Adita memandangi Esta dan mengeratkan pegangannya. Padahal pesawat nya belum terbang, tapi jantungnya serasa mau melayang . Antara takut dan speechless mau jalan-jalan ke Paris. Sebenarnya Adita udah sering naik pesawat buat ngewakilin perusahaan sama Puteri, kaya ke Samarinda, Padang ataupun ke Yogyakarta.
Tapi pergi ke Paris itu berbeda, bahasanya beda, negaranya beda bahkan benuanya pun beda.Adita lebih berharap pake pintu kemana saja milik doraemon, ketimbang naik pesawat-pesawatan kaya sekarang, tapi ya itu Esta selalu bilang kalau di kepala Adita hanya ada dunia khayalan yang penuh lolipop dan unicorn.
"Lama banget sih, pilotnya lagi diare ya?"
Esta menahan tangannya untuk tidak menjitak kepala Adita, "Husshh..jangan ngomong sembarangan. Kamu mau ditendang dari pesawat?"bisik Esta sambil melihat jam ditangannya.
"Lama my husband, nanti aku malah ketiduran. Nanti kalau ada superman Perancis terbang aku gak bisa liat dong."Adita menutup mulutnya, efek grogi membuat mulutnya jadi ngaco. Padahal Adita mau membicarakan tentang Cassanova terbang atau Pablo Picasso nyasar terbang ke Menara Eifell, mungkin.
"Udah, meningan kamu tidur. Jangan lupa berdoa supaya saya gak kena migren di sini."Esta menyenderkan kepala Adita ke pundaknya.
"My husband gimana sih, masa kena migren. Gak kreatif banget."
"Iya gimana kamu aja, yang penting sekarang kamu tidur yang lama. Bangunnya kalau udah sampai, ya "bisik Esta cepat. Adita mengangguk patuh dan memenjamkan matanya. Tapi selang beberapa menit matanya terbuka lagi.
"Aku gak bisa tidur, jangan maksa-maksa dong my husband. Jahat banget sih nyuruh aku tidur."Adita menghela nafas "Kok rasanya jadi pengen pipis ya?"Adita melirik ke arah belakang "Kamar mandinya di mana ya?"
"Ini gimana ya?"
"My husband gimana ya?"
Semesta mengacak rambutnya kasar "Saya anter kamu ke kamar mandi, terus tidur. Jangan banyak cerita-cerita, saya lagi pusing mikirin jadwal operasi minggu depan."
Adita mengangguk mantap dan berbisik kecil "My husband galak banget kaya uchiha."
Esta mengelus dadanya sendiri, ketika Adita sudah pergi, dasar bocah.
INTERNATIONAL AIRPORT, CHARLES DE GAULLE.
"Kok akhirnya salah fokus ke Charles anak gaul ya ?. Ouchhh bulenya banyak banget "Adita yang baru saja turun dari pesawat, langsung melihat sekelilingnya . Beberapa orang sedang mengacungkan kertas berisi nama orang yang mereka cari, disampingnya Esta sedang mencari sepupunya yang katanya mau jemput, tapi gak tau dimana.
"Duh, namanya siapa sih my husband?"bingung Adita yang ikut memutar pandangannya ke beberapa daerah yang bisa ia jangkau, karena airport ini terlalu luas.
"ENRICOOO!!!."Esta mengganti logatnya dengan bahasa Perancis yang kental , menurut Adita sih, kaya apa ya, mungkin manggil mang bakso pake nada seriosa gitu, Enricoo!! Adita menirukan dalam hati, oh jadi logat Perancis kaya gini.
Lelaki tampan berperawakan tinggi yang tengah membawa kertas bertuliskan Axelor Junior itu melambaikan tangan dan berlari kecil menghampiri mereka. Adita menatap lekat lelaki didepannya, antara terpesona dan deja vu. Adita kaya ingat wajah lelaki ini, entah di mimpi atau sekilas-sekilas, gantengnya sama, lesung pipit dipipinya juga sama.
"Bonjour, Welcome in Paris."Enrico memeluk Esta hangat, membuat Adita yang masih memandanginya tersenyum kecil, ternyata suaminya bisa pelukkan juga .
"Ça Va (Apa Kabar)?."Esta melepaskan pelukannya dan berkedip ke arah Enrico. Enrico yang memakai kemeja putih langsung mendengus dan menunjukkan setengah bagian perutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Are you Crazy? (Proses Revisi)
Chick-Lit#47 dalam chicklit Maret 2019 "Cerita chapter 26 dan beberapa bagian di Private follow sebelum membaca" Mutiara Anandita hanyalah gadis polos berusia belum genap 18 tahun yang memilih menjadi sales perusahaan obat dan menawarkan beberapa produknya...