Pamit

5.5K 203 8
                                    

Hari ini Sasha akan berpamitan kepada Devano. Ya, Sasha memutuskan untuk pindah ke Perancis; kota masa kecilnya yang sangat ia rindukan. Sasha sedang menunggu Devano di sebuah taman kota yang letaknya tak jauh dari kompleks rumahnya.

"Sha"panggil Devano. Merasa dipanggil Sasha langsung menoleh ke arah sumber suara lalu tersenyum.

"Duduk Dev"Sasha mempersilahkan. Devano mengangguk lalu duduk di sebelah Sasha.

"Gue tau lo pasti gak punya banyak waktu, jadi gue mau langsung ke intinya aja..Gue minta ketemuan karena gue mau pamit sama lo, gue bakal pindah ke Perancis dan melanjutkan hidup gue disana"ucap Sasha to the point.

Devano shock mendengar ucapan Sasha yang terlalu cepat mengambil keputusan.

"Gue tau mungkin ini terlalu cepat tapi ini demi hati dan masa depan gue..Jujur gue gak rela Dev liat lo sama Tifanny apalagi pas lo maki gue di depan Tifanny...Sakitt Dev...Karena itu gue memilih buat pergi untuk melupakan semuanya dan menata hati gue lagi"ungkap Sasha.

"Maafin gue Sha"ucap Devano lirih.

"Gue ngerti kok, gue tau kalo disini cuma gue yang punya rasa dan berjuang sendirian dan setelah gue pikir pikir buat apa kalo gue udah berjuang tapi gak dihargai?Lebih baik diakhiri kan?!"Sasha kembali tersenyum walau air matanya kini telah membasahi pipi mulusnya.

"Apa lo gak bisa bertahan lebih lama lagi?Apa lo gak bisa kasih gue kesempatan kedua?"tanya Devano.

"Gak usah dipaksa Dev, sekalipun gue kasih kesempatan kedua kalo lo cintanya sama Tifanny...percuma. Itu berarti lo udah jadi orang yang munafik sama perasaan lo sendiri dan gue gamau itu terjadi"jawab Sasha.

"Apa kita berakhir disini?"tanya Devano lagi.

Sasha tersenyum. "Sekalipun ini berakhir gue akan tetep sayang sama lo Dev...Lo tetep jadi orang penting dalam hidup gue...Terima kasih atas semuanya dan semoga lo bahagia"ucap Sasha lalu berjalan meninggalkan Devano yang masih mematung.

Sasha menangis. Ia tak bisa munafik dengan perasaannya sendiri. Bagaimanapun juga meninggalkan orang yang disayang sangatlah berat, sekalipun orang itu tak peduli bagaimana rasanya. Tapi Sasha juga tak mau egois dengan memaksa Devano untuk mencintainya.

Sesampainya di rumah Sasha langsung disambut oleh mamanya yang terlihat sangat khawatir dengan keadaan anak gadisnya itu.

"Sasha, apa kamu yakin dengan keputusanmu?"tanya Annita heboh.

"Sudahlah ma jangan buat Sasha jadi bimbang"peringat Wildan kepada istrinya itu.

"Tapi pa mama cuma gak mau kalau Sasha salah ambil langkah"elak Annita.

"Sasha cape, Sasha mau ke kamar mau istirahat"pamit Sasha lalu meninggalkan kedua orang tuanya yang masih berdebat itu.

"Papa si, Sasha jadi ngambek kan"tuduh Annita kepada suaminya itu.

"Loh kok jadi papa, kan daritadi mama yang terus nyerocos buat Sasha jadi makin pusing"elak Wildan.

"Udahlah cape mama ngomong sama papa, mending mama masak buat makan anak anak"ucap Annita lalu meninggalkan Wildan yang kini hanya menggelengkan kepalanya karena kelakuan istrinya itu.

"Sasha udah pulang pa?"tanya Reval yang entah darimana datangnya.

"Udah, tuh lagi di kamarnya"jawab Wildan.

"Oke, Reval ke kamar Sasha dulu ya pa"pamit Reval.

"Iya tapi hati hati, kayanya dia lagi sensitif banget"jawab Wildan.

"Sipp"ucap Reval lalu mengacungkan ibu jarinya.

****

"Dev, boleh mama bicara sebentar?"tanya Sisil kepada anak laki lakinya itu.

Ma BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang