"Duh repot ya makan sama dokter ganteng?"Adita memotong cheese cake kesukaannya sambil melirik pelanggan lain yang sedang mengunjang-ganjingkan mereka.
"Ah, Saya sudah biasa ditatap cewek seperti itu. Bahkan kalau saya ke mall pasti banyak yang minta foto, sangkanya saya Hamish Daus Kw."penjelasan Semesta membuat Andita tertawa disela acara makannya.
"Dokter kayanya diajarin kepedean dari kecil ya?"
"Apa ?"Semesta menusuk Cheese cake ditangannya lebih dalam, mulut perempuan ini.
"Mereka liatin gitu kok saya yang jadi gak enak ya?"bisik Adita yang mulai terganggu dengan tatapan-tatapan perempuan-perempuan pengunjung Caffe yang sepertinya kurang liat cowok ganteng itu, kampungan banget sih.
"Udahlah cuekkin. Lagian saya juga biasa aja."
"Biasa gimana dokter kaya tebar pesona gituh, gimana mereka gak tambah heboh."Adita menggelengkan kepalanya.
Semesta jadi malu sendiri, ngomong sama ABG kaya gini kali ya. Harus banyak nahan emosi, bisa-bisa kalau salah ngomong lagi bisa mewek lagi kaya kemaren. Bisa dijadiin sarapannya si Elif nanti.
"Saya diajarkan untuk selalu ramah sama perempuan, ingat Ibu saya dirumah."ucap Semesta selembut mungkin agar Adita tidak tersinggung, tapi Adita hanya tersenyum tipis dan kembali memakan makanannya, sabar Semesta.
"Itu bukannya ramah pak dokter, tapi itu ngasih harapan. Setau saya sebagai perempuan nih, kalau di senyumin sama cowok ganteng kaya pak dokter nanti pasti kena 3 S Syndrom."
Esta mengerutkan kening "Penyakit 3 S Syndrom?"
"Iya, 3 S Senyam, Senyum sendiri. Nanti ujung-ujungnya patah hati kalau tau cowoknya udah punya pacar."Adita mengingat-ingat pengalamannya kalau di senyumin cogan, ya rata-rata setelahnya Adita akan senyam senyum sendiri Syndrom.
Semesta memandangi gadis didepannya dari atas sampai bawah, cantik juga. Tapi sayangnya rata, gak ada lekuk-lekuk istimewa yang membuat lelaki dewasa sepertinya akan tergoda. Kalau Semesta jadi nikahin gadis ini, berasa pedopil banget.
"Rata."
Bisikkan kecil Esta terdengar ditelinga Adita, membuat Adita berdehem kencang dan menatap dokter dihadapannya tidak suka.
"Dokter!!."
Semesta menaikkan kacamatanya bingung "Ada apa?"
"Dokter itu gila, bisanya mesumin anak baru gede kaya saya!!."
"Dokter gak mau bikin kontrak resmi sama perusahaan saya?"Adita buru-buru mengganti topik yang ia ingin katakan, dia baru ingat dengan misinya setelah 35 menit terlewat dengan cepat.
Kirain kedengeran, Semesta mengeluarkan ponselnya dan menyodorkannya ke arah Adita.
"Kamu catat saja nomor saya, atau kalau tidak masukkan nomor kamu kesitu. Saya akan menghubungi kamu kalau berencana membuat kontrak resmi "
"Dokter gak akan menjual nomor saya kan?"tanya Adita sambil mengetikkan nomor ponselnya "Jangan disebarin kalau ada yang minta ya Dok."tambah Adita dengan senyum lebar yang menghiasi wajahnya.
Seperti nya perempuan ini memang psycho.
Esta mengeluarkan kunci mobilnya dan meminta Adita untuk menunggu. Sebenarnya ajakan Esta untuk mengantarkan Adita pulang ke kantor hanya basa-basi, tapi ternyata gadis ini tidak menolak tawarannya malahan langsung setuju.
"Kamu ke Kantornya naik taksi?"
"Iya dokter, soalnya kalau naik gojek nanti saya kepanasan. Make up nya jadi luntur."
"Ya udah, kamu mau saya antarkan ke kantor?"
"Iya dok, kalau dokter nawarin ya saya ikut aja. Di jalan Asia-Afrika no 15 kok Dok. Kantor saya gak jauh, deket kantor polisi juga."
"Padahal cuman basa-basi loh."
"Ah dokter bercandanya suka lucu!."
"Tuh cewek anak siapa sih?"Esta merutuki perkataannya sendiri"Harusnya gue jangan basa-basi sama dia , aduh pasien masih banyak lagi."
Tin..tin.
Adita melambaikan tangannya kearah mobil mercedes benz warna hitam yang berhenti didepannya, Esta menurunkan kaca mobilnya.
"Ayo masuk!!."
"Kirain pak Dokter mau kabur."
Esta mengangguk kecil "Nanti kalau ketemu kamu lagi."
"Ih jangan gitu dok, nanti saya gak dapet bonus kalau gak ketemu dokter lagi."
Di kediaman Ibunda dan Ayahanda dari Adita, Carisa sedang memilih beberapa gaun pernikahan dan juga tipe undangan pernikahan.
FlashBack.
2 jam setelah Carisa mengetahui bahwa Esta membuat anak gadis bernama Mutiara Anindita menangis.
"Jhonson kamu tau kan alamat gadis itu?"
Jhonson menyerahkan berkas-berkas pribadi milik Adita beserta beberapa lembar foto.
"Cantik juga calman saya."
"Calaman?"tanya Jhonson bingung dengan perkataan nyonya besarnya.
"Calman Jhonson, Calon Mantu. Kamu harus banyak baca kamus gaul, jangan baca proposal mulu. "Carisa tersenyum lebar saat melihat alamat rumah ditangannya.
"Asik, mau ketemu calon besan "
Flashback end.
Kasih memandang calon besannya dari ujung hijab sampai ujung sepatu high-heels nya. Benar-benar cucok endess, nggak salah Kasih melahirkan Adita kedunia ini dengan paras cantik dari darahnya .
"Jadi Besan, tadi ketemu anak saya?"
Carisa tersenyum dan mengangguk.
"Tadi saya ketemu di lift. Tapi saya pura-pura gak kenal, takut Adita shock punya mertua secantik saya."tawa Carisa mengekori kata-kata terakhirnya.
Wisnu hanya memandangi istri dan calon besannya itu dalam diam, bagaimana lagi calon besannya sudah membelikan sawah 10 hektar di Pangalengan. Sebagai tanda mau melamar, tentu Wisnu tidak menolak, Rezeki .
"Jadi besan sudah menyiapkan semuanya?"tanya Kasih tidak enak.
"Sudah besan, saya bahkan sudah menyiapkan suvenir buat nikahannya, coklat dari sponsor saya. "Carisa menutup mulutnya yang mulai ceplas-ceplos.
"Tinggal tanggal saja, saya menyerahkan kan pada besan"alih Carisa dengan tatapan penasaran "Sudah dapet belum besan?"
" Saya sama suami sudah dapat. Besok lusa adalah waktu yang sangat tepat."jawab Kasih mantap tanpa memperdulikan ekspresi besan didepannya.
"Besok lusa?"
"Iya."
Carisa berarti batal nonton konser Wanna One di Thailand. Sayang sekali.
"Kenapa tidak sekarang saja padahal, kasian Semesta sudah pengen sekali jadi pria."
"Memang dia bukan lelaki besan?"
"Maksud saya jadi pria dalam segi perkawinan."
Wisnu dan Kasih bernafas lega, kirain aja calon mantunya itu Paria eh maksudnya Waria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Are you Crazy? (Proses Revisi)
ChickLit#47 dalam chicklit Maret 2019 "Cerita chapter 26 dan beberapa bagian di Private follow sebelum membaca" Mutiara Anandita hanyalah gadis polos berusia belum genap 18 tahun yang memilih menjadi sales perusahaan obat dan menawarkan beberapa produknya...