Enam Belas

8.3K 634 50
                                    

Sudah tiga hari Adita keliling kota Paris bersama Esta, mulai dari ke Disney Land Paris, sampai ke menara terkenal di sana, apalagi kalau bukan menara Eiffel. Ada rasa senang di campur haru saat Adita melihat bagaimana bentuk Eiffel secara dekat, gak pernah terbayang sebelumnya Adita bisa ke sana, bahkan buat ngebayangin aja Adita takut gak kesampaian karena buat kuliah juga Adita harus pending dulu.

"Kenapa kamu nangis Adita? Saya gak bikin kamu sedihkan?"tanya Esta sambil menghapus air mata Adita "Jelek loh kalau kamu nangis, mau liat ?"

"Ih, my husband apaan sih, aku sedih karena bisa pergi ke sini. Dulu banget, aku bener-bener pengen pergi ke luar negeri,  ke Malaysia aja aku udah pasti seneng. Tapi sekarang,  aku udah di Paris aja."jawab Adita sambil tersenyum kecil karena melihat wajah Esta dari dekat, ganteng banget husband aku.

"Oh, ya udah jangan liatin gitu banget dong. Saya jadi pengen nyubit tuh pipi gembul."Esta mencubit pipi Adita gemas "Saya baru sadar kamu itu gembul. "

"Enak aja emang aku gak gembul, tapi bahenol nampol kata ibu . Lagian my husband bisa gak sih gak usah saya-saya gitu, panggil aja my wife kaya waktu itu."Adita mendekatkan wajahnya ke arah Esta "Boleh ya? Masa kalau ke Adimas bilangnya lo-gue."

"Itukan udah kebiasaan, mmm..gimana kalau aku? Tapi aku sedikit aneh kalau ke kamu, kamu kan masih bocah alay, gimana kalau Mas? Kaya ftv nya Adimas? ."

Adita mengerjapkan matanya aneh "ngomongnya kepanjangan. Ya udah Mas aja, kaya mas-mas tukang bubur atau nasi goreng di Sabuga, kan Orang Jawa."

"Dokter ganteng gini disamain sama tukang bubur? Hmmm..gimana kalau kamu dipanggil Ade? Mas dan Ade."Esta menggerakkan tangannya membentuk sebuah lingkaran.

"Gak sekalian aja Mas Ade tukang lontong?"

Adita membeli beberapa pernak-pernik untuk membuat kado spesial untuk Esta yang sudah membuatnya bapet berat,  apa mungkin Adita jatuh cinta sama suaminya sendiri? Bisa jadi sih, tapi Adita berasa terbang ke angan-angan kalau ingat wajah Esta dari dekat, ibu Adita jatuh cinta.

"Gimana kita pulang aja, Mas mau buang air nih."Esta tertawa terbahak "Kok jadi geli sendiri ya bilang Mas?"

"Gaje banget sih my husband,  buang air aja ditahan-tahan, nanti keluar disini loh, bau tau."Adita menyembunyikan belanjaannya didalam tas "Mm..cepet-tan dong, aku juga mau mandi nih, udah gerah."

Adita terkejut saat Elif tiba-tiba menghampirinya sambil membawa daging "Duh Elif daging siapa itu? Bukan daging tetanggakan?"tanya Adita sambil mengusap kepala Elif "Kasihan kalau daging tetangga, nanti jadi janda atau duda."

"Ngomong apa sih, jangan mulai deh malu-maluinnya"bisik Esta sambil menuntun Adita ke ruang tengah, Adita hanya mengerucutkan bibirnya dan melambai pada Elif.

"Bagaimana bulan madu kalian, menyenangkan?"Ellena, bibi Esta tersenyum sambil meminum teh hijau miliknya "Nanti kalau kamu sempat, bagaimana kalau kita berkunjung ke perkebunan anggur milik keluarga?"

"Yah, mungkin besok. Hari ini kami sangat lelah."jawab Esta dengan bahasa Perancis yang sangat kental "Kemana paman Adam?"

"Dia menghadiri pemakaman saudaranya di Ukraina, dan aku tidak bisa datang karena tidak enak badan."

Adita berbisik kecil "My husband, aku kamar duluan ya, mau tidur."Adita menundukkan kepalanya pada bibi Ellena dan berlari ke arah tangga.

