20

124 12 6
                                        


Apakah aku jatuh hati padanya?

Aku pun juga bertanya-tanya

----------------------------------------------------------

Tindakan Rafa yang begitu tiba-tiba itu membuat mata Naila membelalak kaget, seolah seseorang yang baru tersadar dari hipnotis, Naila langsung mendorong bahu Rafa kuat.

"Apa yang udah lo lakuin ke gue?" Tanya Naila dengan napas yang memburu, dadanya naik turun dengan cepat sementara wajahnya memerah bak kepiting rebus.

Bukannya mejawab Rafa malah membuka tirai yang membatasi setiap sekat ranjang di UKS.

"Nggak ada yang lihat juga kok, lagian tadi si Noel itu udah keluar duluan." Ucap Rafa nyengir.

"Bukan itu maksud gue! Gue nggak masalah ada yang lihat atau nggak, tapi first kiss gue yang berharga itu lo ambil gitu aja! Lo jahat Raf, jahat!!!" pekik Naila, gadis itu kemudian lari keluar dari UKS sementara Rafa hanya bisa terpaku di tempatnya berdiri.

Kaki Naila yang berlari itu mulai memperlambat gerakannya ketika ia telah tiba di dekat ruangan basket. Tergesa-gesa gadis itu masuk dan menyandarkan tubuhnya tepat di samping tumpukan keranjang bola, untung saja anak-anak kelas lain yang memiliki jadwal main basket hari ini telah selesai bertepatan saat Naila masuk ke ruangan itu, hingga ia bisa melepaskan sesak di dadanya dengan leluasa di ruangan yang sangat luas ini sendirian.

"Rafa jahat!! Rafa brengsek!!" teriak Naila.

"Ohh, jadi itu ciuman pertama lo..." ucapan itu membuat mata Naila menghamburkan tatapannya, hingga ia menemukan Rafa yang tengah duduk di salah satu bangku penonton.

"Iya, itu ciuman pertama gue dan lo renggut gitu aja!" ucap Naila dengan nada keras, "padahal ciuman itu udah gue siapin sebaik-baiknya buat true love gue..." gerutu Naila tertunduk.

"Itu juga ciuman pertama gue..." ucap Rafa lembut.

Naila mendongakkan kepalanya dengan raut wajah kaget, menurutnya ciuman pertama itu adalah sesuatu yang berharga dan akan ia relakan untuk orang yang juga sangat berharga baginya. Lantas apakah ia berharga di mata Rafa? Tiba-tiba saja pertanyaan itu ikut terbersit di pikiran Naila ketika Rafa mengakui bahwa ciuman itu juga ciuman pertamanya.

"Lo suka sama gue?" Tanya Naila to the point, ia menanti dengan mimik yang sungguh serius.

Rafa terlihat menghirup napas dalam, wajahnya yang tak memasang sedikitpun senyuman ataupun ekspresi berarti lainnya, hanya dingin sesuai julukannya 'Pangeran Es'.

"Woi Pangeran Es, gue ngomong sama lo. Andai gue bisa, gue pengen banget ngilangin kata es itu atau nambahin jadi es serut, supaya sikap lo yang dingin itu bisa hilang. Oh iya, gue lupa kalau lo suka ngomong nyelekit, pedes tahu nggak? Gimana kalo diubah jadi Pangeran Cabe aja?" cerocos Naila, gadis itu benar-benar melampiaskan emosinya. Namun Rafa tetap diam.

"Gue tanya, lo suka sama gue?" tanya Naila sekali lagi dan kali ini dengan tatapan tajam menusuk.

Rafa tetap tak mengatakan apapun, tangannya kemudian mengambil sesuatu dari bawah, sebuah bola basket.

"Pertanyaan lo itu nggak berbobot, kalo gue suka sama lo pasti udah gue bilang. Bukan berarti gue ngelepas ciuman pertama gue ke lo, itu gue suka sama lo. Dan jangan lo salah artiin semua hal yang udah terjadi diantara kita, itu cuma terjadi karena kontrak. Dan karena kontrak itu juga gue berhak nentuin gimana hidup lo, ngerti? Sekarang tangkap nih..." ucap Rafa sambil melempar bola basket itu ke arah Naila.

Beautiful DetentionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang