1

11.1K 1.2K 53
                                    

Pertama kali Seongwoo merasakan perasaan ini kepada Daniel itu ketika sekolah dasar.

Daniel anak baru di sekolahnya dan karena hanya meja Seongwoo lah yang kursinya kosong akhirnya Daniel duduk semeja dengannya. Tanpa sadar Seongwoo memandanginya. Belum pernah sebelumnya ia bertemu dengan lelaki setampan Daniel.

Daniel yang sadar diperhatikanpun menoleh ke arah Seongwoo. Seongwoo dengan gugup langsung memalingkan mukanya kearah lain.

"Kenapa aku harus menghindari tatapannya" batin Seongwoo. Tanpa sadar pensil yang ingin ia pakai untuk menulis jatuh. Daniel dengan sigap mengambilnya.

"Ini milikmu" dia menyerahkan pensil tersebut beserta senyuman yang amat manis. Deg, Ini tidak baik untuk jantung Seongwoo. Bagaimana bisa hanya melihat senyuman anak baru itu saja mampu membuat jantungnya berdetak tidak karuan, pipinya bersemu merah, begitu juga dengan telinganya.

Mulai dari situ Seongwoo menyadari, bahwa dia sudah jatuh hanya dengan senyuman seorang Kang Daniel.

🐻
🐻
🐻

"ONGIEEE"

Daniel berlari lalu memeluk Seongwoo dari belakang. Dia mengalungkan lengannya ke leher Seongwoo dan menjatuhkan kepalanya kebahu sahabatnya itu.

"Tega sekali kau meninggalkanku. Kan sudah ku bilang tunggu aku"

Daniel memasang muka sok sedihnya. Seongwoo tidak menghiraukannya dia lebih memilih untuk menyingkirkan tangan Daniel dibahunya. Namun nihil dia tidak kuat untuk sekedar menyingkirkan tangan Daniel yang berat itu.

Daniel itu seperti beruang. Tingginya hampir 180cm, badannya tegap, lengannya besar, kakinya jenjang, bahunya lebar. Benar benar mirip seekor beruang. Namun bedanya, beruang yang ini lebih tampan. Begitulah menurut Seongwoo.

"Singkirkan! Tanganmu itu berat tahu"

Seongwoo merasa risih karena lengan daniel yang besar itu masih saja bergelayut dibahunya. Seongwoo itu kecil mana bisa menahan Daniel yang besar gitu.

Dia menoleh kekanan tepat dimana Daniel menjatuhkan kepalanya. Mata mereka bertemu. Wajah mereka sangatlah dekat. Seongwoo kaget bukan main. Dia tanpa sadar menampar pipi Daniel. Dan itu sukses membuat Daniel menjauh dan meringis kesakitan memegangi pipinya.

"Pergi kau, sialan"

Seongwoo memegang dadanya. Jantungnya itu benar benar tidak bisa berhenti berdetak. Seongwoo tidak bisa terlalu dekat dengan Daniel. Jantungnya itu sensitif. Bagaimana jika nanti jantungnya meledak hanya karena menatap seorang Kang Daniel. Ini gila. Ong Seongwoo gila karena Kang Daniel.

"Apakah kamu sangat membenciku?" Tanya Daniel. Dia merasa kalau Seongwoo tidak ingin dekat dekat dengannya makannya dia ditampar.

Tentu saja tidak bodoh.

"Disini panas, ac dikamarku juga rusak. Dan kau malah dekat dekat denganku seperti itu."

Seongwoo alibi. Padahal dia tinggal bilang kalau dia tidak membenci Daniel apa susahnya. Kenapa dia malah alibi begini. Aneh memang.

🐻
🐻
🐻

"Kamu ada kelas lagi abis ini?" Tanya Seongwoo. Mereka baru saja menyelesaikan kelas bersama dan berniat untuk kekantin. Karena sedari tadi perut Seongwoo mengeluh minta diisi.

"Ya, aku harus ke Gedung Biologi abis ini" Jawab Daniel. Mukannya benar benar lelah seperti tidak ada semangat untuk hidup. Padahal dari tadi kerjaannya di kelas hanyalah mendengkur. Memangnya masih kurang apa dia tidur semalam. Tidur cepat, bangun telat, Seongwoo heran, kenapa si Kang ini doyan sekali tidur.

"Ah permi..."

Splashhh

Segelas americano yang dibawa oleh wanita itu jatuh tepat mengenai baju Daniel. Dapat dengan jelas terlihat noda dari kopi itu di kemeja Daniel, karena dia memakai kemeja biru terang yang kontras dengan warna kopi.

"Ah maaf, sekali lagi aku minta maaf, bagaimana ini, aku tidak membawa sapu tangan. Bagaimana jika kau melepas kemeja mu? aku akan segera mencucikannya dan mengembalikannya padamu"

Wanita itu mencoba menyibakkan noda di baju Daniel dengan tangannya. Wajahnya terlihat panik dan menyesal. Tapi tidak bagi Seongwoo, menurutnya wanita ini penuh kepalsuan.

Seongwoo sudah sangat hafal dengan cara cara wanita yang mendekati sahabatnya itu. Tiap dia berjalan bersama Daniel di lorong kampus, pasti banyak wanita yang berbisik mengagumi ketampanan Daniel. Sebenarnya bukan berbisik, bagaimana bisa ini disebut berbisik namun Seongwoo saja masih dapat dengan jelas mendengarnya. Dia yakin Daniel juga mendengarnya. Mereka sengaja membesarkan besarkan suaranya agar si Kang Daniel ini melirik mereka lalu mereka akan menjerit senang.

Semua orang ingin dekat dengan Daniel. Tidak hanya wanita namun juga pria. Seongwoo akui Daniel itu memang tampan. Orang orang sengaja membuat masalah hanya untuk dekat dengannya. Tapi, kepribadiannya yang hangat dan menyenangkan hanya terlihat jika kau dekat dengannya. Dia juga sangat senang berkontak fisik. Dan kadang dia terlihat sangat pemalu.

"Jika kau memberikan nomormu aku akan mengembalikan kemejanya padamu" ujar wanita itu. Seongwoo sudah menduganya. Ujung ujungnya si wanita akan meminta nomor Daniel.

"Ah tidak perlu, kau tidak usah cemas, aku tidak apa apa" jawab Daniel canggung. Seongwoo sangat mengerti situasi ini. Dia akan terus menjadi pahlawan bagi Daniel ketika ia benar benar dalam situasi canggung ini.

"Hey, katanya kau ingin ke gendung biologi. Ayo cepat"

Ditepuknya pundak Daniel untuk menyadarkan bahwa dari tadi Seongwoo ada disini. Memang sudah seperti itu. Dia seperti tidak terlihat ketika wanita sudah mulai berbicara dengan Daniel. Dia dihiraukan.

"Ah maaf, aku duluan ya"

Daniel membungkuk sopan kearah wanita tadi. Dan mereka berdua berjalan kegedung biologi tanpa mengingat bahwa tujuan utama mereka adalah kantin.

"Terimakasih Ong, kau sudah menyelamatkan ku"

"Tapi ngomong ngomong, bagaimana dengan bajumu itu?"

"Aku akan mencucinya nanti"

"Biar aku saja, kau kan masih ada kelas. Cepat lepas kemejamu"

Seongwoo membantu Daniel melepas kemejanya. Tenang saja, Daniel masih memakai kaos dibalik kemejanya itu, jadi dia tidak bertelanjang dada berkeliaran dikampus ini.

"Terimakasih Ongie"


-tbc-

Window -Ongniel ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang