Amanda menelusuri apartemen Gean dengan tatapan memicing, tepat disamping tempat tidurnya ada lemari kaca yang menyimpan banyak foto Adita bersama Gean. Tapi dari semua foto itu, yang paling membuat Amanda tertarik adalah kotak hitam yang menyimpan banyak barang usang. Ia mengambil salah satu foto yang ada dan tersenyum miring.
"Aku yakin lelaki itu sedikit gila. Mana mungkin lelaki normal seperti ini "
Disalah satu foto itu Adita tengah tertidur di perpustakaan sekolah dengan Gean yang menjadi sandarannya. Amanda mengusap foto itu "Akhirnya aku menemukan cara untuk merebut Esta dari kamu."
"Kalau Esta melihat artikel itu, akan seperti apa nantinya?"
"Aku akan menunggu saat itu, Esta kembali dengan cintanya yang dulu, melupakan kamu yang sama sekali tidak pantas untuk bersamanya."
***
Esta membanting ponselnya ke atas meja, membuat suster yang berada disampingnya ikut terlonjak, tangannya terkepal "Suster Karin, kamu tau penyanyi yang namanya Gean, yang sok keren suka nongol di TV murahan ?"
Suster Karin mengangguk kecil "Oh Geandra ya dok, pasti semua cewek Indonesia kenal. Lagian dokter salah denger gosip kali, dia itu masuk ke daftar penyanyi termahal, gak mungkin ada di TV murahan."
Bruk!!! Esta menggebrak mejanya kesal "Kenapa kamu masih disini, pasien masih banyak."ketus Esta sambil berjalan keluar, matanya tidak berhenti mengarah tajam ke arah Karin.
"Duh tumben dokter Esta nyeremin banget, saya salah apa? Apa karena saya terlalu cantik kali ya, takut ke goda sama saya"Karin menggelengkan kepalanya sambil bercermin.
Lorong rumah sakit mulai dipenuhi beberapa pengunjung , beberapa dari mereka terlihat tengah membicarakan mengenai gosip terpanas yang sedang hangat, tentu saja tentang Gean dan Adita. Walaupun masih marah, Esta tetap penasaran akan arah pembicaraan orang-orang itu.
" Aku denger-denger sih ceweknya itu sahabat Gean, jadi mereka deket gitu."
"Tapi gue baca disalah satu situs gitu, kalau Gean masih nyimpen foto-fotonya."
"Ceweknya cantik sih, lumayan cocok sama Gean. Sayang dia udah merit katanya."
"Kalau gue jadi ceweknya sih mening sama Gean aja, soalnya dia paket komplit."
"Emang ayam geprek apa paket komplit."
Esta menaikkan alisnya "Paket komplit? Gue ini lebih dari paket hot plus 4 G " dengan hembusan nafas yang naik turun, Ia menepuk Jasnya didepan para wanita yang masih bergosip ria, menunjukkan kalau dia benar-benar paket yang tak diragukan.
"Ih dokternya ganteng banget "
"Calon suami idaman gue"
Esta tersenyum penuh kemenangan.
"Selamat siang." sapa Esta dengan tubuh yang dibuat setegap mungkin, kata Adimas pose itu bisa menambah Kharisma seorang pria.
"Dok, salah satu pasien mengalami kejang." seorang suster berlari dengan wajah penuh peluh, mungkin dia maraton di Sabuga. Esta mengikutinya dengan cepat, seperti slow motion perempuan itu memandangnya dengan wajah yang absurd, ada yang menganga ada yang gigit jari bahkan terjatuh dari kursinya.
"Mana Sus?"
Esta mundur selangkah, pasien wanita itu tampak memegangi dadanya. Tangannya menggelepar, tidak seperti orang sakit. Lebih terlihat seperti orang kesurupan dedemit, yang viral itu aing maung ung ung.
"Mbak, tolong atur nafas anda." Suster itu mendekatinya, tapi sang pasien malah menangis keras.
"Sus, saya patah hati!!." wanita itu menjatuhkan diri ke lantai penuh drama, ia berteriak sambil menangis sendu "Tidak.
..tidak, kenapa rasa ini sakit sekali.""Mbak nyebut." Suster itu berusaha untuk memberikam gerakan mengatur nafas.
"Gean punya pacar mbak, aduh gusti kunaon ieu teh meuni kieu-kieu teuing."
