#maaf ya kalau belum bisa rutin update seminggu dua kali seperti biasa... masih pemanasan ini. Ayo vote dulu sebelum membaca yaaaa#
~*~
Beberapa waktu setelah kedua orang itu diperintahkan ayahnya untuk meninggalkan ruangan, Aru masih berdiri di tempatnya. Terpaku, terkejut, bingung, dan tak mampu berbicara.
Dewangga hanya diam. Hakim Ramlan pun diam. Masing-masing dari mereka tenggelam dalam kesunyian di alam pikiran masing-masing.
Siapa yang kalah dan siapa yang menang sekarang?
Di atas kertas nanti, di ruang sidang besok pagi, Aru akan memenangkan kasus ini. Tetapi atas apa?
Sekarang setelah ayahnya dengan terus terang menyatakan bahwa Irfan harus dikorbankan di hadapan dokter itu, tidak jelas lagi apakah pria itu sebenarnya salah atau tidak. Dan lebih tidak jelas lagi apakah Aru sebenarnya menang atau tidak.
Suara dehem kecil Hakim Ramlan memecah kesunyian di antara mereka bertiga. Pria tua itu beranjak berdiri dan menuju pintu.
"Aku harus menyiapkan surat keputusan untuk besok pagi.... dan Dewa... tolong jangan membuat kekacauan lebih dari yang diperlukan. Dia tetap saja anakmu... ingat itu."
Pintu yang menutup di belakang hakim itu menjadi jalan sebuah helaan nafas panjang dari Dewangga Abhirawa. Ia hanya memalingkan kepala sedikit untuk melihat pria muda di belakangnya melewati bahu.
"Kau puas dengan keputusan itu sekarang?..."
Aru terdiam tak bisa menjawab. Ia bahkan masih tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya baru terjadi.
"Harusnya kau merasa sangat malu sekarang.... seperti yang kurasakan..... Tapi kita sekarang bisa melihat seperti apa Letnan Irfan itu sebenarnya... Seorang prajurit sejati. Tabah dan pemberani.
menurutmu apa yang akan hilang darinya dengan dijatuhkannya vonis bersalah itu kepadanya?"
Ia masih terdiam, sampai ayahnya memutar badan menghadapinya, "Jawab aku Aru!"
"Kebebasannya..."
Ayahnya mengangguk, "Apa lagi?"
"Karirnya.... Reputasinya, masa depannya, kehidupannya...."
Kehidupannya.... ia telah menghancurkan kehidupan seseorang.... untuk apa?
"Apalagi?"
"Cintanya... Istrinya..."
Istrinya....
"Istrinya.... Kau mengakui kalau Irfan menikahi Sarah Ismawati sekarang?"
Arubumi berpegang pada punggung kursi terdekat, merasa tulang kakinya menghilang. Apa yang telah ia lakukan? Dan apa yang tengah dilakukan ayahnya sekarang? Kepadanya?.... Kepada dokter itu?
"Bagaimana perasaanmu sekarang? Kau merasa hebat? Merasa super? Karena di hadapanku, kau hanyalah seperti pengecut kecil yang bersikap congkak tanpa punya malu sedikitpun, Aru! Kau bahkan tetap bersembunyi di belakangku ketika aku berbuat kesalahan untuk membelamu?! Kau sebut apa pria seperti itu, Aru??!!"
Pengecut....
Ayahnya tidak perlu mengatakannya... Dia telah membeberkan semuanya dengan gamblang. Bahkan tanpa perlu menunjukkan jarinya:
Kau pengecut, Aru... aku sangat malu memiliki anak sepertimu.
"Kau boleh jumawa dengan hasil persidangan besok pagi. Tapi aku tidak bisa membiarkan watak jahat dan kepengecutan ini berlalu begitu saja tanpa hukuman."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Lieutenant's Love
Romans#17 in tragedy (juni 2018) #1 in military (13 juli 2018) Letnan dokter Irfan Budioko menikah dengan adik almarhum sahabatnya tanpa pernah bertemu sebelumnya kecuali dari selembar foto: remaja cerdas 16 tahun, pendekar wushu keras kepala yang jatuh...