"Lepaskan Sarah, Noe! Akan kuberikan uangmu... Aku sudah menyiapkannya untukmu. Aku juga membuat surat mandat kepada rumah sakit angkatan darat untuk memberikan pengobatan kepada ayahmu secara penuh dan tanpa biaya..."
Untuk sesaat mereka saling tatap dalam diam. Nampaknya Noe tahu ia mengatakan yang sebenarnya.
"Kau tahu aku dokter di RSAD. Aku punya hak khusus seperti itu."
"Dan kenapa kau mau melakukan hal semacam itu?"
"Karena..." Ia melempar pandangannya pada Sarah. Sama-sama bertukar tatapan terluka atas kejadian semalam, "Aku kira Sarah telah memilihmu... Aku berharap bisa memastikan kebahagiannya sebelum berangkat ke Amerika. Dan jika itu bersamamu... kukira itu berarti harus menyelamatkanmu juga."
Sarah menangis di tempatnya duduk, tanpa sedikitpun mengalihkan pandangan darinya. Hatinya diremas hingga mengucurkan darah, begitu sakit!
Namun Noe yang melihat keduanya bergantian, mulai tertawa, "Apa-apaan ini? Petilan adegan drama Korea kesukaan Sarah? Kau mengatakan semua itu supaya tampak seperti pahlawan di matanya?"
"Aku tidak mengatakannya, Noe! Aku sudah melakukannya!! Surat dan separuh uang itu sudah ada di mejaku pagi ini!"
Tentor muda itu mengangguk-angguk kecil. Keringat akibat ruangan lembab ini merintik di dahi dan atas bibirnya yang tidak lagi mengucurkan darah. "Dan kau melakukannya untukku? Orang yang mau membunuhmu?"
"Aku melakukannya untuk Sarah!"
"Aku tidak percaya!" Noe kembali meninggikan senjatanya.
"Ayolah Noe, bukankah kau juga melakukan segalanya untuk kebahagiaan ibumu? Untuk keselamatannya? Aku juga akan mengorbankan segalanya untuk kebahagiaan orang yang sangat kucintai. Satu-satunya orang yang kumiliki dan terikat denganku di dunia ini. Bagian mana dari semua itu yang tidak kau mengerti?!"
"Dengarkan saja dia, Noe,... dia orang baik." Sang ibu mendesak mengguncang-guncang lengan anaknya yang bebas.
Noe mulai tampak sedikit bimbang, lengannya mengibaskan cekalan ibunya, "Ibu, tenanglah! Kita tidak bisa percaya begitu saja pada omongan orang-orang seperti mereka. Ibu lihat sendiri apa yang telah mereka lakukan pada keluarga kita dua tahun ini."
"Tapi dia berbeda!! Ibu bisa merasakannya!!"
"IBU!"
Sedetik kelengahan! Irfan melompat, menangkap pergelangan Noe yang memegang senjata dan mendorongnya ke atas jauh dari tubuh mereka.
Tangan kirinya melancarkan sebuah pukulan ke perut pemuda itu, tetapi dalam gerakan yang sangat cepat Noe memundurkan kakinya, membuat pukulan Irfan hanya menyerempet pinggang. Sebaliknya, sebuah telikungan membelit lenganya. Noe memutar tubuh membelakanginya dan ia merasa tubuhnya terangkat, dan detik berikutnya Irfan berakhir terhempas di tanah dengan keras!
Sepersekian detik ia terkejut dengan ketrampilan judo pemuda kecil itu. Sepersekian detik berretta Himawan melayang berpindah tangan. Dokter itu berusaha bangkit tepat saat sebuah letusan keras terdengar.
Irfan terhempas ke suatu tempat yang keras di belakangnya, teriakan nyaring Sarah seperti gema yang jauh. Saat membuka mata, gadis itu telah berada di sampingnya, menarik punggungnya dari lantai dengan air mata berlinang.
"Apa yang kau lakukan!" Ibu Noe berteriak di belakang anaknya, sangat marah.
"Diamlah Ibu! Dia yang mulai lebih dulu! Kau yang minta ini!!" teriakan Noe menggaung dan lambat.
"Kak Irfan..."
Sekelilingnya tampak meliuk dan bergoyang. Irfan mencium bau daging yang terbakar di sekitarnya, bercampur dengan bau samar ledakan amunisi. Seiring pendengarannya yang berangsur pulih, ia meraih tangan Sarah yang penuh darah, menutupi sebuah lubang di dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Lieutenant's Love
Romance#17 in tragedy (juni 2018) #1 in military (13 juli 2018) Letnan dokter Irfan Budioko menikah dengan adik almarhum sahabatnya tanpa pernah bertemu sebelumnya kecuali dari selembar foto: remaja cerdas 16 tahun, pendekar wushu keras kepala yang jatuh...