Berlebihan, mungkin kata itu yang mampu menggambarkan Esta dimata Adita. Sudah dua hari sejak kejadian di malam pesta, Esta memasang perisai yang tangguh untuk tidak berkata, bahkan bertatap mata dengan Adita-pun ogah-ogahan.
"Padahal tiap hari dia genit."cibir Adita sambil merapikan tempat tidur, melirik Esta yang tengah memasang dasi.
Adita tersenyum kecil, sebuah ide konyol tiba-tiba saja terlintas di benaknya. Dengan gerakkan super kilat Adita menarik tangan Esta dan mengecup bibirnya pelan, setelah berhasil Adita berlari kecil ke arah tangga dengan wajah memerah, mungkin Esta akan makin marah, tapi setidaknya Adita menyukainya.
Carisa melambaikan tangan "Sini sarapan."
Adita mengangguk, tapi ia langsung mendongkak saat mendengar derap langkah Esta dilantai atas , ia malah jadi takut sambil tersenyum kecil Adita menggeleng"Nggak momy , Adita langsung kerja ya. Assalamualaikum"
"Waallaikumsalam."Carisa merasa ada yang janggal dari tingkah anak dan menantunya, Carisa menatap Esta yang tengah menepuk pipinya di atas tangga "Kenapa kamu?"
Esta berdehem, dadanya bergetar hebat, tangannya terasa panas akibat menepuk-nepuk sisi lemari baju dengan keras, mungkin ini yang disebut malu.
"Nggak Momy. Oh mana Adimas sama Amanda?"
Carisa menghela nafas, ia mengoleskan selai coklat diatas roti gandum kesukaan Esta "Adik kamu lagi syuting, kalo yang satunya sih gak tau, lagian momy gak mau tau." Dengan tatapan tajam Carisa menatap Esta "Kamu jangan macem-macem ya?"
"Macem-macem apa momy?"elak Esta dengan nada gugup, Ia merapikan dasinya dan duduk di dekat Carisa.
Carisa menyodorkan dua buah kertas berukuran kecil "Nih, kamu nonton konser musik gih sama Adita."
"Konser boyband? Esta gak suka."tolak Esta halus, Ia menangkup rotinya dengan gerakan cepat "Esta kerja dulu, meningan momy aja deh, kalau papi pulang dari Jerman."
"Itu bukan konser boyband. Kalau iya mana mau momy kasihin ke kamu. Konser musik jazz nanti malem , tonton berduaan aja, jangan ajak Amanda, awas kamu."Carisa mengepalkan tinjunya ke arah Esta.
Esta mencium pipi momy nya dan mengangguk "Selama 28 tahun ini, kapan Esta pernah nolak permintaan momy?"
Carisa menggeleng lalu tersenyum "Ada, ngusir Amanda."
Esta menggeleng.
"Kalau yang itu Esta gak bisa. Lagian Amanda bukan apa-apa lagi buat Esta."jawab Esta dengan jujur, membuat Carisa langsung tersenyum lebar.
"Cie udah suka ya sama Adita?"
Tanpa berkata apapun lagi Esta hanya mengangguk, begitulah.
***
Putri memandangi Adita yang kini tengah tersenyum sendiri sambil menggigit Pulpen, Ia takut sahabatnya di santet oleh Amanda dan menjadi gila. Putri mengucapkan beberapa doa yang ia hafal dan meniupkannya ke air putih yang sedang ia pegang.
Byurr...
"Ihhhhhhh."Adita mengusap wajahnya yang basah dan bergidik "Jijikkkkkkkk."
Putri mengusap dada lega "Syukur, lo gak kemasukan setan atau dedemit disini. Tau gak gue dari tadi liat lo udah kaya si amas, orang gila yang suka mondar-mandir di depan komplek lu tuh yang suka gangguin gue."ucap Putri nyalang "Lagian kenapa sih lo, ah abis wik-wik yah sama Esta?"
Adita mengerjapkan matanya bingung "Ih, apa sih kak Putri. Nggak Adita gak ngapa-ngapain."Adita melirik Putri yang tengah nyengir "Kak Putri!!!."
Putri mengangkat hpnya dan mengerut bingung "Eh, nama lo ada di berita sama Gean, gilaaaa."
Adita merebut hp Putri dan membaca artikel yang tengah menjadi trending topic hari ini. Wajahnya langsung berubah pucat, jantungnya juga sudah berdetak tidak menentu.
"Gean diketahui tengah bermesraan dengan seorang gadis cantik."
Foto Adita terpampang jelas tengah tertawa bersama Gean "Duh, kok jadi gini si?"Adita mengusap dahinya "Kalau momy liat gimana? Bisa dipecat Adita jadi menantu, kalau ibu liat ?."
"Mati, gue bisa di gantung sama ibu lo kalau dia tau gue yang ngasih idenya, gimana dong?"Putri menggigit jarinya "Lo harus hubungin Gean deh kayaknya."
Adita menepuk dahinya keras, harusnya ia tidak mengikuti saran Putri dan Mega. Tapi jujur saja ide mereka cukup ampuh, jadi bagaimana sekarang? Adita membuka hpnya dan menekan tombol berita, hampir semua artikel berisikan nama Gean.
"Apa wartawan bakalan kesini?"Mega berlari kecil sambil membawa hp "Bisa mati kalau Wartawan tau lo menantu dari keluarga Pramudya."
Mereka saling bertatapan.
Disisi lain...
Gean berjalan lebih santai saat melihat gerombolan wartawan tengah berjajar di dekat pintu keluar apartemennya. Dengan wajah yang dibuat setenang mungkin, Ia melambaikan tangannya dan tersenyum. Sontak hal itu membuat semua wartawan langsung mengerubunginya.
"Keandra, apakah benar perempuan yang bersama anda itu adalah kekasih anda?"tanya salah satu wartawan didepan Gean.
"Apa diam-diam anda sudah menjalin hubungan yang lama?"
"Apa benar dia adalah inspirasi anda dalam membuat lagu?"tambah wartawan disisi Gean, lelaki itu tetap tenang. Ternyata, Amanda sudah memberikan semua pernyataan itu pada wartawan bayaran ini, rencana mereka berhasil dengan baik.
"Dia adalah sahabat saya dan tidak mungkin kami berpacaran, lagipula dia sudah mempunyai seorang suami ."Gean tersenyum kecil, menunggu pertanyaan lain yang mungkin akan dilontarkan. Tapi sesuai rencana, semua wartawan langsung pergi. Meninggalkan sosok Gean yang tengah membuka pintu mobil sambil melihat ke arah jendela kamarnya, disana Amanda tengah melambaikan tangan.
Tinggal menunggu waktu, Gean akan berhasil mendapatkan apa yang seharusnya ia miliki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Are you Crazy? (Proses Revisi)
ChickLit#47 dalam chicklit Maret 2019 "Cerita chapter 26 dan beberapa bagian di Private follow sebelum membaca" Mutiara Anandita hanyalah gadis polos berusia belum genap 18 tahun yang memilih menjadi sales perusahaan obat dan menawarkan beberapa produknya...