"Mencintai seseorang berarti mengubur orang itu dalam limpahan kebahagiaan, walaupun dia tak akan selalu menjadi milik kita, tak akan selalu bersama kita, tapi melihatnya hidup bergelimang kebahagiaan seharusnya itu sudah cukup."
---------------------------------------------
Pesan singkat dari Noel itu membuat Naila kegirangan, setidaknya ini berarti Noel masih peduli padanya. Naila melirik jam dinding, pukul 17.30. Sebentar lagi ia harus ke Da Maria Café untuk bermain piano. Gadis itu kemudian dengan cepat bersiap-siap, dan seperti biasa ia harus berbohong lagi pada Nova.
Di sisi lain hati Naila, ada suara yang menyuruhnya untuk berhenti melakukan kebohongan ini, karena sebaik apapun tujuannya kebohongan tetaplah sebuah kebohongan. Tapi di sisi hatinya yang lain, ia ingin sekali bermain piano lagi demi ayahnya, demi mimpinya, apakah itu salah?
Naila menginjakkan kakinya di café biru itu, ia menghirup napas dalam sebelum dengan tegas melangkah masuk ke dalam. Di lihatnya Noel sedang duduk di salah satu meja couple, tempatnya biasa menonton dirinya saat ia bermain piano.
"Nai, kenapa lo nggak bales pesan gue?" Tanya Noel mencegat Naila.
"Gue pikir lebih baik kalo gue dateng langsung, dan ngomong langsung ke lo..." jawab Naila sendu.
"Syukur deh, gue kira lo masih marah sama gue." Ucap Noel sambil mengulas senyum manis.
"Nggak kok No, gue nggak bisa marah lama-lama ke lo. Lagian nggak baik juga kalo kita berantem cuma karena masalah sepele." Sahut Naila ikut mengulas senyuman.
"Kalo gitu lebih baik lo main dulu gih, penggemar lo udah nungguin tuh. Ntar baru kita bicara lagi, ada hal penting yang pengen gue bicarain sama lo..." kata Noel sambil menepuk-nepuk ringan punggung Naila.
"Penggemar? Beneran?" Tanya Naila berbinar, ia tidak pernah mengira ia akan punya penggemar secepat ini.
"Iya tuh..." Noel menunjukkan kumpulan anak muda yang duduk menikmati minuman mereka, sadar ditunjuk oleh Noel mereka melambaikan tangan pada Naila dan membuat gadis itu kegirangan.
"Udah cepet main sana..." lanjut Noel, Naila dengan semangatnya yang berkobar berjalan menaiki panggung dan duduk di depan grand piano. Kali ini ia memilih sebuah lagu yang berjudul Claire de Lune salah satu lagu romantis yang berasal dari Perancis.
Jari-jemari Naila yang sangat lihai itu mampu membuat nada-nada yang membuai telinga. Pengunjung yang telah menunggunya terlihat sangat senang, begitu pula Naila. Tak ada yang lebih indah yang bisa dirasakan oleh seseorang pencipta karya selain banyak orang yang senang menikmati karyanya.
***
"Hal penting apaan yang mau lo bicarain ke gue No?" Tanya Naila ketika ia telah turun dari panggung.
Setiap kata yang dilontarkan oleh Noel memang akan selalu tersave secara otomatis di otak Naila. Apalagi dengan hal-hal seperti ini, gadis itu akan selalu penasaran dibuatnya. Bukan hal baru lagi jika Naila akan selalu memancarkan tatapan yang berbinar karena cowok bermata cokelat terang itu. Bagi Naila, Noel adalah seorang sahabat yang selalu ada untuknya, dan itulah yang membuat gadis itu kini malah menganggap Noel lebih dari sekedar sahabat.
Noel menarik tangan Naila dan mengajaknya ke ruangan yang lebih privat. Noel terlihat sangat serius, dan raut wajah itu membuat jantung Naila berdegup lebih kencang. Ia bahkan melupakan pertengkaran yang disebabkan oleh kata-kata Noel padanya.
"Lo cuma gue anggep sebagai adek", Naila benar-benar melupakan kata-kata itu.
"Mau bicara apa?" Tanya Naila berusaha menutupi kegugupan yang menderanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Detention
Novela JuvenilBerawal dari sebuah kecerobohan kita bisa mengalami sesuatu di luar dugaan. Berawal dari sebuah kesombongan kita bisa mengalami sesuatu di luar prediksi. Berawal dari sebuah keikhlasan kita bisa mengalami sesuatu yang luar biasa. Ketika hati lebih...