Adita menjinjing 2 buah cup Coffe luwak Aceh dari Caffe sebelah rumah sakit dengan wajah berbinar-binar, hari ini dia dapat bonus dari penjualan obat ke rumah sakit Pramudya. Dan kopi ini dia mau kasih ke dokter gila kemarin, sebenarnya Adita ogah ketemu lagi sama dokter yang mirip suaminya Raisa itu. Tapi pencerahan dari ibu mengharuskan dia membelikan tanda terima kasih ini.
"Kamu kalau baperan kapan kayanya, Neng?"
"Tapi bu, Dokter itu udah ngelecehin Adita. Masa dia pikir Adita cabe-cabean."
"Mana mungkin dokter ngomong gitu. Nih, yang ada dia pasti salah orang. Lagian gara-gara dia kamu dapat bonus yang ngelebihin gaji kamu."
"Biar ayah gorok tuh orang!."Wisnu mengacung-acungkan golok yang sudah ia asah.
"Tuh, makannya kita gak kaya-kaya. Belum tau apa-apa udah maen gorok aja. Kamu saya Ayah sama aja"
"Terus gimana bu, Adita kan sakit hati."
"Kasih hadiah tuh dokter, gitu-gitu dia udah nolongin kamu dapet bonus. Kapan lagi kamu dapet uang banyak tapi gak kerja Neng?"
"Siapa tau tuh dokter juga bisa bantuin kamu masok obat permanen ke rumah sakitnya , apa itu namanya. Oh iya, kontrak resmi. "
Kontrak resmi.
Adita menginjakkan kakinya ke rumah sakit Pramudya lagi dengan mantap. Kalau bisa dapet kontrak resmi dari dokter gila itu, berarti Adita bisa diangkat jadi pegawai tetap. Nah kalau udah jadi pegawai tetap, berarti gajinya tambah gede. Kalau gajinya tambah gede, Adita bisa cepet-cepet kuliah.
"Doain ya bu, semoga Adita bisa dapet kontrak resmi."
Adita berlari kecil menuju lift yang sudah mau menutup. Untung saja ada tangan yang nahan supaya dia bisa masuk. Adita melirik orang tersebut dan tersenyum ramah. Ternyata itu cewek cantik yang kemarin, tapi bedanya sekarang pake hijab yang gayanya kaya ibu pejabat.
"Ibu yang kemarin nanya saya ya?"tanya Adita sambil tersenyum lebar.
Ibu cantik itu terkekeh pelan "Ih..jangan panggil ibu dong. Tante aja biar jaman now gitu."
Adita menganggukkan kepalanya "Tante lagi check-up ya?"
"Iya, tante lagi check suami. Siapa tau lagi bawa selingkuhannya kesini kan bahaya."jawaban ibu cantik didepannya membuat Adita bingung sendiri "Suami tante kerja disini?"
"Iya suami saya dokter, anak saya juga dokter. Biasalah, mirip kaya ibunya pinter."
Adita membulatkan bibirnya, ia buru-buru memberikan kartu nama perusahaannya. Numpang promosi sama ibu dokter.
"Kalau begitu tante, saya ini bekerja di perusahaan tropical. Siapa tau aja, suami tante dan anak tante mau masok obat dari sana."
Adita buru-buru keluar saat lift sudah terbuka, dan menundukkan kepalanya pada ibu cantik yang masih ada didalam lift yang ia masuki.
"Sampai ketemu lagi ya Tante."
Carisa memandangi gadis muda itu sambil tersenyum lebar "Kalau si papih mau mah dulu, udah punya anak cewek kaya dia, cantik, pinter promosi, sopan juga."
Semesta yang baru saja menyelesaikan operasi langsung masuk ke ruangan pasien lain yang belum dia check-up.
"Gimana ibu keadaan suaminya, sudah membaik?"
"Iya sudah dokter. Padahal saya sakit juga ya."
Strategi ibu-ibu genit mau menggoda , Semesta tertawa menanggapi dan mengeluarkan peralatannya. Namanya juga orang ganteng.
"Kenapa ibu mau sakit juga?"
"Biar bisa di check sama ayah dokter."
Uhukk..uhuk
Semesta tak sengaja tersedak air liurnya sendiri, ternyata pesona ayahnya masih saja menjadi ranking satu di kalangan ibu-ibu lansia. Mungkin ayahnya sudah tak terkalahkan dalam menggoda wanita, apalagi lansia.
"Kenapa dokter?"
"Nggak bu, ternyata ayah saya terkenal sekali."
Adita memandangi ruangan yang sedang ia tempati, ruangan ini didominasi warna abu sama hitam. Ada banyak foto kota paris sama London juga, apa jangan-jangan dokter Semesta sering jalan-jalan ke Eropa?. Wih..keren pisan. Ke Singapura juga Adita belum pernah, KTP buat paspornya juga belum punya. Gara-gara kasus korupsi E-KTP itu, prosesnya jadi tambah lama.
"Emang ya. Nasib..nasib."
"Duh kopinya dingin gak?"sapa Semesta dari belakang, membuat Adita yang yang sedang bergumam sendiri langsung salah tingkah dan berdiri.
"Maaf dokter, saya duduk langsung. Soalnya, pegel."jujur Adita sambil memberikan kresek kopi dimeja Semesta.
"Maaf , saya belum sempat minta maaf secara langsung."
"Udah di maafin kok dok, walaupun sakitnya masih ada."Adita terkekeh pelan "Bercanda kok dok, saya udah maafin. Malahan makasih banget dokter udah mau masok obat, jadi saya dapet bonus."
"Oh jadi ini hadiah , ya?. Kok cuman kopi, makan siang nya juga dong."goda Semesta sambil mengedipkan matanya
"Dokter belum gajian ya, atau kasbon dulu bulan kemarin? "
Pertanyaan Adita membuat Semesta terdiam, baru kali ini ada perempuan yang meragukan uangnya. Terlalu.
"Ah...saya hanya bercanda saja kok."
"Dokter gak usah malu, ayo saya traktir. Didepan ada restoran kok dok."
"Restoran itu langganan saya juga. "
"Kirain dokter jarang makan siang, biasanya kan makan malam di hotel Amour jam 8."
Kurang ajar, Semesta melebarkan bibirnya "Kamu suka bercanda ya?"
"Ah, nggak kan emang iya dok?"tukas Adita yang kini sudah membuka pintu keluar.
"Kalau bukan anak orang, gue bedah juga nih anak!."
"Iya Dokter?"
Semesta menyilangkan tangannya "Gak ada apa-apa, cuman nyanyi."
"Hehe...Kirain mau ngebedah saya."Adita memajukan tangannya "Silahkan, pak Dokter duluan. "
Dalam hatinya Semesta bertanya-tanya, Jenis manusia apa gadis yang ada didepannya ini. Apa mungkin gadis ini psycho? , atau gadis ini sebenarnya pembunuh bayaran?. Semesta menggelengkan kepala nya, mungkin efek operasi tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Are you Crazy? (Proses Revisi)
ChickLit#47 dalam chicklit Maret 2019 "Cerita chapter 26 dan beberapa bagian di Private follow sebelum membaca" Mutiara Anandita hanyalah gadis polos berusia belum genap 18 tahun yang memilih menjadi sales perusahaan obat dan menawarkan beberapa produknya...