18

104 15 1
                                    


"Kyō wa tsurai hi datta.

今日はつらい日だった。

('Hari ini hari yang berat')"

-----------------------------------------------------

Sudah beberapa hari berlalu, kaki Rafa juga sudah mulai membaik namun sesuai dengan rencananya ia berpura-pura untuk tetap terlihat sakit, yah setidaknya agar Naila masih tetap memberikan perhatian sampai dare yang diberikan teman-temannya itu terlaksana. Tapi melihat wajah Naila yang tak secerah biasanya itu membuat hati Rafa malah tak nyaman. Gadis itu terus menunduk dengan tatapan sendu suramnya.

"Udah nyampe den..." ucap Pak Narto.

Naila mendongakkan kepalanya dan ia langsung memapah Rafa tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Lo tetep nggak mau cerita ke gue? Padahal gue kan udah cerita ke lo..." ucap Rafa dalam dekapan papahan Naila.

"Sorry Raf, masalah gue lebih rumit daripada lo yang hanya karena supir lo ngebuat suara lo serak." Sahut Naila, tatapannya lurus ke depan.

Ketika sampai di kelas, tatapan-tatapan orang-orang itu masih saja tetap sama, tatapan yang menunjukkan rasa 'tidak suka'.

"Eh Naila, sini gue aja yang gantiin lo..." ucap Imel ketika mereka sampai di kelas XI IPA 3. Rafa mengernyit, kenapa malah cewek ini yang menghampirinya, Deon kemana?

Pandangan Rafa menyebar namun Deon taka da di kelas mungkin ia belum datang. Rafa kemudian menatap Imel yang terlihat berbinar sembari mengulurkan tangannya.

"Nggak, makasih... Nai anter gue sampai ke tempat duduk..." ucap Rafa menampik tangan Imel membuat gadis itu merengut.

Naila menuruti kata-kata Rafa sambil menatap Imel iba, memang karakter Rafa seperti ini, apa adanya ya seperti ini, selalu dingin pada semua cewek. Hingga bahkan orang-orangnya mencapnya sebagai gay, bukannya Naila memihak pada mereka dan bukannya juga ia memihak pada Rafa. Hanya satu hal yang Naila ingin tahu, yaitu apa penyebab pemuda tampan ini memiliki temperamen yang demikian.

"Lo nggak kasian sama Imel?" celetuk Naila saat Rafa telah berhasil mendudukkan pantatnya di kursi.

"Cewek kayak dia tuh cuma suka cari perhatian doang, gue nggak suka." Jawab Rafa ketus.

"Kalo lo mikir cewek kayak dia tuh seperti itu, terus pikiran lo ke gue seperti apa?" Tanya Naila serius.

"Lo pengen tahu itu, kenapa?" Rafa mengernyit.

"Ya jawab aja..." ucap Naila dengan penekanan.

"Okay, lo itu cuma cewek culun di mata gue, dan yang jelasnya lo nggak ganjen. Udah? Kalo udah ke kelas sana, warga kelas sini kayaknya juga udah sensi sama lo..." ucap Rafa membuat Naila melirik ke sekitarnya, benar saja lirikan-lirikan mata itu menyeramkan.

Sudah beberapa hari ini suasana di SMA Bina Internasional memang terasa berubah, tak terkendali. Orang-orang terlihat bertambah sensitif, sejak artikel itu beredar. Naila juga merasakan hal yang sama ketika ia masuk ke kelasnya, tatapan mereka kini semuanya sama.

"Jen, ada apa sih? Kok perasaan gue jadi nggak enak gini..." ucap Naila setengah berbisik pada Jenita yang juga terlihat menunduk.

Cewek itu kemudian menoleh, "lo deket ya sama Rafa?" Tanya Jenita dengan kening yang berkerut.

Beautiful DetentionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang