Kalian bisa menemukannya di wattpad dalam kategori #action #suspense #friendship
Tujuan hidup Dayung hanya dua; membalaskan kematian Obas, sahabatnya pada Grisang Tamiri, dan menuliskan 'Sumarsih', nama ibunya di atas sebuahh kijing
Ia menjadi informan polisi untuk menghancurkan Sang Juragan narkoba, dan belajar membaca serta mengeja nama ibunya pada seorang anak bernama Musdi.
Diantara sepak terjangnya menghadapi anak buah Tamiri yang mengusik tempat tinggal dan orang-orang terkasihnya di Pasar Manik, serta usahanya menyelamatkan diri dari segerombol dokter pedagang organ yang memburu-buru ginjalnya, Dayung terbata-bata mengeja cinta ibunya yang ternyata tak pernah meninggalkannya.
.......
Lagi! Terjadi lagi!
Orang-orang itu rupanya tidak akan benar-benar behenti sebelum mereka mati!
Dayung menerobos lorong-lorong sempit di antara kios-kios dan bangku-bangku pedagang seperti seleret bayangan hitam yang mengejar setitik cahaya. Kios Jumilah agak jauh di bagian selatan pasar. Butuh waktu baginya untuk menerobos pasar ke sana, betapapun ia menggenal setiap jalan pintas di tempat itu.
Apa yang akan mereka lakukan sekarang? Apa mereka akan membakar kios Jumilah seperti kios Kang Iman Pare? Atau meremukkan seluruh dagangan dan tempat berjualan seperti yang mereka lakukan pada Kang Parto Gendar? Kenapa sekarang orang-orang Tamiri memutuskan untuk merambah Pasar Manik setelah sekian lama mereka tidak pernah mendekati pasar itu. Benar-benar sial!
Sampai di ujung sebuah lorong di bagian selatan pasar, Dayung dihentikan oleh sebuah lolongan panjang, tangisan seorang wanita.
Perempuan itu berlari ke arahnya, dengan pakaian yang penuh percikan darah, dan wajah yang juga penuh torehan. Ia menjatuhkan tubuhnya ke pelukan Dayung yang terbelalak memandang keadaannya. Sementara di belakangnya empat orang laki-laki menggasak kios buah, menggunakan pemukul kayu untuk menghancurkan rak-rak buah, dan menggunakan kaki mereka untuk merubuhkan bangunan kecil dari kayu tersebut.
Dayung gemetar dan terbakar. Batinnya menyumpah, bahkwa setiap kaki dan tangan yang menyentuh kios itu tidak akan pernah bisa dipergunakan lagi.
Ia melompat, mengejutkan keempat laki-laki itu dengan tendangan-tendangan panjang. Masing-masing dari perusuh itu terjajar dan terjungkal dengan tatapan terperangah.
Belum cukup membuat mereka berhenti, Dayung melanjutkan pelajarannya. Satu, dua, ia memastikan mendengar suara tulang-tulang yang berderak pada akhir setiap gerakannya. Persendian yang lepas dari engselnya, tulang yang retak, otot yang terpelintir, dan lolongan kesakitan yang lebih memilukan dari pada lolongan Jumilah tadi. Sampai akhirnya setiap dari mereka tidak mampu berdiri lagi, dan preman itu berdiri dengan nafas terengah, kepalan bergetar menahan marah, matanya membara oleh kobaran keinginan untuk mengakhiri segalanya saat itu juga. Tetapi sebuah pukulan keras di dadanya membuatnya tersentak,
"Sudah! Kau hanya mau memberi mereka pelajaran! Bukan membunuh mereka!"
Dayung menatap wajah lebar laki-laki yang lebih pendek darinya itu, berdiri di hadapannya dengan dua tangan sekuat tenaga mencengkeram muka jaketnya. Pak Masihun berusaha menyelamatkannya dari hasrat membunuh yang begitu menghanyutkan. Entah sudah berapa lama laki-laki itu berada di sana. Mungkin telah meneriakinya berpuluh kali hingga suaranya serak, mungkin telah menarik dan memukulnya untuk membuatnya tersadar, tangan laki-laki tua itu merah, dan pelipisnya membiru seperti bekas pukulan. Diakah yang telah memukulnya?
Engahan nafas Dayung perlahan-lahan mereda, pandangannya berkitar melihat berandal-berandal itu bergelimpangan dan berkelejotan nyaris tak sadarkan diri. Beberapa laki-laki penghuni pasar mendekat dan menggeledah mereka. Mengambil kembali barang-barang berharga Jumilah serta uang jerih payahnya untuk dikembalikan lagi kepada pemiliknya. Dua di antara berandal itu memiliki KTP, dan apa yang dibacakan dari KTP tersebut membuat mereka semua terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Lieutenant's Love
Romance#17 in tragedy (juni 2018) #1 in military (13 juli 2018) Letnan dokter Irfan Budioko menikah dengan adik almarhum sahabatnya tanpa pernah bertemu sebelumnya kecuali dari selembar foto: remaja cerdas 16 tahun, pendekar wushu keras kepala yang jatuh...