"Perasaan paling lucu itu adalah ketika kita merasa cemburu pada seseorang, padahal kita tahu dia bukan siapa-siapa"
-------------------------------------
Noel mengatur napasnya yang masih memburu yang membuatnya ngos-ngosan persis anjing yang sedang kepanasan. Cowok itu memegang lututnya, sepertinya asam laktat menumpuk di sana. Setelah di rasa cukup ia kemudian membuka tasnya dan mengeluarkan buku bersampul art paper berwarna pink mengkilat.
"Nai, lo lupa buku lo..." ucap Noel sambil menyodorkan buku itu. Naila tiba-tiba melotot.
"Lo nggak ada buka buku ini kan? Nggak ada bacakan?" tanya Naila panik, tangannya dengan cepat merebut buku itu dari Noel.
"Nggak, gue bukan tipe orang yang suka ngorek informasi orang lain kok. Slow aja..." ucap Noel setengah terkekeh, sementara Naila mengelus dadanya lega.
"Kalau gitu makasih banget ya Noel..." ucap Naila sambil menebarkan senyumnya.
"Sama-sama, lo inget janji ntar malem kan?" tanya Noel.
"Iya gue inget kok, gue pasti datang..." jawab Naila dengan mata yang berbinar dan ekspresi kegirangan. Rafa yang melihat hal itu membuatnya mengernyit heran.
"Mmm... kalau gitu gue pulang ya, nanti gue jemput. Chat aja lo lagi dimana..." ucap Noel melambaikan tangannya pada Naila, tapi Rafa sempat menangkap tatapan dingin menusuk dari Noel sebelum cowok itu berlalu.
Rafa melirik Naila sekilas, sejenak ia merasa terganggu dengan kejadian yang bak selingan TV barusan. Rasanya pengen tahu itu buku apa sih sampai-sampai Naila heboh dan panik gitu, ia juga penasaran mereka mau ngapain sih ntar malem, tapi Rafa segera menggelengkan kepalanya. Ia berusaha sadar, ngapain juga ia kepo sama cewek culun kayak Naila, nggak banget.
"Sempit! Geser sana!" bentak Rafa sambil mendorong tas Naila yang cewek itu letakkan diantara mereka. Naila hanya mengerutkan kening, dan menggeserkan badannya serta memangku tasnya tanpa berkata apapun.
Rafa beberapa kali memperbaiki posisi duduknya, membuat Naila merasa risih tapi gadis itu berusaha tetap diam.
"Lo bisa geser lagi nggak sempit banget nih..." ucap Rafa lagi, Naila memutar matanya malas namun ia tetap melaksanakan permintaan cowok itu.
"Geser!" kata Rafa dengan nada yang sedikit membentak.
"Aduh, udah nggak bisa geser lagi nih. Gue udah dipojokkan banget, apa perlu gue turun aja sekalian?" kata Naila meledak-ledak, cukup satu dua kali tapi yang ketiga ia tak bisa menahannya.
"Lo nih goblok banget ya, geser tuh kayak gini..." Rafa tiba-tiba menggenggam tangan Naila dan menarik gadis itu mendekat ke arahnya.
Naila tertegun saat pudaknya mepet dengan pundak Rafa, entah mengapa jantungnya berdegup kencang dan wajahnya mulai memerah.
"Jangan baper, gue cuma pengen nyandar. Lo nggak ngerti banget sih maksud gue geser..." cetus Rafa sembari menyandarkan kepalanya di bahu Naila.
"Lo kan bilang sempit, emangnya siapa yang goblok di sini? Gue jamin nilai bahasa Indonesia lo pasti rendah..." sahut Naila manyun, kalau ditimbang-timbang Naila sudah jengkel level hard sama kelakuan Rafa yang seenaknya ini.
"Yang goblok itu lo, lo jadi monyet goblok gue, mmm... nggak lo kayaknya masih lebih pinter dari monyet, jadi simpanse gue aja deh haha..." ledek Rafa sambil terkekeh.
"Rafa!!!" pekik Naila geram, wajahnya yang memerah merona berubah memerah marah.
"Ehhemm..." pak Udin supir Rafa mendehem membuat Naila langsung bungkam, sementara Rafa terkikik geli melihat reaksi gadis itu yang secara spontan berubah-ubah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Detention
Fiksi RemajaBerawal dari sebuah kecerobohan kita bisa mengalami sesuatu di luar dugaan. Berawal dari sebuah kesombongan kita bisa mengalami sesuatu di luar prediksi. Berawal dari sebuah keikhlasan kita bisa mengalami sesuatu yang luar biasa. Ketika hati lebih...