"Lo selalu ngebuat gue salah tingkah, kalau ternyata hati gue emang suka sama lo, gue bisa apa?"
-----------------------------------------
Arlo yang tak kunjung sadar akhirnya dibopong ke ruangan manajer kafe, peristiwa yang begitu tiba-tiba itu memang membuat semuanya terhenyak. Ren kemudian bergabung di tempat duduk Rafa dkk, disertai Samuel dan juga Siena yang ikut merapat.
Rafa menatap Ren terdiam sembari mengetuk-ngetukkan telunjuknya di meja yang menciptakan irama beraturan. Yang lainnya juga hanya menatap Ren, entah karena takjub atau keheranan melihat cewek yang begitu tomboy seperti ini. Memang sih Ren terkenal, tapi mereka tak ada yang tahu bahwa dia adalah seorang cewek karena selain kelasnya jauh di XI IPS 9 yang berada di lantai empat paling sudut dan terpencil, dia juga keseringan memakai celana dari klub drama. Mungkin saja kalau ditegur oleh guru ia akan memakai alasan untuk latihan drama lagi.
"Lo beneran cewek?" tanya Samuel mendekat pada Ren dan menatap gadis itu secara saksama.
Mendengar Samuel bertanya demikian membuat Rafa dkk, tercengang. Sungguh aneh bahwa Samuel juga tidak tahu, padahal Sam mengaku kalau dia bersahabat dengannya.
"Iya, gue cewek..." ucap Ren mengangguk.
"Ah bohong lo, nggak mungkin kan gue selama ini dikalahin sama cewek." Ucap Samuel sambil menopang dagu dengan tangannya dan mempertahankan tatapan pada Ren.
"Emangnya lo dikalahin ngapain?" tanya Marfi mengernyit.
"Mmm, dikalahin lomba lari, main basket, main sepak bola, sama catur juga." Ucap Samuel polos.
"Beneran?!" tanya Marfi tak percaya.
"Kalo gue lihat sih pantes aja, Ren kayak cowok tulen soalnya..." timbrung Henry.
"Tapi ngomong-ngomong kenapa Arlo bisa pingsan ngelihat lo?" tanya Sam.
"Hehehe..." Ren terkikik dengan wajah yang memerah, "dia ngeliat gue lagi ganti di belakang panggung..." ucap Ren tersipu.
"Berarti dia udah tahu duluan kalo lo cewek? Pantes aja dia aneh dari tadi..." kata Sam manggut-manggut.
Rafa yang sedari tadi mengetuk-ngetuk meja dengan telunjuknya, berhenti. Cowok itu menghirup udara dalam-dalam sambil memejamkan matanya sejenak.
"Woi, jangan lupain tujuan awal kita nyuruh ni cewek tomboy ke sini..." ucap Rafa ketus.
"Uh dinginnya kambuh lagi tuh..." gumam Deon geleng-geleng kepala.
Ren mendesah, ia kemudian menjulurkan tangannya pada Rafa. Rafa mengernyit, "lo mau apa?" tanya Rafa menaikkan alis kirinya.
"Kenalan, jelek banget lo panggil gue cewek tomboy. Mending lo panggil gue PANGERAN, atau nama gue aja..." ucap Ren berusaha untuk ikut terlihat dingin.
Rafa memutar bola matanya malas, namun cowok itu akhirnya menyambut uluran tangan Ren yang telah menunggu selama beberapa detik.
"Nama lengkap gue Reni Anggia, panggilan Ren atau PANGERAN." Ucap Ren tersenyum.
"Rafael Kingsley..." balas Rafa.
Sesaat setelah Rafa melepaskan jabat tangan itu, Ren langsung merogoh sesuatu dari kantongnya. Ponselnya dengan strap kupu-kupu warna emas itu berkelip, ia menekan-nekan tombol di ponselnya dan membuat sebuah panggilan.
"Lo cepet kemari sekarang..." ucapnya kemudian menutup ponselnya.
"Lo nelpon siapa?" tanya Rafa dengan alis berkerut, ia merasakan ada keanehan lain pada cewek itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Detention
Novela JuvenilBerawal dari sebuah kecerobohan kita bisa mengalami sesuatu di luar dugaan. Berawal dari sebuah kesombongan kita bisa mengalami sesuatu di luar prediksi. Berawal dari sebuah keikhlasan kita bisa mengalami sesuatu yang luar biasa. Ketika hati lebih...