Adita buru-buru mengeluarkan kotak dibawah kasur king-size berwarna gold milik Esta, disana sudah penuh dengan kartu ucapan buatan Adita dan juga hadiah berupa cincin dari akar tanaman untuk Esta yang Adita beli di Toko bernama Lessmari di dekat taman nasional.

"Kurang apa ya?"Adita mengeluarkan pernak-pernik yang ia beli tadi "Ah, jadi ucul banget, kayanya Adita bener-bener jatuh cinta deh sama my husband."

Adita memeluk kotak ditangannya, hmm sepertinya Adita memerlukan bantuan Karren untuk memberikan kotak spesial ini. Adita mengeluarkan handphonenya.

To Mrs. KAREN yg ternyata Sengklek.

Karen, tolong bantu aku untuk menyuruh Esta ke taman diluar, aku mau memberikan kotak yang kita buat kemarian malam bersama Effsel.♥

Karen Writing....

Yah, tentu jangan lupa memberikan hadiah jalan untuk ku kau tau kan, delivery order butuh uang tip.

Adita Writing ....

Yup...thanks ♥

Adita mengendap-ngendap menuju taman belakang rumah, dia langsung duduk di kursi gantung yang berhiaskan bunga warna-warni.

Esta yang diberitahu oleh Karen langsung menghabiskan makanan nya, namun kedatangan Amanda membuatnya  terdiam dengan cepat. Chelsea mengikuti langkah Ellena dan menghampiri Amanda yang terlihat kacau.

"Sayang, apa yang terjadi?"Ellena memeluk Amanda yang terlihat lemah, Chelsea membisikkan sesuatu telinga Ellena.

"Mmm..Esta, kamu sudah seperti kakaknya, tolong aku harap kamu bisa.."Esta mengangguk cepat dan membopong tubuh lemah Amanda menuju gajebo di halaman belakang.

"Duh..kemana my husband, udah hampir setengah jam."gerutu Adita sambil menghapus tetesan air didahinya "Mana gerimis lagi, lama banget sih."

"Amanda aku mohon, jika kamu tidak bicara aku akan menghubungi Sam."bentak Esta yang kini menekan dahinya keras "Apa yang terjadi?"

Amanda mengeluarkan surat perceraian di tasnya "Sam, dia menginginkan perceraian."Amanda meneteskan air mata saat surat itu kembali ia lihat "Apa salahku Axe ?"Amanda memeluk Esta.

Adita berlari kecil sambil membawa kotak spesialnya menuju gajebo karena hujannya semakin deras, lagi pula Adita tidak ingin kotaknya rusak, untunglah dia membawa dompet kalau-kalau harus membeli kotak lagi.Tapi pemandangan di dalam gajebo membuat nafasnya terhenti .

"My husband?"Isak Adita dengan tatapan nanar.

Esta mengusap air mata di wajah pucat Amanda "Jangan menangis, kamu berjanji akan bahagia padaku kan?"Esta memeluk Amanda erat "Aku melepaskan mu, bukan untuk terluka karena Sam."

Amanda terisak di bahu Esta, tanpa mereka sadari ada orang yang lebih terluka dibelakang mereka. Adita melemparkan kotak spesial ditangannya dan berlari ke arah jalanan, baru kali ini Adita merasakan sesak yang membuatnya seperti teriris.Kemana dia harus pergi sekarang?, bahkan dia tidak bisa memeluk Ibu atau Putri untuk menceritakan rasa sakit nya saat ini .

"TAKSIII!!."Adita mengusap air matanya, dia tidak peduli lagi tempat tujuan yang akan ia datangi. Yang Adita inginkan hanya pergi, melepaskan sesak yang makin menguar dihatinya.




****

Aku jadi baper sendiri ngebayangin perasaan Adita, semoga kalian suka ya :*(

Oh iya kalau mau kenal aku bisa follow ig aku : nomonicaa

Kalau mau Follback DM aja ♡

Next Chapter  →

Adita memandangi Nial yang tengah melukis pasangan muda yang sedang menghabiskan waktunya di menara Eifell.

"Mr. Nial, kamu ganteng kalau lagi ngelukis."

Nial tersenyum tipis "Dan kamu lebih cantik dari lukisan ini."

Dokter Are you Crazy? (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang