"Hingga entah apa berikutnya, terkadang seseorang pasti pernah salah menilai kita. Hanya perlu menunggu sampai sang waktu yang akan melebarkan matanya."
---------------------------------
Alis Rafa menyatu ketika mendengar kata-kata yang dilontarkan Olivia, ngapain cewek itu ke rumahnya? Emangnya nggak kapok ditolak mentah-mentah?
Rafa menuruni tangga, ternyata cewek itu memang telah duduk manis di ruang tamu bersama mamanya. Di meja terdapat sebuah rantang,mungkin tempat bubur yang dibawa oleh Oliv. Rafa kemudian duduk di dekat mamanya sambil menatap cewek itu malas.
"Raf, kok mukanya malas gitu? Olivia dateng bawain bubur loh..." ucap Maya sambil menatap anaknya heran.
"Lo stalker ya?" cetus Rafa, suasana hening mencekam tiba-tiba merambat.
Maya menatap kedua remaja itu dengan bingung, tatapan mata Rafa itu begitu sinis dan tajam, kalau saja tatapannya itu bisa berubah menjadi pedang mungkin Olivia sudah mati tertusuk sekarang.
"Ma...ma...maksud lo apa Raf?" tanya Oliv terbata-bata, gadis itu mengernyit dengan wajahnya yang agak memucat.
"Dari mana lo tahu gue suka bubur? Dari mana juga lo tahu rumah gue? Gue aja nggak pernah ngomong tuh sama lo, kita juga nggak sekelas. Lo pasti ngorek informasi tentang gue pake nyuruh orang kan?" Cerocos Rafa kasar.
"Heh Raf, kok kamu ngomongnya kayak gitu sih?" tanya Maya, ia mulai panik dan takut jika situasi makin tak terkendali.
"Ma, Rafa mohon kali ini. Mama jangan ikut campur!" ucap Rafa dengan tatapan dalam sambil memegang tangan mamanya, membuat Maya tertegun dan meneguk ludahnya.
"Maaf Raf, gue ke sini punya tujuan baik kok. Gue cuma pengen jenguk lo, gue juga mau minta maaf kalo gue lancang nembak lo di depan umum..." ucap Olivia tertunduk.
"Oh, jadi masalah hati toh. Malasah lope lope, kalo gitu mama pergi aja deh. Mama nggak mau ketularan, nanti mama jadi ABG lagi dan papa kamu pasti marah hehehe..." celetuk Maya sambil terkikik geli, kemudian beranjak menuju kamarnya meninggalkan Rafa dan Olivia di ruang tamu.
"Ah, itu... jangan dengerin nyokap gue, dia emang agak rada-rada..." ucap Rafa berusaha kembali serius.
"Eh, anak durhaka. Mama denger loh..." celetuk Maya ternyata ia belum masuk ke kamarnya.
"Ih mama... udah masuk kamar sana..." kata Rafa setengah berteriak sambil melemparkan bantal sofa ke arah mamanya. Tapi mamanya segera menghindar dari lemparan itu.
"Ye... nggak kena, kasian deh loh wwweeekkk...." Ledek Maya pada anaknya sambil menjulurkan lidahnya sekilas.
"Mama...!!!" pekik Rafa membuat Maya segera berlari dan masuk ke kamar.
Setelah kejadian kekanak-kanakan itu usai, Rafa kembali memalingkan wajahnya dan berusaha fokus pada cewek yang tengah duduk di depannya. Namun bukannya serius, cewek itu malah tertawa terbahak-bahak.
"Nyokap lo lucu juga ya hahaha...." Kata Olivia sambil tertawa terpingkal-pingkal.
Mata Rafa menyipit, ia menghela napas malas. Otaknya berpikir berusaha mengolah kata-kata agar cewek yang berada di depannya ini bisa takut mendengar gertakannya. Oh come on bro..., ucap Rafa pada dirinya sendiri.
"Ehheemm..." Rafa mendehem, tapi Olivia tak menggubrisnya.
"Berhenti ketawa! Gue lagi serius!" ucap Rafa geregetan.
"Sorry Raf, gue nggak bisa nahan ketawa. Lo sama nyokap lo lucu banget sih hahaha..." ucap Olivia, ia berusaha menghentikan tawanya.
"Udah?" tanya Rafa sinis ketika tawa Oliv berhenti.
![](https://img.wattpad.com/cover/131692053-288-k138682.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Detention
Teen FictionBerawal dari sebuah kecerobohan kita bisa mengalami sesuatu di luar dugaan. Berawal dari sebuah kesombongan kita bisa mengalami sesuatu di luar prediksi. Berawal dari sebuah keikhlasan kita bisa mengalami sesuatu yang luar biasa. Ketika hati lebih...