Satu

27.2K 1.5K 24
                                    

Seperti biasa Adita memoleskankan sedikit bedak dan lipstik mate berwarna creamy ke wajah dan bibirnya, juga sedikit maskara dan eyeliner untuk mempertajam bentuk mata bulat milik-nya. Sebenarnya Adita takut kalau pakai make up tebal-tebal. Nanti malah di sangka sales cabe-cabean atau janda kembang. Padahal kan Adita masih perawan tingting, pacaran aja belom pernah seumur-umur. Kalau kata pribahasa sunda mah, teu payu sanes pedah layu. Tapi ambisi Andita untuk kuliah dengan mandiri harus terwujud terlebih dahulu.

"Neng, belum berangkat? Itu Putri udah nungguin diluar!."suara Kasih, ibu Adita menggelegar di ruangan rumahnya yang terbilang sederhana.

"Iya ibu, Adita tadi dandan dulu."jawab Adita sambil mencium pipi ibunya yang mulai banyak kerutan "Ih ibu maskeran dong, biar kinclong."

"Ah kamu juga dandan mulu, pacar aja gak punya-punya. Sayang neng wajah cantik gak laku-laku."cercaan dari ibu kandungnya sendiri hanya ditanggapi senyuman oleh Adita yang sudah melenggang keluar sambil memakai high heels.

"Nanti juga kalau udah ada jodoh, juga ketemu Bu!."bela Wisnu, ayahanda tercinta Adita yang tengah meminum kopinya sambil merokok di ruang tengah.

"Tah, denger bu. Ayah mah memang yang terbaik."Adita melambaikan tangannya dari atas motor Putri.

"Berangkat dulu ya Bu."Putri menundukkan sedikit kepalanya, menunjukkan kesopanan pada orang tua didepannya.

"Assalamualaikum ."

"Waalaikumsalam."

***

Adita memegang hpnya sambil sesekali melihat alamat rumah sakit tempatnya akan membujuk para dokter untuk membeli produk obat dari perusahaan nya. Sudah 3 bulan Adita bekerja dan selama itulah sudah banyak obat yang masuk rumah sakit besar yang ia targeti. Berbekal kemampuan Adita yang pernah menjadi juara debat provinsi, lumayanlah dia bisa tawar-menawar dengan dokter-dokter yang banyak maunya.

"Bu Suci? Ini rumah sakit Grand punyanya ayah artis keturunan indo yang namanya Adimas William Pramudya itu?"pertanyaan Adita yang langsung dijawab anggukan oleh kepala pengawasnya.

"Duh, ganteng banget pasti yang punya nya."Suci mengangguk lagi dan memberikan kartu nama dokter yang harus Adita temui.

"Iya, kerja yang bener. Biar dapet bonus gede!."Suci mengepalkan tangannya "Fighting!."

Dr.Semesta Pramudya, SpBS
Spesialis Bedah Saraf
021356273889
Rumah Sakit Grand Pramudya

Semoga dokternya baik hati, tidak sombong dan mau diajak bernegosiasi, amiin.

Adita menginjakkan kakinya menelusuri lorong rumah sakit dan tersenyum kepada pasien-pasien maupun dokter yang berpapasan dengannya. Kata resepsionis ruangan Dr. Semesta itu ada dilantai 4, dan kalau di perkirakan , spesialis seperti dr.Semesta usianya pasti sudah 40-an atau mudanya 30-an. Apalagi ahli saraf juga. Jadi Adita akan bernegosiasi menggunakan kopi hitam asli aceh yang membuatnya harus mengeluarkan 200 ribu rupiah untuk satu cup-nya, awas aja kalau ditolak Adita sumpahin serangan jantung.

"Maaf anda mau kemana ya?"

Adita menoleh ke arah perempuan cantik didepannya, perempuan itu terlihat sangat dewasa dengan bajunya yang terasa minim.

"Saya mau keruangan Dr.Semesta."jawab Adita singkat kemudian memencet tombol lift.

"Permisi suster, dokter Semesta ada?"

"Oh, anda sudah ditunggu masuk saja."suster itu tersenyum ramah dan kembali berajalan menjauhi Adita.

Cklekk...

Andita melongo melihat pemandangan didepannya, dokter itu terlihat sangat tampan, dengan wajah bule dan tubuh tegap berkacamata. Membuat Adita melayang ke dalam pemikirannya tentang novel dokter sexy yang pernah dia baca. Hingga tatapan tegas tapi teduh itu menatap ke arahnya, barulah Adita mau jalan mendekat dan tersenyum ramah.

"Permisi Dokter!!."

"Silahkan duduk!!!."suara barinton yang terdengar tegas itu membuat Adita merinding sendiri.

"Dokter saya Anandita dari.."

"Jangan disini, kita bertemu di hotel Amour saja jam 8 malam. Ternyata kamu masih sangat muda ya?"potong Semesta sambil menyodorkan setumpuk uang beramplop coklat dan mencium tangan Adita lembut.

"Sebenernya saya gantiin adik saya, tapi saya lebih gantengkan?"

"ASTAGFIRULLAH! !! Dokter saya ini dari perusahaan Obat Tropical bukan cabe-cabean sembarangan. Seenaknya aja make cium-cium tangan saya. Dokter juga gak liat umur ya, dokter udah cukup dewasa nanti masuk neraka!."Adita melempar amplop di tanganya "Satu lagi, saya ogah sama pedopil, inget ini dok, neraka itu bukan Ci panas Garut!!!."

Semesta menatap kepergian gadis mungil didepanya tanpa berkedip.

"Hallo Adimas?"Semesta mengangkat teleponnya.

"Kayanya gue nikah dulu deh terus lepas perjaka, gue takut masuk neraka."

Adimas tertawa lebar diseberang sana "Lo kesambet apaan hah?"

"Gue dimarahin bocah, baru kali ini gue ditolak cewek."

Adimas tertawa makin lebar mendengar curhatan kakaknya, siapa bocah kecil yang berani menolak pesona keturunan Pramudya itu?.

Dokter Are you Crazy? (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang