Esta menatap kolam ikan yang berada didekat ruang TV, Esta sebenarnya merasa bersalah pada Adita, tapi jujur dia juga tidak tau kalau Amanda datang. Esta menyesap kopi ditangannya, kandungan Kafein didalamnya membuat Esta merasa tenang. Di tangga Amanda yang baru saja keluar dari kamarnya melihat sosok Esta dari belakang, dia masih sama seperti dulu suka menyendiri jika sedang bingung, tentu Amanda tau apa yang membuat Esta seperti itu yah dirinya, dirinya yang tiba-tiba saja muncul di antara Esta dan Adita, bukan tanpa alasan Amanda datang karena ingin merebut Estanya kembali, tentu dia harus mendapatkannya lagi.
Amanda menatap anak tangga dibawahnya, sebuah ide cemerlang membuatnya tersenyum kecil.
"AHKKK!!!."
"AMANDA!."Esta yang mendengar teriakan langsung berlari kecil menghampiri Amanda yang terjatuh.
Esta membopong tubuh Amanda ke arah Soffa "Kamu harus hati-hati."
"Maaf, tadi aku tidak melihat. Esta kakiku sakit."Amanda menyentuh bahu Esta sambil meringis, Esta mengusap kaki Amanda.
"Tunggu di sini."
Adita menggeliatkan tubuhnya, mimpi seram tentang ular besar berkepala Amanda membuatnya terbangun. Adita menyentuh tenggorokannya yang sakit "Haussss."Adita menepuk tempat disebelahnya "Mana my husband?"
Adita mengucek matanya dan berjalan sempoyongan ke arah pintu kamarnya, sambil menyalakan lampu ruang atas Adita menuruni tangga, tapi bayangan dua orang yang ia kenal membuat Adita membulat.
"Nenek sihir itu "Adita mengepalkan tangannya, tidak dimimpi tidak di alam nyata.
Adita menghentak-hentakkan kakinya di tangga, membuat Esta yang tengah mengompres kaki Amanda menoleh, begitu juga Amanda yang dengan cepat menurunkan tangannya di bahu Esta.
"Ngapain berduaan malem-malem, yang ketiga se__yang ketiga disini."Ujar Adita, kalau setan berarti Adita Setan dong, enak aja. Adita menunjuk kaki Amanda "Baru belajar jalan ya kak Amanda?"
"Adita, kenapa kamu bilang begitu, Amanda tadi jatuh dari tangga."bela Esta dengan alis yang bertaut, karena Adita tidak pernah bicara kasar sebelumnya.
Adita tersenyum dan menguap "Biasanya kalau orang bangun tidur suka natural my husband, lanjutin aja anggep Adita gak ada."ketus Adita sambil berjalan ke arah dapur.
Amanda berusaha untuk tetap tenang "Esta, sepertinya Adita cemburu, susul gih. Kaki aku udah meningan."Esta mengangguk.
Gluk..gluk..gluk, Adita menatap botol kosong ditangannya, sayang kalau dari plastik pasti sudah Adita remas-remas.
"Kamu kenapa?"Suara dingin Esta membuat Adita merinding, jadi Esta marah karena Amanda, menyebalkan.
Adita menutup kulkas keras "Adita marah kenapa? Emang gak boleh kalau isteri marah liat suaminya berduaan sama mantannya, itu WAJAR."tekan Adita di kata terakhir "Aku gak habis pikir kenapa si My husband susah banget lupain kak Amanda."
Esta membuang wajah kesal dan kembali menatap Adita "Kamu kekanak-kanakan tau gak, Amanda dia tadi jatuh di tangga."
"Ya emang kenyataannya Adita ini kekanak-kanakan, kenapa ?"jawaban Adita membuat Esta terdiam.
Amanda tersenyum menang dibalik pintu dapur, satu langkah yang ia lakukan ternyata berhasil.
***
S
ebagai sahabat tentu saja Mega dan Putri tau jika Adita sedang dalam keadaan tidak baik, buktinya Adita yang selalu terlalu berlebihan cerianya, terlihat murung dengan wajah ditekuk kesal, Putri menyenggol bahu Mega dan menyuruhnya duduk di samping Adita, karena dia yang paling bisa mengerti keadaan perempuan lain, kalau Putri dia akan membuat Adita makin kesal.
"Kamu kenapa Adita?"Mega duduk disamping Adita dan tersenyum "Ada masalah sama Esta."
Mendengar nama itu Adita kembali meradang, bagaimana tidak belum selesai masalah malam kemarin, tadi pagi Esta lebih memilih untuk mengantar Amanda yang katanya sakit kaki, Adita tentu saja tidak mau ikut kalau ada nenek sihir itu.Dan Adita yakin itu hanya skenario yang nenek sihir ciptakan agar dia bisa merebut Esta-nya. Adita mengepalkan tangan kesal.
"Ada yang lagi panas luar dalem nih."Putri Berdehem "Udah jangan dipikirin lagi."
"Gimana Adita gak marah coba, nenek sihir itu bener-bener ngeselin."Adita merasa frustasi sekarang "Ini udah kaya direncanain sama dia."
Putri melipat tangannya di dada "Gue pikir lo harus bikin win win solution deh."tanggap Putri sambil tersenyum miring.
"Lo jangan ngasih yang aneh-aneh putri "potong Mega dengan tatapan tajam.
Seolah tidak peduli Putri kembali melanjutkan perkataannya "Kalau si Esta masih suka sama Amanda, lo harus nunjukin kalau lo juga bisa deket sama cowok."Putri mengangkat jempolnya.
"Maksud kak Putri?"Adita berkerut "Adita gak punya cowok, kan selingkuh itu gak boleh."
Mega mengangguk setuju.
"Nah, ini yang bikin cewek di selingkuhin mulu, kita itu kalah strategi, kita harusnya bisa membalas lebih kejam."Ucap Putri berapi-api.
Mega berpikir sejenak "Tapi cowoknya siapa, lo taukan Adita gak punya cowok dari dulu."
"Punya."Putri tersenyum kearah Adita dan berkedip "Dia punya Geandra, malam ini di pesta dia bakalan dateng sebagai bintang tamu. Sebagai sahabat lo gue tau segimana kalian deket dulu, dan gue denger dia belum punya pacar."
Adita menatap Mega, meminta tanggapannya.
"Esta pasti bakalan dateng, Amanda juga."Mega mengangguk "Ayo kita dandanin Adita."
Putri dan Mega merangkul bahu Adita. Adita masih bingung, apakah ini memang bagus atau tidak untuk dirinya.
"Lo gak usah mikirin baju, gue punya banyak gaun bagus."
Mega mendorong bahu Putri dan berbisik ke sisi telinga Adita "Jangan, kamu pake gaun Kak Mega aja, gaun Putri aneh-aneh kaya orangnya."
Adita terkekeh dan tersenyum lebar ke arah Putri "Kak Putri bagian make up aja deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Are you Crazy? (Proses Revisi)
Literatura Kobieca#47 dalam chicklit Maret 2019 "Cerita chapter 26 dan beberapa bagian di Private follow sebelum membaca" Mutiara Anandita hanyalah gadis polos berusia belum genap 18 tahun yang memilih menjadi sales perusahaan obat dan menawarkan beberapa produknya...