kau berada di sini namun apa kata keluarga mu nanti jika kau berada di rumah perempuan lain sementara istrimu kau tinggal?" kali ini emosiku memuncak. Aku bangun dan berdiri lalu berjalan dengan cepatnya.

Terdengar langkah kaki Kendall yang berusaha mengejarku hingga tangannya meraih pergelangan tanganku membuat ku terhenti dari langkahku.

"Okey Haz. Maafkan aku, aku tidak akan memaksamu lagi untuk pulang. Ta-tapi biarlah masakan yang sudah kubuat itu kau makan, setelah itu aku berjanji tidak akan menyuruhmu untuk melakukan hal yang tidak kau sukai itu, ayo Haz." ucap Kendall lalu menarik tanganku. Aku pun mengangguk dan menatapnya iba lalu menuruti kemauannya. Aku kembali duduk di atas kasurnya dan Kendall mulai menyuapiku sesendok demi sesendok nasi. Yeah.

---

Susana terasa canggung, tidak ada suara diantara kami berdua. Pikiranku kembali tertuju pada Ristia dan Darcy, mungkin benar mereka pasti akan merindukanku. Biarlah Ristia tidak merindukanku, lain halnya dengan Darcy. Ia pasti rindu akan sosok Daddy-yang biasanya bermain bersamanya di pagi hari sampai malam. Ah, aku Ayah yang sangat bodoh. Aku harus pulang dan menyelesaikan masalah ini dengan baik. yeah.

New LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang