25

115 12 5
                                    

"Cinta abadi itu tak ada, karena pengorbanan dan kesetiaan tidak selalu mendatangkan kebahagiaan"

---------------------------------------------

Tahukah kau apa yang berubah setelah kejadian di malam itu?

Ingin rasanya Naila menceritakannya pada seseorang, karena hari ini dan di tempat ini dan pada waktu ini juga, ia tengah duduk termenung, sendiri dalam sepi. Karena sejak kejadian tadi malam, ia sama sekali tak ada lagi mendengar kabar dari Rafa. Di sekolah, cowok itu pun juga nggak kelihatan, walau Naila telah berusaha mencari ke kelasnya, tapi tak ada yang tahu dimana dia. Bahkan komplotan gengnya juga seperti menutup-nutupi semuanya.

Buktinya ketika Naila bertanya pada Deon dengan pertanyaan simpel seperti ini:

"De, Rafa kemana?"

"Aku nggak tahu..."

"Di rumahnya ya?"

"Aku nggak tahu..."

"Kamu punya nomernya nggak? Yang lain, soalnya nomer yang biasa dia pake ngubungin aku nggak aktif terus nih..."

"Aku nggak tahu..."

"Kok jawabnya nggak tahu mulu..."

"Ya karena aku nggak tahu..."

Terus saja Deon menjawab seperti itu sambil mengutak-utik ponselnya terus ketawa-ketawa nggak jelas karena meme meme anak micin jaman now. Ketemu sama Samuel juga sama aja, nihil tuh anak cuma bikin emosi aja.

"Sorry Sam, mau nanya Rafa di mana ya?"

"Loh kok nanya aku? Tanya nyokapnya dong..."

"Lo punya nomer nyokapnya?"

"Bokapnya punya, gue nggak..."

"Yih, terus?"

"Apa?"

"Gue gimana?"

"Apanya?"

"Gue pengen tahu Rafa di mana..."

"Hmm, gue nggak tahu, muka lo kok gitu banget sekarang?"

"Kenapa?"

"Tambah culun wkwkwkwk..." ucap Sam tertawa terbahak-bahak.

Naila hanya mampu menghirup napas pelan, dan berbalik saat itu juga meninggalkan cowok yang sedang terpingkal-pingkal mentertawai dirinya.

Kalau seperti ini harus sama siapa dia bertanya? Langsung ke rumahnya Rafa? Mungkin itu jalan satu-satunya. Naila menutup wajahnya, duduk di bawah pohon seperti ini dengan angin sepoi-sepoi yang bertiup di sekitarnya cukup mampu menenangkan hatinya. Kata-kata dan tingkah Rafa yang ambigu itu benar-benar menambah pekerjaan di otaknya, belum lagi masalah sama nyokap yang belum kelar.

Tadi pagi Nova tetep nggak mau bicara, ia hanya diam saat menyiapkan sarapan untuk Naila. Bahkan ketika Naila hendak menyalimi ibunya, ibunya masih nampak dingin. Bukankah agak keterlaluan kalau seperti itu pada anak sendiri? Dan semuanya itu Naila tidak tahu dengan jelas apa penyebabnya, tak mungkin hanya dengan alasan berusaha mencoba melupakan ayahnya, ibunya sampai bersikap demikian, rasanya itu agak kelewatan.

Belum lagi tugas matematika yang numpuk segunung, tentang integral dan logaritma, terus besok ada ulangan harian. Gini nih, lengkap penderitaan. Otak capek, hati juga capek, lama-lama bisa teler. Teler sih bagus, jangan sampai frustasi aja atau skizo mendadak. Kalo kayak gitu dunia bisa kiamat.

Beautiful DetentionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang