07

134 21 5
                                        

"Terkadang kita tidak sadar bahwa sesuatu yang kecil itu juga berharga, apa pun bentuknya. Seperti perasaanku ke kamu, seperti sangkaannya ke aku, yang mampu mengubah segalanya."

------------------------------

Naila turun dari mobil Noel dan berterima kasih pada cowok itu serta menyempatkan wajahnya untuk memberikan sebuah senyuman sebelum cowok itu melaju menembus udara malam yang kian mendingin.

Gadis itu kemudian masuk ke dalam rumahnya, ia mendapati mamanya sedang tertawa terbahak-bahak dengan posisi duduk santai di sofa menikmati serial TV India yang memang sedang digemari oleh ibu-ibu komplek sekarang ini. Hal itu cukup membuat Naila senang, setidaknya mamanya bisa tetap tertawa. Menyadari kepulangan anaknya,membuat Nova menoleh.

"Eh, Nai baru pulang?" tanyanya.

"Iya ma..." sahut Naila sambil tersenyum getir.

"Kalo gitu cepet mandi gih, abis itu makan. Mama udah ada bikin kare ayam kesukaan kamu, sama di kulkas ada muffin cokelat kesukaan kamu juga." Ucap Nova merekahkan senyumannya.

Naila menatap mamanya haru, gadis itu kemudian langsung memeluk mamanya, membuat Nova sedikit kaget. Naila menempelkan kepalanya di dada mamanya dan mendekapnya lembut. Tentu saja Nova juga membalas dekapan itu. Naila kemudian mendongakkan kepalanya.

"Mama, Naila sayang banget sama mama. Mama adalah orang yang paling berharga di dunia ini..." ucap Naila, tiba-tiba saja air matanya menetes. Gadis itu kemudian melepaskan kaca matanya dan mengelap matanya pelan.

"Kamu kenapa sayang?" Tanya Nova heran, tidak biasanya Naila bersikap demikian.

"Naila nggak kenapa-napa kok ma. Naila cuma pengen bilang sayang aja sama mama, Naila pengen mama tahu kalau Naila itu sayang banget sama mama. Naila takut kalau Naila belum sempat bilang gitu sama mama, seperti papa..." ucap Naila ditengah isak tangisnya.

Nova tersenyum dengan menampakkan raut wajahnya yang sayu, "walau kamu nggak bilang, mama tahu kamu sayang sama mama Nai, papa juga pasti kayak gitu. Mama juga sayang banget sama kamu, because you are my precious..." ucap Nova mengelus ringan rambut Naila.

"Iya ma, Naila tahu... tapi hal kecil seperti ini rasanya berharga banget buat dilakuin. Walau memang Naila sering banget ngelupain hal-hal yang kayak gini, momen-momen haru yang indah kayak gini..." ucap Naila tersedu, tangannya masih memeluk Nova erat.

"Aduh anak mama lagi baperan ternyata, mama juga sayang banget sama kamu nak..." ucap Nova mengecup ringan dahi Naila.

"Ya udah, sekarang kamu mandi gih..." ucap Nova, sembari mengelus punggung anaknya.

***

Suara alarm yang memekakan telinga membuat Naila terbangun, cekatan ia mematikan jam wekernya yang sudah berumur sepuluh tahun itu, pemberian eyang sebelum wafat. Naila menggeliat malas di atas ranjang, tubuhnya masing bergelung dengan selimut. Ia kemudian mengecek poselnya, sejak semalam ia belum membuka ponselnya karena lowbatt. Kelopak mata Naila melebar ketika melihat pesan yang tersangkut di ponselnya, sebuah pesan dari si pangeran es berlidah pahit. Sontak saja hal itu membuat Naila buru-buru untuk bersiap diri.

"Nai... sarapan dulu, tuh mama udah isi rotinya sama nutela, susunya juga diabisin. Ada bapak-bapak tuh katanya supir temen kamu, mau jemput kamu buat bantuin temen kamu katanya, emangnya kamu ada apa di sekolah?" kata Nova dengan pandangan penuh selidik.

"Mmm... pak Udin udah cerita ya?" Naila balik bertanya. Nova hanya mengangkat satu alisnya.

"Oke ma, apa pun yang dikatakan pak Udin itu bener. Nai nggak sengaja dorong dia sampai jatuh ma..." ucap Naila diakhiri sebuah cengiran.

Beautiful DetentionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang