#OMG... It's been weeks! Saya menerima banyak sekali pesan yang menanyakan Update untuk Sarah dan Irfan... dan maaf part ini sangat lama, karena jujur ini part yang paling dilematis yang pernah saya tulis, wkwkwk.... Sebagian pembaca mungkin bertanya tanya bagaimana proses persidangan Irfan. Tetapi menyajikannya kepada kalian seperti layaknya berita acara pengadilan tampak benar-benar membosankan. And it takes more than 4000 words! Could you just believe it?!
So I just back to my own style, mengedepankan perasan dan pikiran tokoh, alih-alih detail pelaksanaan sidangnya. It's not the best craft, but definitely better than the previous version khekhekhekhe...
Saya akan menaburkan pertanyaan dalam komen di beberapa bagian. Saya harap kalian ada waktu utuk membacanya dan memberi feedback, kalau mungkin part ini bisa dibuat lebih baik lagi. That's what I love about wattpad. We can rewrite anytime without changing the reads!
So Do PLIIIIIS... VOTE BEFORE YOU READ. And comment afterwards.
Happy dating!#
~*~
Ia sudah sering melihat seperti apa ruang sidang itu di serial-serial televisi: sederet hakim di tempat yang tinggi, pengacara dan jaksa yang duduk berseberangan, puluhan orang yang hadir sebagai penonton, dan perdebatan sengit yang membahas apakah terdakwa bersalah atau tidak.
Tapi tidak yang seperti ini.
Irfan tidak bisa menghentikan pandangannya yang memeriksa setiap penjuru ruang sidang ketika borgolnya dilepaskan petugas sebelum ia mencapai pintu masuk. Seharusnya suasana sudah ramai, kan? Setengah hatinya mengharapkan suara bisik-bisik penuh gunjingan dari orang-orang yang mungkin menjadi penonton persidangannya. Setengah hatinya lagi berharap bahwa ia segera melihat Sarah.
Sarah...
Apa yang lebih diharapkannya dari persidangan ini selain untuk bisa melihat Sarah?
Tapi tidak ada. Sarah tidak ada. Irfan begitu tertegun mencari keberadaan gadis itu sampai Samsu harus mencolek lengannya agar ia duduk.
"Dimana semua orang?"
Tatapan pengacaranya yang kemudian menusuk dengan berat memberi tahu Irfan kalau pertanyaannya sangat konyol.
"Siapa yang kau cari?"
"Ini tidak seperti A Time To Kill."
"Ini persidangan tertutup yang harus kita syukuri. Karena tidak akan banyak orang yang mengetahui kasusmu kecuali mereka yang berkepentingan. Hanya ada para hakim, panitera, tim oditur dan kita."
"Tidak ada saksi?"
"Ada jika mereka dipanggil nanti..."
Ia berkedip mencerna informasi itu, dan sepertinya Samsu bisa membaca pikirannya dengan cukup jelas.
"Sarah akan dipanggil sebagai saksi, tetapi pihak oditur yang melakukannya. Jadi kita tidak tahu di hari keberapa ia akan memasuki ruangan ini."
Sebelum kalimat pengacaranya itu berakhir, pintu ruang di seberang terbuka dan dua orang pria berseragam masuk. Salah satunya dikenali Irfan sebagia Arubumi, oditur yang menjengkelkan itu. Sebelum mereka sempat bertemu padang, pintu ganda di bagian depan ruangan membuka sedikit, membawa masuk tiga orang yang kemudian mengambil tepat duduk di bangku kosong yang biasanya digunakan untuk orang-orang umum yang ingin melihat persidangan.
"Siapa mereka? Ini persidangan tertutup!" Samsu memprotes pada petugas yang menyiapkan ruangan, sebelum Irfan sempat bertanya.
"Sepertinya mahasiswa, Pak. Mereka punya ijin tertulis, jadi saya tidak bisa berbuat apa-apa."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Lieutenant's Love
Romance#17 in tragedy (juni 2018) #1 in military (13 juli 2018) Letnan dokter Irfan Budioko menikah dengan adik almarhum sahabatnya tanpa pernah bertemu sebelumnya kecuali dari selembar foto: remaja cerdas 16 tahun, pendekar wushu keras kepala yang jatuh...