"Salah, terkadang kita pernah salah paham, terkadang kita pernah salah bertingkah, dan pernah bersalah pada apapun itu. Itu manusiawi"
-------------------------------------
Rafa dengan wajah senangnya menunjuk ke arah pianis yang sedang memainkan lagunya dengan penuh penghayatan, tapi tiba-tiba Nova tanpa mengucapkan sepatah katapun langsung beranjak dari kafe itu. Melihat Ibunya Naila bereaksi demikian membuat Rafa terkejut dan segera mengejar wanita paruh baya itu.
"Tante... tante...!" seru Rafa.
"Maaf nak Rafa, tante tidak bisa menemani kamu. Tante mau pulang, jangan kejar tante..." ucap Nova pada Rafa yang tengah mencekal tangannya. Wanita itu kemudian melepaskan tangan Rafa dan berjalan meninggalkan cowok yang tengah terpaku dalam kebingungan.
Rafa kemudian kembali masuk ke dalam kafe sambil memikirkan perilaku aneh Nova, apakah ada sesuatu yang salah? Apakah dia membuat kesalahan atau apakah Nova tidak suka suasana kafe? Apakah Nova mempunyai masalah? Atau jangan-jangan Nova punya penyakit kambuhan dan membuatnya harus minum obat secara berkala?, pertanyaan-pertanyaan itu tiba-tiba saja muncul satu persatu di kepala Rafa.
"Mungkin besok gue harus ke rumahnya lagi dan nanyain tante ada masalah apa, kok perasaan gue nggak enak ya..." gumam Rafa saat ia telah terduduk di tempatnya semula dalam kafe itu sambil menikmati kembali permainan piano.
***
Plaak!!!
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Naila ketika ia baru saja tiba di rumah. Saking kerasnya membuat wajahnya berpaling ke arah lain, matanya melirik ke arah orang yang begitu tiba-tiba menampar pipinya ketika ia memasuki rumah yang tak lain adalah mamanya sendiri.
"Kemana aja kamu?!" Tanya Nova dengan nada keras, Naila mengernyit sambil memegang pipinya sementara matanya masih merah karena menangis barusan.
"Ma... mama... mama kenapa?" Tanya Naila terbata-bata.
"Tega ya kamu bohongin mama?" sahut Nova geram.
"Bohongin? Naila nggak ngebohongin mama kok..." kilah Naila. Namun Nova menggeleng dengan tatapan penuh kekecewaan.
"Lagi! Kamu ngebohongin mama lagi!"
"Naila ngebohongin mama soal apa?!" Balas Naila dengan nada melengking membuat Nova makin marah, sekali lagi ia menampar pipi anaknya dengan keras.
"Kamu main piano di kafe, sudah mama bilang jangan pernah sentuh benda itu lagi! Dan sekarang kamu malah berani-beraninya bohong, bilang ke rumah bibi padahal bermain piano di kafe lagi! Tega kamu ya!" Ucap Nova dengan tatapan penuh amarah.
Naila menatap mamanya, ia juga menatap dengan penuh emosi. "Mama bilang Naila tega sama mama? Mama yang tega sama Naila! Naila cuma pengen inget sama papa! Naila kangen papa ma, Naila kangen! Mama yang tega!!!" balas Naila membalas nada keras Nova, gadis itu kemudian segera berlari ke kamarnya dan menutup pintu dengan keras.
Naila menjatuhkan dirinya di ranjang dan membenamkan wajahnya yang berurai air mata itu di bantal, gadis itu menangis tersedu-sedu.
"Papa, andai papa ada di sini..." ucap Naila dalam hati diringi tangisnya.
***
Rafa: Kwek!
Arlo: Apaan sih bebek?
Deon: Kwek kwek kwek?
Sam: Kukuruyukk!
Marfi: Malem kali, bukan pagi...
Henry: Apaan sih? Lagi main ayam bebek?
Rafa: Eh, gue pengen nanya. Kalau orang tiba-tiba berubah itu gimana?
Sam: Berubah? Lo beneran berubah jadi ngondek? Jangan! Nanti aku deg degan...
Arlo: Najis! @Samuel
Sam: Baper lu @Arlo
Rafa: Woi, gue nanya seriusan!
Marfi: Pasti ada masalah...
Henry: Emang lagi ada masalah, dan ini gawat banget buat kita!
Deon: Masalah apaan Hen?
Henry: Rafa, gue salah tentang Oliv. Bukan dia yang nyebarin itu...
Rafa: Serius lo?
Deon: Ah, peramal gadungan sih...
Henry: Diem! Ntar gue jotos lo...
Deon: Iya ampun paduka Henry #peace
Rafa: Waktu itu lo yakin sama Oliv, meleset lagi perkiraan lo? Biasanya lo selalu bener, terus siapa kalau bukan dia?
Henry: Iya meleset lagi sorry... yang jelas bukan dia, gue nanya langsung dan gue yakin buka dia.
Rafa: Gue nggak peduli siapa pun orangnya nanti pasti terbongkar sendiri. Yang perlu lo jawab itu pertanyaan gue yang tadi. Kalau orang tiba-tiba berubah itu kenapa?
Henry: Ada penyebabnya jelasnya, tapi gue nggak tahu apa. Yang gue tahu kalo orang itu berubah pas lagi sama lo, lo dan orang itu pasti tahu penyebabnya. Kalaupun lo nggak tahu, itu karena lo nggak sadar.
Rafa: Thanks...
Sam: Kukkuruyukk!
Rafael Kingsley left the chat.
Henry Religio left the chat.
Deon Augustus left the chat.
Sam: Loh kok left semua, nggak ada yang mau jawab gue? L
Marfi: Ah lo kayak anak kecil aja...
Arlo: Nih gue jawab, kwek!
Sam: Ah, bebek lo!
Samuel Reagan left the chat.
Arlo: Yeh dia left juga...
Rafa memutar-mutar ponselnya, benar kata Henry pasti ada penyebabnya. Dan masalah yang menyebarkan kalau Rafa gay itu bukan Oliv, terus siapa?
***
Pagi ini seperti biasa Rafa menjemput Naila dan karena supirnya, Pak Narto agak rada-rada budek jadi Rafa harus rela untuk kehilangan suara indahnya dan digantikan oleh suara serak, ini efek tadi malam juga. Pengennya sih Rafa nanyain pada Nova perihal ada apa gerangan kemarin, namun melihat suasana rumah yang mencekam itu membuat nyali Rafa ciut. Ekspresi Naila pun tak seperti biasanya.
"Lo kenapa?" Tanya Rafa dengan suara serak, Naila meliriknya sekilas dengan mata yang masih sembab.
"Lo juga kenapa? Kok suara lo gitu?" Naila balik bertanya.
"Panjang ceritanya." Jawab Rafa.
"Gue juga panjang ceritanya..."
***
A/n: Part ini didedikasikan untuk @_Rumi13 yang sudah follow, baca, vote, komen, dan beri semangat. Thank you very much Rumi <3 semoga suka selalu...
Untuk kalian yang pengen didedikasikan juga silahkan follow, baca, vote atau komen pada cerita ini. Jika sudah berarti tinggal tunggu giliran ;)
Mohon maaf atas keterlambatan hari update dikarenakan kondisi penulis kurang sehat dan juga sibuk ujian. Mohon permaklumannya...
See you in next part :)
Salam unyu
Intantien
~11 Januari 2018~
![](https://img.wattpad.com/cover/131692053-288-k138682.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Detention
Teen FictionBerawal dari sebuah kecerobohan kita bisa mengalami sesuatu di luar dugaan. Berawal dari sebuah kesombongan kita bisa mengalami sesuatu di luar prediksi. Berawal dari sebuah keikhlasan kita bisa mengalami sesuatu yang luar biasa. Ketika hati lebih...