Esta mengibaskan tangannya "Teu nanaon, teu nanaon. Atur nafasnya, anda belum sembuh total."
***
Suasana kantor Adita menjadi ricuh, beberapa karyawan langsung membicarakan gosip-gosip tak tentu itu dibelakangnya. Bahkan beberapa di antara mereka langsung menanyakan secara langsung tentang hubungan Gean dan Adita yang sebenarnya.
"Adita cuman temenan kok sama Kak Gean."ucap Adita untuk kesekian kalinya, tangannya saling bertaut gugup.
Putri melipat tangannya didepan didada "Eh lo mulut lemes, emangnya kenapa sih, bukan idup lo juga."
"Lah, kan saya nanya Adita. Kenapa kamu yang rese?"
"Yeh situ rese, pengen tau urusan orang terus. Emang situ ok?" tantang Putri tak kalah sengit, kalau masalah debat memang dia tak terkalahkan. Sebagai penengah Mega datang dengan senyuman manis, dia menggeser pinggul Putri.
"Gean udah verifikasi di TV, mereka itu sahabatan. Jadi apa lagi yang kita harus tanyakan ia kan saudara Adita, anda butuh pengacara?" Mega mengangkat tangannya "Udah-udah, gue jamin kok itu gosip doang. Udah yah, mening kita kerja. Dapet uang banyak, bikin rumah beli mobil, mantul." Karyawan itu mengangguk dan berbalik pergi. Menyisakan karyawan lain yang menyembul di balik meja mereka.
"Udah kerja!." sahut Putri, mereka langsung menunduk.
Adita melemaskan bahunya, tangannya memegang ponsel yang kini berbunyi, sebuah pesan masuk dari Gean. Ia buru-buru pergi, menghindari mata Putri dan Mega yang makin condong ke arahnya.
"Jangan kepo ih, nanti aja kalau ada diskon online." Adita berucap asal, menyembunyikan rasa takutnya yang makin menjalar.
Gean :Aku butuh bantuan kamu untuk konfersi pers, nanti malam aku jemput.
Adita memutar otaknya, apa harus? Tapi bagaimana jika Esta marah terus menuduh yang tidak-tidak?. Bagaimana jika? Tapi kalau banyak jika, Adita tidak bisa menyelesaikan masalah ini. Dengan keberanian ia mengetikkan pesan singkat, lalu kembali ke arah meja kerjanya, semoga saja Esta tidak semakin salah paham, kalau salah pengertian ya itu bisa Adita toleransi, dia kan baik.
Sepulangnya dari kantor Adita langsung pergi ke rumah sakit. Bagaimanapun sebagai istri yang baik, dia harus meminta izin suami dulu. Tidak boleh pergi tanpa senyuman Esta yang unyu, oh iya Adita kan masih musuhan dengannya. Tidak boleh pergi tanpa yang manis-manis, karena yang indah terkadang pahit. Adita ini kenapa sih, apa efek dari kegalauan membuatnya kurang cermat?. Ia memasukkan ponselnya ke dalam saku,toko roti berwarna ungu menjadi pilihannya. Dia berjalan riang seperti biasa, beberapa orang tampak melihat ke arahnya.
"Mbak, saya mau Cheesse cake sama Macaron ya, tapi yang warna pink biar keliatan cinta
" pinta Adita sambik tersenyum ke arah anak kecil yang tengah memegang bola."Adek ganteng mau beli apa? Kalau kakak mau beliin macaron sama cheesse cake buat suami kakak yang ganteng"
Anak itu menatap Adita heran sebelum menunjuk bolu ulang tahun berbentuk Iron Man, dia menarik tangan ibunya yang berada dibelakang, meminta agar sang ibunda membelikan pilihannya.
"Jadi berapa mbak?"
"Dua ratus tiga ribu mbak."
"Ini, makasih ya mbak." Adita menoleh ke belakang, anak tadi sudah hilang. Padahal ibunya masih mengantri dengan tangan yang tak berhenti mengutak-atik ponselnya, Ia menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Are you Crazy? (Proses Revisi)
Chick-Lit#47 dalam chicklit Maret 2019 "Cerita chapter 26 dan beberapa bagian di Private follow sebelum membaca" Mutiara Anandita hanyalah gadis polos berusia belum genap 18 tahun yang memilih menjadi sales perusahaan obat dan menawarkan beberapa produknya...