Happy Reading🌻💝
Jangan lupa vote dan comment‼️Sejak tadi, Sasha masih terus menemani Arjuna yang tengah tertidur di ranjang kecilnya. Kedua orang tuanya dan mertuanya kini sudah kembali ke rumah karena sudah terlalu larut, sedangkan Devano sejak tadi menemaninya di ruangan ini.
Tak satupun dari mereka yang membuka pembicaraan, Sasha yang tidak peduli dengan keberadaan Devano, dan Devano yang terlalu takut untuk meminta maaf.
Tadi, setelah dijemput di kantor polisi, Devano dan kedua orang tuanya langsung menuju rumah sakit tempat Arjuna dirawat. Devano memang belum menceritakan kemana ia pergi seharian ini dan hal itu membuat Sasha bingung sekaligus kecewa dengan Devano.
Devano berdeham untuk memecahkan keheningan, "Sha, gue tau lo marah banget sama gue. Maaf. Gue tau gue salah banget disini. Terserah, lo mau ngomelin gue, lo mau pukulin gue, mau tampar gue, terserah, Sha. Asal, lo gak diemin gue kayak gini."
Sasha menghela napas kasar. "Gue hanya masih mencerna semuanya, Dev. Biarkan gue berpikir, gue gak mau gegabah dalam mengambil sikap."
"Lo bisa jagain Juna sebentar, kan? Gue mau keluar dulu, ada yang harus gue beli,"tanya Sasha.
Devano mengangguk, "Hati-hati, Sha. Jangan jauh-jauh."
Sasha mengangguk lalu meninggalkan ruang rawat Arjuna.
Sebenarnya, ia tidak ingin membeli apapun. Ia hanya ingin menenangkan diri dan menghirup udara segar di luar. Pikirannya sudah cukup kacau karena Arjuna yang sakit, ditambah Devano yang malah membuat ulah. Membuat pikirannya semakin kacau.
Sasha tau apa yang dilakukan Devano diluar sana. Berita tentang Devano yang balapan dengan membawa Deva—adik kelas yang baru ia ketahui—sudah tersebar ke penjuru sekolah. Apalagi mereka sempat tertangkap polisi.
Sasha tak apa jika Devano tidak mencintainya dan lebih memilih adik kelas itu. Tetapi, yang sangat ia sayangkan ialah sikap Devano yang seolah menutupi segalanya dari Sasha dan meninggalkan tanggung jawabnya akan Arjuna.
Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, Sasha masih melamun di mini market. Sesekali ia menyesap kopi panasnya. Tatapannya kosong, ia tak tahu langkah apa yang harus ia ambil selanjutnya. Kini, rasa sakit dan nyeri di hatinya telah menguasai dirinya. Ia tak mengelak bahwa sekarang ia sangat mencintai Devano dan Arjuna, putra kecil mereka. Ia tak ingin bila keluarga kecilnya yang masih seumur jagung harus hancur karena keegoisannya.
Sangat ia kembali ingin menyesap kopinya yang kini sudah dingin, ada sebuah tangan yang lebih dulu mengambil gelas kopinya. Sasha mendongakkan kepala dan menatap pelaku yang telah mengambil gelas kopinya itu.
"Gue tungguin di atas, lo gak dateng-dateng, lo bikin gue khawatir tau, gak!"ujar Devano. Iya, dia memilih untuk menyusul Sasha yang juga tak kembali setelah satu jam, dan menitipkan Arjuna kepada suster yang berjaga.
Sasha diam. Tidak berniat untuk membalas Devano. Sedangkan Devano, kini ia sudah duduk di depan Sasha dengan mata yang terus menatap ke dalam manik mata Sasha yang terlihat sendu itu.
Devano tahu, gadis di hadapannya itu sedang menyimpan kekecewaan dan kesedihannya sendiri. Jujur, ia ingin sekali memeluk gadisnya itu. Tapi ia sadar, bahwa hubungan mereka saat ini sedang tidak baik-baik saja.
"Gue juga khawatir, Dev. Gue khawatir lo kenapa-kenapa, gue khawatir lo akan ninggalin gue dan Juna, gue khawatir lo--"Sasha menghembuskan napas perlahan, "lebih memilih cewek yang tadi lo selamatin."
Entah sudah seperti apa bentuk hati Sasha sekarang, yang pasti hatinya itu sudah hancur. Sakit itu kembali menjalari tubuhnya, sakit yang tak nyata. Sakit yang tidak dirasakan oleh raganya, tapi oleh jiwanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ma Boy
Teen FictionWARNING! KETIKAN DAN ALUR MASIH BERANTAKAN DAN AKAN DI REVISI SETELAH CERITA SELESAI! SEMOGA KALIAN SUKA:))) "Mama sama papa apa-apaan si kok main jodohin aku gitu aja?Aku kan masih SMA ma, pa" -Raishya Gabriella Danishra- "Ortu gue gak salah ni? M...