Suara hujan menemani kesendirian yang Sasha rasakan saat ini. Hujan seolah menggambarkan suasana hatinya saat ini. Kini ia hanya dapat mendoakan yang terbaik untuk seseorang di hadapannya. Dia hidup, namun tak bisa apa-apa.
"Adrian"panggil Sasha lirih. Adrian tak menoleh. Pandangannya masih tertuju pada jendela besar yang menghadap ke arah jalan.
Sasha menangis. Ia tak tahu harus melakukan apalagi untuk membuat Adrian kembali. Seminggu sudah ia berusaha mengembalikan Adrian, namun semua usahanya tak menghasilkan kemajuan sedikit pun. Adrian tetap diam dan tak merespon.
"Adrian ini aku. Apa kamu gak kangen sama aku? Aku balik buat kamu. Apa kamu gak mau lihat aku? Adrian! Dengerin aku! Adrian"
Adrian berbalik membuat sebuah senyum terbit dari bibir Sasha. Senyumnya semakin mengembang saat melihat Adrian mendekat. Ia berharap usahanya selama seminggu ini dapat membuahkan hasil.
"Kamu siapa? Mama mana? Mana?! Mana?! Aku gak butuh kamu! Yang aku butuh mama bukan kamu!"bentak Adrian membuat Sasha mencelos. Air matanya kembali jatuh membasahi pipinya.
Adrian berjalan mendekati nakas lalu melempar semua barang yang dapat ia lempar. Kini ruangan itu dipenuhi dengan pecahan-pecahan barang yang dilemparkan Adrian. Sasha terduduk di pojok ruangan sambil memeluk lututnya dan menenggelamkan kepalanya di dalam lipatan tangan. Ia menangis sejadi-jadinya.
Seorang suster membantu Sasha untuk berdiri dan membawanya keluar sedangkan Adrian sudah diberi obat tidur dan sekarang lelaki itu sudah tertidur nyenyak. Sasha masih terisak. Usahanya selama seminggu ini telah sia-sia, ia tak bisa mengembalikan Adrian.
"Mbak lebih baik mbak pulang dulu, tenangkan diri mbak di rumah. Nanti kalau keadaan pasien sudah membaik kami akan langsung menghubungi mbak"usul seorang suster yang tadi membawa Sasha keluar.
Sasha mengangguk lalu tersenyum kepada suster tersebut. "Baik sus saya akan pulang dulu, besok pagi saya akan kesini lagi. Kalau terjadi apa-apa dengan Adrian langsung hubungi saya ya sus, saya pamit"Sasha berjalan meninggalkan rumah sakit yang terlihat sepi itu.
Sesampainya di rumah Sasha langsung menuju kamarnya untuk berisritahat karena ia merasa sangat lelah dan mengantuk. Sudah dua hari ini ia tidak pulang karena menjaga Adrian di rumah sakit. Ia juga belum makan apapun sejak kemarin, bahkan untuk sekedar mandi pun ia tak sempat.
Hampir saja matanya terpejam tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu membuatnya kembali beranjak. Dengan gontai ia berjalan mendekati pintu dan membukanya. Dari balik pintu tampaklah mamanya yang membawakannya segelas susu hangat kesukaan Sasha.
"Mama boleh masuk,Sha?"tanya Anita. Sasha mengangguk.
"Maaf kalo mama ganggu kamu, mama cuma mau nganterin susu sama ngobrol sama kamu sebentar boleh?"
"Boleh kok ma, mama mau ngobrolin apa?"
"Apa kamu udah ngabarin Devano kalo kamu balik ke Indo?"pertanyaan Anita membuat Sasha yang sedang meneguk susu hangatnya tersedak. "Minumnya hati-hati sayang"peringat Anita.
Sasha menggeleng pelan membuat mamanya menghela napas dalam. "Kenapa kamu belum ngabarin dia?"tanya Anita. Sasha menceritakan semuanya kepada Anita.
"Sha, bagaimanapun juga dia itu suami kamu. Dia harus tau gimana keadaan kamu, kalo kaya gini kamu juga yang dosa. Kalian itu bukan sekedar pacaran tapi sudah menikah dan dalam pernikahan gak ada yang namanya rahasia. Apapun yang kamu lakukan Devano harus tau, begitupun sebaliknya"nasehat Anita. Sasha mengangguk. "Yasudah jangan diulangi lagi ya sayang. Jangan lupa hubungi Devano, tadi mama udah telfon dia tapi kamu juga harus kasih kabar langsung"perintah Anita.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ma Boy
Fiksi RemajaWARNING! KETIKAN DAN ALUR MASIH BERANTAKAN DAN AKAN DI REVISI SETELAH CERITA SELESAI! SEMOGA KALIAN SUKA:))) "Mama sama papa apa-apaan si kok main jodohin aku gitu aja?Aku kan masih SMA ma, pa" -Raishya Gabriella Danishra- "Ortu gue gak salah ni? M...