03

232 28 6
                                        

"Dalam hidup suka duka selalu ada, dan Tuhan selalu adil memberikan kita untuk mencicipinya satu persatu."

--------------------------------

Sambil menyamakan irama langkah kaki, Naila dengan sabar memapah Rafa yang terus mengoceh. Heran juga, cowok kok mulutnya kayak gini, cerewet banget. Mendingan kalau omongannya enak di denger, tapi ini semuanya malah bikin hati tersayat aja, sakitnya nyelekit banget lebih parah dari pada diputusin pacar.

Suasana koridor sangat sepi, di jam terakhir ini harusnya Naila masih berada dalam kelas dan mendengarkan ceramahan Pak Bambang dan seluruh curhatan galaunya. Guru itu memang lebih banyak curhat ketimbang menerangkan materi, tapi itu selingan yang enak sih dari pada guru yang terus-terusan terlalu serius monoton menerangkan materi. Tapi karena insiden tak terduga bersama pangeran es cerewet, Naila harus melewatkan jam terakhirnya.

Suara gaduh dari kelas Rafa yang tidak ada guru itu mulai terdengar. Penduduk kelas pasti merasa merdeka karena guru dan juga ketua kelasnya tidak berada di kelas.

"Memang ya kelas anak orang kaya, nggak ada tata tertibnya. Gue jamin kalau kita tanding, kelas gue yang menang." Celetuk Naila sambil geleng-geleng ringan.

Rafa mengernyit dan mendelik ke arah gadis itu, "Yeh, jangan sembarangan. XI IPA 3 itu kelas paling solid di sekolah ini, bisa hancur kelas lo kalau temen-temen gue denger..." balas Rafa tak mau kalah.

"Ya terserah deh, buktinya aja gaduh kayak pasar gitu..." ucap Naila mempertahankan kata-katanya.

Mereka berdua akhirnya tiba di ambang pintu kelas, semua orang seketika terdiam ketika melihat Rafa dipapah oleh Naila. Deon langsung bangkit dari tempat duduknya dan mengambil alih papahan itu, namun wajahnya menunjukkan ekspresi terkejut yang parah.

"Naila, lo kok bisa sama Rafa?" Tanya Amel ikut mendekat.

"Cuma bantuin doang kok, tadi gue jatuh." Jawab Rafa ketika Naila hendak membuka mulutnya.

"I...iya... gue cuma bantuin..." ucap Naila membenarkan kata-kata Rafa saat menangkap isyarat kedipan mata cowok itu.

"Oh, gitu." Amel mengangguk, gadis itu mendekat dan mencondongkan bibirnya ke telinga Naila.

"Hati-hati aja lo bisa kena banyak masalah kalau deket-deket sama dia hehe..." bisik Amel, Naila hanya tersenyum.

Gue udah dapat banyak masalah kali Mel, batin Naila.

"Ya udah kalo gitu gue balik ke kelas dulu ya..." ucap Naila, namun tangannya segera dicekal oleh Rafa.

"Inget pasal 1!" ucap Rafa dengan tatapan menusuk, Naila yang spontan diberi tatapan seperti itu membuatnya kaget dan cegukan. Gadis itu hanya mengangguk ringan dan tak mengatakan apapun, sambil menepuk-nepuk dadanya dan berusaha menghilangkan cegukan Naila beranjak meninggalkan ruangan itu.

Deon menatap Rafa heran, baru saja mereka memberikan dare untuk membawa cewek culun itu ke prom, eh balik-balik Rafa udah dipapah cewek itu. Luar biasa, Deon menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia kemudian memapah Rafa menuju tempat duduknya.

"Lo kok bisa sama dia sih? Lo udah kenalan? Cepet amat, ketemu di mana? Lo ke kelasnya? Tapi kok lo bisa hancur gini sih?" Tanya Deon nyerocos tanpa henti.

"Kalo nanya tuh satu-satu, kayak mulut cewek aja lo..." sergah Rafa memberhentikan gerakan bibir Deon.

"Iya, iya..." ucap Deon langsung mengatupkan bibirnya.

"Gue kan udah bilang mau buktiin kalo gue nggak homo. Ya udah gue cari dia, tadi gue nggak sengaja jatuh dari tangga, trus dia bantuin. Udah gitu aja..." kata Rafa singkat, Deon mengernyit tak puas.

Beautiful DetentionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang