Sudah sebulan sejak kejadian saat itu terjadi dan sejak itu juga Sasha tak pernah melihat Devano lagi. Mungkin Devano sudah kembali ke Indonesia, pikirnya. Hari ini rencananya Sasha dan ketiga sahabatnya akan berkunjung ke sebuah mall di pusat kota Paris, rencananya mereka akan hang out bersama untuk mengisi weekend.
Jam sudah menunjukkan pukul enam waktu setempat, Sasha sudah siap dengan kaus putih polos dan joggernya. Sebelum hang out bersama ketiga sahabatnya ia akan jogging di sekitar taman kompleks. Tak lupa ia membawa i-Pod nya dan earphone.
"Bi, Sasha jogging dulu ya"pamit Sasha lalu berjalan meninggalkan rumahnya.
Sesampainya di taman kompleks Sasha langsung duduk di sebuah bangku panjang yang disediakan di taman itu. Ia sedikit kelelahan karena berlari dari rumahnya menuju taman kompleks mengingat jarak dari rumahnya ke taman kompleks lumayan jauh. Saat sedang berisitirahat Sasha melihat seseorang yang sangat dikenalnya yang sebulan ini hilang tanpa kabar. Orang itu adalah Devano Adrian Widjaya, orang yang sebulan ini membuatnya rindu.
Sedangkan di sisi taman yang lain, Devano sedang bermain sepak bola bersama beberapa anak kecil. Ia terlihat sangat bahagia bermain dengan anak-anak kecil itu. Awalnya ia sedang jogging di sekitar taman itu, namun saat ia melihat beberapa anak kecil sedang bermain sepak bola membuatnya ingin ikut main. Dan akhirnya Devano ikut bermain bersama anak-anak kecil itu.
Saat sedang menggiring bola, pandangannya jatuh kepada seseorang yang sedang memandanginya dari bangku panjang di sudut taman. Tanpa ia sadari Devano tersenyum melihat senyuman gadis itu. Gadis yang ia rindukan.
Sudah tiga puluh menit Devano bermain sepak bola bersama anak-anak kecil itu dan sekarang ia sedang terduduk di rerumputan taman sambil mengibas ngibaskan bajunya yang basah karena keringat. Tiba-tiba ada sebuah tangan yang menyodorkan sebotol air mineral, Devano menoleh dan mendapati seorang gadis berwajah Indo sedang tersenyum manis kepadanya.
"Ini buat kakak, kakak pasti capek kan habis main bola"ucap gadis itu.
Devano mengambil sebotol air mineral itu lalu tersenyum kepada gadis yang memberinya air mineral. "Makasih"ucap Devano. Gadis itu mengangguk lalu duduk di sebelah Devano.
"Nama kakak siapa?"tanya gadis itu.
"Devano, panggil aja Dev. Kalo lo?"Devano balik bertanya.
"Nama aku Alsha, panggil aja Sasha"
Deg
Mendengar nama itu membuat Devano semakin merindukan gadisnya itu. Ia kembali memikirkan gadis yang entah sejak kapan sangat ia sayangi. Ia merindukan senyum gadis itu. Pikirannya itu membuat ia menjadi melamun.
"Kak?"panggil Alsha lalu melambai lambaikan di depan wajah Devano. Devano tersadar dari lamunannya.
"Kakak kenapa?"tanya Alsha bingung.
"Eh gapapa, tadi siapa nama lo?"tanya Devano.
"Alsha, panggil aja Sasha"jawab gadis itu lagi.
"Kalo gue panggil lo Alsha aja gapapa kan?"tanya Devano.
"Gapapa dong kak"jawab gadis itu disertai senyuman manisnya.
"Kakak rumahnya di kompleks ini juga?"lanjut Alsha.
"Enggak, rumah gue di daerah Eiffel"jawab Devano.
"Lho kok kakak bisa kesini?"tanya Alsha bingung. Pasalnya jarak menara Eiffel ke kompleks rumahnya lumayan jauh dan kompleks perumahannya pun lumayan tertutup, sangat susah untuk orang asing masuk.
"Iya soalnya kemarin malam nginep di rumah saudara yang kebetulan di kompleks ini, terus liat taman yang bagus jadi pengen jogging deh"jawab Devano jujur. Semalam ia memang menginap di rumah tantenya yang tinggal di daerah kompleks perumahan ini.
"Ohh, rumah saudara kakak di blok berapa?"tanya Alsha.
"Di blok J, kalo lo?"Devano balik bertanya.
"Aku di blok I kak, tapi aku punya sahabat yang tinggal di blok J. Namanya Nevada"jawab Alsha antusias.
"Nevada?Nevada Andrea?"tanya Devano memastikan.
"Iya, kakak kenal?"tanya Alsha.
"Kenal, dia sepupu gue"jawab Devano.
"Lho kok Nevada gak pernah cerita ya kalo punya sepupu yang tinggal di Paris juga"ucap Alsha heran.
"Dia emang baru tau, soalnya gue belum lama tinggal di Paris dan sebelumnya kita juga jarang ketemu"jawab Devano. Alsha hanya ber-oh ria.
Setelah itu Alsha dan Devano terus berbincang dan bertukar cerita, tak jarang mereka tertawa karena lelucon yang diberikan Devano maupun Alsha.
Sementara di sudut taman, ada seseorang yang menatap kedua manusia itu dengan tatapan sendu. Matanya sudah berkaca-kaca sejak tadi. Entah mengapa ia sangat lemah jika menyangkut Devano. Bahkan hal sekecil ini saja membuatnya menangis. Bukankah dulu ia yang membiarkan bahkan meminta Devano untuk menceraikannya? Tapi mengapa sekarang ia jadi lemah seperti ini?.
Sasha yang tak ingin terlalu larut dalam kesedihan memutuskan untuk jogging mengitari taman itu. Saat ia melewati Devano dan Alsha, ia melihat Devano yang terlihat sangat bahagia. Terlihat dari senyumannya yang terlihat sangat tulus. Dalam lubuk hati Sasha yang paling dalam ia merasa perasaan senang dan sakit bersamaan. Ia senang karena bisa melihat Devano tersenyum tulus seperi itu dan sedihnya karena senyuman itu bukan ditujukan untuknya, melainkan untuk gadis yang kini ada di hadapannya.
Sasha terus berlari tanpa memperdulikan sekitar. Dan tanpa ia sadari kini ia sudah berada di jalan raya yang terlihat ramai oleh kendaraan yang melintas. Sasha melanjutkan larinya dan ia berniat untuk menyebrang jalan. Karena kurang hati-hati, Sasha ditabrak oleh sebuah truk yang berukuran lumayan besar. Sontak semua orang yang berada di sekitar taman dan jalan raya langsung mengerubunginya.
Devano yang melihat kerumunan orang yang berada di jalan raya merasa ada sesuatu yang janggal. Ia berpamitan pada Alsha dan berjalan menuju kerumunan itu. Devano sempat bertanya kepada seseorang yang berada di sana dan orang tersebut menjawab bahwa terjadi kecelakaan antara truk pengangkut barang dan seorang gadis. Devano mempunyai firasat tak enak saat mendengar bahwa korban dari kecelakaan tersebut adalah seorang gadis yang berumur sekitar 17 tahun. Ia mempercepat langkahnya dan saat ia berada di depan kerumunan itu, ia melihat seorang gadis yang sudah tergeletak di jalanan dengan dipenuhi darah. Dan nahasnya, gadis itu adalah orang yang sangat ia sayangi.
Devano langsung merengkuh tubuh Sasha yang sudah dipenuhi darah itu lalu membawanya ke pinggir jalan. Ia meminta seseorang untuk menelpon ambulan dan tak lama kemudian ambulan datang dan membawa Sasha. Devano ikut ke dalam ambulan yang membawa Sasha. Sepanjang perjalanan ia terus menggenggam tangan Sasha sambil berdoa dalam hatinya berharap Sasha akan baik-baik saja.
Sesampainya di rumah sakit para perawat langsung membawa Sasha ke ruang UGD dan Devano disuruh menunggunya di depan ruang UGD. Dengan cemas ia menunggu dokter yang keluar, sejujurnya ia ingin menelpon kedua orang tuanya yang mungkin saja dapat membantunya. Namun niat itu ia urungkan karena ia tak tau bagaimana cara menjelaskan semuanya kepada kedua orang tuanya yang kini sedang berada di Paris itu.
Segala pikiran buruk muncul dalam otaknya namun secepat mungkin ia menghapus pikiran itu dan meyakinkan dirinya bahwa Sasha akan baik-baik saja. Devano terus membayangkan wajah gadis itu saat ia tersenyum dan tertawa, tanpa ia sadari seulas senyum terbit dari bibirnya.
Tiga puluh menit kemudian, seorang dokter keluar dari ruang UGD. Devano langsung berdiri dan menghampiri dokter tersebut. Dokter tersebut mengajak Devano untuk berbicara di ruangannya, Devano mengangguk mengiyakan. Jujur ia takut jika kecelakaan ini berakibat fatal terhadap Sasha.
"Apa Raishya mengalami penyakit yang parah?"tanya Devano to the point.
"Bisa dibilang seperti itu, nona Raishya mengalami gagar otak dan kebutaan sementara"jelas dokter itu.
TBC
SASHA BUTA??!!
Jangan lupa VOTE&COMMENT nya gaesszz...
KAMU SEDANG MEMBACA
Ma Boy
Fiksi RemajaWARNING! KETIKAN DAN ALUR MASIH BERANTAKAN DAN AKAN DI REVISI SETELAH CERITA SELESAI! SEMOGA KALIAN SUKA:))) "Mama sama papa apa-apaan si kok main jodohin aku gitu aja?Aku kan masih SMA ma, pa" -Raishya Gabriella Danishra- "Ortu gue gak salah ni? M...