Enam

11.9K 805 20
                                    

Serasa ada angin ribut yang bakal memutar-mutarnya Adita  menjauhkan matanya dari sumber bencana yang ada didepannya ini, Puteri Anjani dan Bagus Armajaya.  Kedua teman sekaligus guru persalesan -nya yang tengah memperlihatkan ekspresi paling tidak Adita sukai, ekspresi orang kepo. Apalagi A Bagus yang keliatannya marah besar sejak 1 jam yang lalu tau,  kalau Adita mau nikah sama dokter Semesta. Dokter yang udah bikin Adita nangis-nangis dikantornya dan membuat simpanan tisue untuk BAB dia habis semua.

"Kalau orang ngomong liat sini Adita."sindiran Bagus membuat Adita mau tidak mau mengalihkan mata kearahnya .

"Iya A, Adita juga gak tau kalau bakalan dinikahin sama pak dokter gila itu."jawaban Adita membuat Puteri mendengus kesal.

"Tapi kan harusnya ngasih tau dari kemarin, ini mau nikah lusa baru ngasih tau. Kamu mau nikah atau traktiran? Dadakan banget. "Ucapan Puteri membuat Adita melotot ke arahnya " Kenapa Puteri jadi marahin Adita, aku ini korban ."

"Korban atau Korea-Korean, di iming-iming nonton konser Cowok cantik aja langsung mau dinikahin, kamu itu harus punya pendirian Adita. "Bagus memberikan undangan pernikahan Adita "Nih liat, kamu mau dinikahin di Jogja terus resepsinya di Bali. Kamu gak kasian kita berdua harus kasbon dulu? "

Bagus dan Puteri tertawa "Biasa aja kali jangan cengo gitu, nih ya kita berdua malahan seneng kamu mau nikah sama orang kece."Puteri menepuk-nepuk bahu Adita gemas.

"Ih, sakit Puteri."ringis Adita sambil mengusap-usap bahunya

Bagus tersenyum kecut dan memalingkan wajahnya, Puteri yang melihatnya sekilas hanya menggeleng pelan. Gus..Bagus.

"Hallo assalamualaikum, siapa ya?"

"Ini saya Semesta, calon suami kamu."jawab Esta dengan penuh penekanan.

"Eh pak dokter, jangan ngomong gitu dong dok.  Jadi malu saya."kekeh Adita disela bedakkannya.

Di sebrang sana Esta menepuk jidatnya, padahal Esta menunjukkan ketidakamauannya, tapi gadis yang di telepon nya malah tidak peka sama sekali.

"Saya jemput kamu di kantor, jam 3 sore."

"Ih mau ngapain dokter? Jangan ngajak ketempat yang aneh-aneh ya."Adita menaikkan nada suaranya.

"Nggak,  saya mau ngajak pas baju pengantin. Kamu mau nikah gak?"tanya Esta yang mulai kesal.

"Dokter gak sabar ya mau nikah, ya udah saya tutup ya..Dah pak Dokter."

Tut..tut..tut

Esta menatap teleponnya tidak berkedip,  tidak sopan gadis ini. Padahal Esta tadi mau marahin dia dulu karena menerima pernikahan ini, jadi masalah hidup Esta makin bertambah. Tapi dipikir-pikir kalau Esta marahin dia, pasti Adita akan membuat perkataan yang lebih membuat kepalanya mau pecah, sudahlah.

Adita menyemprotkan parfum vanila kesukaanya ke seluruh badannya dari mulai leher sampai bokong kecilnya. Supaya kalau lewat, wangi-wanginya semerbak gitu kaya di iklan parfumnya.

"Duh, pantesan aja lapisan ozon pada bolong.  Lo parfuman atau mandi sih, sebotol langsung abis."Putri mengibas-ngibaskan tangannya mengusir bau Vanila yang tercium sangat menyengat.

Dokter Are you Crazy? (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang