EXTRA PART 9# Despairs of Now and Then

2.2K 289 97
                                    

# Happy reading dears#

~*~

"Sarah.... Aku mohon... jangan gegabah! Pikirkan sekali lagi apa yang mau kau lakukan ini! Pikirkan juga bagaimana perasaan Kak Irfan dan Kak Himawan jika tahu kau senekat ini!" Kika dan Rianti pontang-panting mengejar Sarah yang melintasi areal parkir gedung pengadilan.

"Kau sudah dengar, kan, apa kata pengacara itu? Apapun yang kukatakan di pengadilan tadi tidak membawa perbedaan apapun buat Kak Irfan. Sekarang katakan padaku kalau kalian punya rencana yang lebih baik!" Sarah berjalan mundur sambil memandang dua temannya yang tertinggal. Wajah mereka sangat bingung dan gamang. Ia tidak bisa mengambil resiko salah satu diantara mereka akan memberi tahu teman-teman Irfan tentang apa yang akan dilakukannya. Mereka jelas tidak akan setuju dan melakukan apapun untuk menghentikannya.

"Demi Tuhan, Sarah!... Apa yang kau pikirkan itu suatu tidak kejahatan! Kau akan menyakiti orang lain dan melanggar hukum!" Kika nyaris menangis walau masih tetap mempercepat langkahnya mengikuti Sarah.

"Menyakiti orang lain? Bagaimana dengan aku?! Bagaimana dengan Kak Irfan?! Apa aku harus diam saja saat orang lain menyakiti kami seperti ini...?" Sarah menggeleng. Ia menahan air mata dan gelegak kemarahan di dalam dadanya. Sekarang semuanya hanya terserah pada keputusannya sendiri. Melibatkan kedua sahabatnya dalam masalah ini hanya akan menambah persoalan dan juga membahayakan mereka.

"Sebaiknya kalian pulang saja... Jangan katakan apapun pada ayahmu atau Kak Haris dan Pramudya.... Aku akan menyelesaikan semua ini sendiri."

"Ya Tuhan... Sarah..." Rianti benar-benar menangis sekarang.

Sarah berdiri di samping Citycar milik Rianti dengan kunci di tangan. "Kalau Kak Irfan tidak bisa bebas, aku juga tidak ingin berada di luar sendiri, Rianti... delapan tahun itu waktu yang lama... Jika pengadilan benar-benar menerima tuntutan Oditur, aku dan Kak Irfan akan benar-benar terpisah... Dia tidak akan menyuruhku menunggu... Dia akan melepaskan janji pernikahannya."

"Kau berprasangka!... Dia sudah menunggumu selama dua belas tahun, bukankah adil jika kau juga menunggunya selama delapan tahun?"

"Bukan aku yang tidak mau menunggu! Tetapi dia tidak akan mau aku menunggunya. Dia akan menceraikanku supaya aku bisa bebas melihat dunia, mengejar impianku... Tapi dia hidupku sekarang... aku akan mati tanpanya..."

"Lalu kau pikir dengan apa yang kau lakukan ini Kak Irfan akan tetap mempertahankanmu? Dengan kau menjadi kriminal dan dipenjara seperti dia?!"

Sarah membeku. Ia tahu Irfan akan murka jika sampai mengetahui pikiran licik yang melintas lalu-lalang di kepalanya. Tetapi ia bisa apa? Sarah tidak memiliki cara lain untuk membujuk Arubumi atau pengadilan terkutuk ini untuk melepaskan Kak Irfan. Semua jadi serba salah.

"Ini adalah hal terakhir yang terpikir olehku bisa kulakukan untuk menolong Kak Irfan. Selanjutnya que sera sera.... Aku tidak akan peduli jika aku mati sekalipun.... Selamat tinggal."

Sarah mematikan alarm mobil dan memasuki kursi kemudi. Kedua sahabatnya terbeliak di belakang, dan seketika berlari menyusulnya. "Sarah! Aku saja yang mengemudi! Kau belum punya SIM!" Rianti berteriak.

Satu jam berikutnya, di ruang kerjanya, Arubumi terhenyak berdiri dari kursi membaca sebuah email di HP-nya. Jantungnya serasa mengerut melihat sebuah foto di lampiran email itu; seorang wanita tua di atas kursi roda duduk sendirian dalam sebuah ruang remang-remang. Wajah wanita tua itu dipenuhi air mata, menatap ke sudut dengan gelisah. Di bawahnya sederet tulisan membuat dada oditur muda itu nyaris meledak oleh rasa marah.

I HAVE YOUR MOTHER!

****

SARAH ISMAWATI PRAYOGA!!

My  Lovely Lieutenant's  LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang